Anda di halaman 1dari 26

Infantisida dan Aspek Medikolegal-nya

Taufik Hidayat, dr, M.Sc, Sp.F

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik


Fakultas Kedokteran Unand
2018
Pendahuluan
• Bila ditemukan mayat bayi ditempat yang tidak
semestinya, misalnya tempat sampah, got,
sungai dan sebagainya, maka bayi tersebut
mungkin korban:
1. pembunuhan anak sendiri (KUHP pasal
341,342)
2. pembunuhan (KUHP pasal 338,339,340,343),
3. lahir mati kemudian dibuang (KUHP pasal 181)
4. bayi yang ditelantarkan sampai mati (KUHP
pasal 308).
Penyebab kematian bayi
Kematian bayi karena tindak kekerasan/kriminal

1. Acts of commission or
2. Acts of omission
Acts of Commission
These are the willful acts done to cause the death of infant.
It includes:
1. Suffocation
2. Strangulation
3. Drowning
4. Head injury
5. Fracture-dislocation of cervical spine
6. Concealed puncture marks (pithing)
7. Poisoning
Acts of Omission
Acts of omission refer to failure to take care of
child or negligent towards the child during or
after birth. It includes:
1. Failure to provide assistance during labor.
2. Failure to clear the air passage after birth.
3. Failure to cut and ligate the umbilical cord.
4. Failure to feed the child.
5. Failure to protect the child from heat or cold.
istilah
• Infanticide: It means unlawful destruction of a
newly born child and is regarded as murder in
law.
• Feticide: It means killing of fetus prior to birth.
• Neonaticide: It means killing of neonate.
• Filicide: It is defined as killing of a child or a
step-child,aged between 0 and 18 years, by his
or her parents.
• Filicide is broad term and includes neonaticide,
infanticide and feticide.
Definisi infantisida

• Pembunuhan orok (bayi) yang dilakukan oleh ibu


kandungnya sendiri segera atau beberapa saat setelah bayi
itu dilahirkan, karena takut diketahui bahwa ia telah
melahirkan bayi itu
• Dari definisi terdapat 3 unsur untuk dapat dikategorikan
sebagai kasus infantisid:
1. Ibu kandung (sebagai pelaku utama)
2. Waktu (segera atau beberapa saat setelah bayi dilahirkan)
3. Psikis (emosional akibat rasa malu dan takut ketahuan
orang lain)
Insidensi infantisida

• Sukar didapatkan karena perbedaan


definisi infantisida, menurut teksbuk
adalah kematian bayi usia 24 jam
kebawah, sementara di USA usia 1
mingguan
Tugas utama dokter: Menjawab pertanyaan medikolegal

1. Menentukan apakah bayi lahir hidup atau stillbirth (lahir mati)


i. Perlu ditentukan viabilitas dari bayi (kemampuan hidup diluar
kandungan)
Viabilitas tidak berarti sekedar mampu bernafas saja tetapi harus dilihat
juga maturitasnya, yaitu:
a. Immatur: umur kehamilan 22-<28 minggu (BB 500-<1000gram)
b. Prematur: umur kehamilan 28-<38 minggu (BB 1000-<2500gram)
c. Matur: umur kehamilan 38-42 minggu (BB>2500 gram)
Dari segi maturitas bayi dikatakan viabel: BB lahir mencapai 1000 gram
atau usia kehamilan telah mencapai 28 minggu
Rumus de haas
• Untuk memperkirakan umur janin intra uterin berdasarkan
panjang badan (vertex-tumit)
• Untuk 5 bulan pertama, panjang kepala-tumit (cm)=kuadrat
umur gestasi (bulan) dan selanjutnya=umur gestasi (bulan)
x5 Umur (bulan) PB dalam cm
1 1x1=1
2 2x2=4
3 3x3=9
4 4x4=16
5 5x5=25
6 6x5=30
7 7x5=35
8 8x5=40
9 9x5=45
ii. Bayi disebut matur (cukup bulan) apabila pada PF didapatkan:
 Secara antropometris:
i. BB 2500 gram atau lebih
I. PB 48 cm atau lebih
II. Lingkar kepala (fronto-oksipital) 34 cm atau lebih
 Terdapat pusat penulangan epifisis didistal femur atau proksimal tibia
atau kuboid (daerah kemerahan dengan diameter 6mm), paling
bermakna untuk maturitas adalah pusat penulangan pada distal
femur
 Lanugo tinggal sedikit
 Kuku sudah melewati ujung jari
 Gambaran sidik jari sudah tampak jelas
 Pada bayi laki-laki testis telah turun kedalam skrotum
 Pada bayi perempuan labia minor telah tertutup oleh labia mayor
Bayi disebut nonviabel bila:
BB < 1000 gram
PB <35 cm
Lingkar kepala (fronto oksipital) < 32 cm
Umur kehamilan < 28 minggu
Terdapat kelainan kongenital yang fatal seperti
ektopia cordis, anensefalus, dsb
• Tanda-tanda lahir hidup:
a) Dari anamnesisterdengar tangis bayi
b) Dada telah mengembang
c) Diafragma telah turun kesela iga 4-5 atau 5-6
d) Tepi paru tumpul dengan berat paru seluruhnya sekitar 1/35 BB
e) Tepi paru hampir menutup kantung jantung
f) Gambaran paru seperti mozaik dan marmer
g) Krepitasi paru positif
h) Tes apung paru positif
i) Gambaran PA: atelektasis dan emfisema: sel paru berbentuk pipih dengan inti
ditepi dan pembuluh darah lewat diantara alveoli
j) Mungkin ditemukan susu didalam saluran cerna
Tes apung paru

• Paru segar, bila membusuk pilih bagian yang paling tidak membusuk
• Caranya:
1. Keluarkan alat dalam rongga dada dalam satu kesatuan bersama-sama, pangkal esofagus dan trakea diikat di dua
tempat sebelum dipotong
2. Apungkan seluruh alat-alat tersebut pada baskombesar yang berisi air
3. Bila terapung, pisahkan paru dari organ lainnya
4. Apungkan kembali kedua paru
5. Bila terapung, pisahkan paru-paru sebanyak lobusnya (paru kanan3 lobus, paru kiri 2 lobus)
6. Apungkan kembali semua lobus tersebut, kemudian ambil sebagian lobus yang mengapung dipotong-potong pada
bagian perifer ukuran 0.5 cm x 0.5 cm x 0.5 cm
7. Apungkan potongan paru tersebut, bila mengapung potongan tersebut diambil dan diletakkan diantara 2 karton dilantai
kemudian diinjak dengan tumit sambil tumit kita putar
8. Potongan yang telah diinjak diapungkan kembali
9. Bila terapung berarti tes apung paru positif
• Tes apung paru positif berarti orok telah pernah bernafas sehingga ada residu udara dalam alveoli. Tes apung paru
negatif orok belum pernah bernafas
• Tes apung paru bisa negatif palsu bisa terjadi pada: resorbsi udara pada kasus asfiksia, pneumonia lobaris kongenital,
pembusukan lanjut, pernafasan parial yang dangkal
• Tanda lahir mati:
 Bila telah mati dalam rahim 8-10 hari maka akan tampak maserasi (dekomposisi
steril/autolisis)
 Paru belum mengembang, dengan berat paru seluruhnya sekitar 1/70 BB
 Tes apung paru negatif
 Gambaran PA paru: Tampak projection berbentuk bantal (cushion like) atau gada
(club like)
 Bila umur kandungan kurang dari 2/3 umur kandungan normal, maka sel epitel
paru berbentuk kuboid atau kolumnar, alveoli masih menguncup dan berbentuk
seperti kelenjer.
 Bila umur kandungan lebih dari 2/3 umur kandungan normal, maka sel epitel paru
berbentuk gepeng.
 Didalam alveoli terdapat sel verniks, sel amnion, mekonium serta deskuamasi sel
epitel bronkus
2. Menentukan sebab dan mekanisme kematian
• Mekanisme kematian paling sering: asfiksia disebabkan
pembekapan, pencekikan, penyumbatan jalan nafas,
penjeratan
• Lain: perdarahan rongga kepala akibat kekerasan tumpul,
kerusakan otak akibat tusukan pada ubun-ubun, tusukan
bidadari
• Perlu diketahui bayi lahir mati misalnya pada kasus infeksi
dalam rahim, asfiksia dalam rahim (kompresi tali pusat,
solutio plasenta), trauma berat saat partus
3. Menentukan adanya tanda-tanda perawatan pada orok
Tali pusat sudah dipotong rapi dan rata dan diberi antiseptik
Sudah dimandikan sehingga verniks kaseosa tidak ada lagi
Sudah dikenakan pakaian
Sudah diberi minum (ditemukan susu dalam saluran
pencernaan
4. Lamanya orok hidup paska lahir
 Udara dalam saluran pencernaan
 Di lambung : baru lahir
 Di usus halus : 6-12 jam paska lahir
 Di usus besar : 12-24 jam paska lahir
 Mekonium telah keluar seluruhnya: 24-48 jam paska lahir
 Tali pusat dan sekitar umbilikus :
 Ada sel radang pada kulit umbilikus/kemerahan: 24-36 jam paska lahir
 Tali pusat mengering: 2-3 hati paska lahir
 Tali pusat lepas (puput): 6-14 hari paska lahir
 Umbilikus menyembuh: 15 hari paska lahir
 a/v umbilikalis menutup: 2 hari paska lahir
 Jaringan hepar: eritrosit berinti hilang: >24 jam paska lahir
5. Memperkirakan waktu kematian orok
• Lebam mayat
• Kaku mayat
• Tanda pembusukan
• Entomologi/larva
Kesimpulan ver autopsi kasus infantisida
• Memuat hal-hal informatif:
1. Jenis kelamin
2. Golongan darah
3. Umur dalam kandungan
4. Tanda-tanda perawatan normatif
5. Cacat bawaan
6. Lahir hidup atau mati
7. Perlukaan/tanda patologis
8. Sebab dan mekanisme kematian
9. Saat kematian
Untuk membuktikan infantisida
• Harus terbukti bahwa orok adalah benar-benar anak dari
ibu tersangka melalui pemeriksaan DNA typing,
dibandingkan alel orok dengan ibu tersangka (STR-DNA),
atau bisa juga dengan menggunakan perbandingan DNA
mitokondria
Undang-undang yang terkait dengan kasus infantisida

• KUHP pasal 341: Bila dilakukan tanpa rencana dan diakibatkan oleh
faktor psikis ancaman hukuman maksimum 7 tahun penjara
• KUHP pasal 342: Sejak dari masa kehamilannya sudah punya
rencana untuk membunuh bayinya ancaman humukan maksimum 9
tahun penjara
• KUHP pasal 343: Diperuntukkan bagi orang lain yang membantu
pembunuhan bayi
• KUHP pasal 307: Tuntutan hukum bagi orangtua yang meninggalkan
atau yang membuang anaknya
• Bila ada tanda perawatan: KUHP pasal 338 (pembunuhan biasa)
atau KUHP pasal 340 (pembunuhan biasa yang direncanakan)

Anda mungkin juga menyukai