Oleh:
Putu Aditya Dwipayana
Kadek Mirah Delima
Pembimbing :
drg. Enny Willianti, M.Kes
drg. Theodora, Sp. Ort
drg. Wahyuni Dyah Parmasari, Sp. Ort
2
Rumusan Masalah
Tujuan
S.Mutans
Kematian jaringan,
(nekrosis)
Abses rongga mulut
Virulensi
Perlekatan otot
Disebut serous
subperiosteal
periostitis
periosteal
Abses Periapikal
Abses periapikal sering juga disebut abses dento-alveolar, terjadi di
daerah periapikal gigi yang sudah mengalami kematian dan terjadi
keadaan eksaserbasi akut.
Abses subperiosteal
abses subperiosteal ditandai dengan selulitis jaringan lunak mulut
dan daerah maksilofasial. Pembengkakan yang menyebar ke
ekstra oral, warna kulit sedikit merah pada daerah gigi penyebab.
Abses submukosa
Abses ini disebut juga abses spasium vestibular, merupakan
kelanjutan abses subperiosteal yang kemudian pus berkumpul dan
sampai dibawah mukosa setelah periosteum tertembus. Dengan
klinis lipatan mukobukal terangkat, pada palpasi lunak dan
fluktuasi podotip.
Klasifikasi abses rongga mulut
Abses Fosa kanina
Abses Fosa kanina sering merupakan tempat infeksi yang bersal dari gigi
rahang atas pada regio ini terdapat jaringan ikat dan lemak, serta
memudahkan terjadinya akumulasi cairan jaringan. Gejala klinis ditandai
dengan pembengkakan pada muka, kehilangan sulkus nasolabialis dan
edema pelupuk mata bawah sehingga tampak tertutup.
Abses sublingual
Spasium sublingual dari garis median oleh fasia yang tebal , teletek diatas m.milohioid
dan bagian medial dibatasi oleh m.genioglosus dan lateral oleh permukaan lingual
mandibula.Gejala klinis ditandai dengan pembengkakan dasar mulut dan lidah
terangkat, bergerser ke sisi yang normal.
Klasifikasi abses rongga mulut
Abses spasium submental
Spasium ini terletak diantara m.milohioid dan
m.plastima. di depannya melintang m.digastrikus, berisi
elenjar limfe submental.
Gejala klinis ditandai dengan selulitis pada regio
submental. Tahap akhir akan terjadi supuratif dan pada
perabaan fluktuatif positif.
Tatalaksana
Secara lokasi
periapikal Incisi +PSA + filling
Foto X-ray non- orthoradial Foto X-ray tambahan dari sudut orthoradial
pertamamenunjukan adanya dengan jelas menunjukkan adanya
gambaran radio-opaque kecil yang bayangan radio-opaque di area
tidak jelas pada sisi mesial dari interproksimal, dimana di area tersebut
puncak alveolar interproksimal. nampak adanya massa berbentuk persegi
panjang, mirip kalkulus subgingival
Laporan kasus 1:
DISKUSI
KESIMPULAN:
Reaksi yang diinduksi oleh benda asing harus dimasukkan ke
dalam diagnosis banding dari pertumbuhan gingiva berlebih.
Kelainan periodontal yang terjadi oleh karena pemakaian
pemisah elastis ortodontik, meningkatkan kemungkinan
penyebaran material bilogis oleh karena pita karet yang saling
bergesekan dengan gingival.
Pemeriksaan radiologis sangat dianjurkan pada kasus ini.
Laporan kasus 2:
“Abses Fosa Kanina; Faktor Etiologis Yang Langka: Gigi Taring Bawah
“
Pemeriksaan E.O
• Seorang pria 54 dengan pembengkakan dan
kemerahan masif di area fosa kaninus kanan. Ini
telah memburuk selama dua hari sebelumnya dan
menjadi kritis dalam beberapa saat
• Secara klinis, pipi kanan yang bengkak, memerah,
dan sensitif tekanan. Daerah fosa kaninus sangat
sensitif terhadap tekanan, dan sulkus hidung
Gambar 1. Tampilan wajah
diratakan.
pasien dengan abses fosa
kanina
Gambar 2.
Tampilan
Intraoral pada
mastikasi
traumatik
Gambar 3. Tampilan ukuran lesi apical pada pemeriksaan
CBCT
Laporan kasus 2:
Diskusi
• Kedekatan anatomis dari apeks akar ke jaringan lunak di sekitarnya mendukung
transmisi patogen ke ligamen periodontal, karena patogen akan mengambil jalur yang
paling tidak resisten. Infeksi gigi yang menyebar di luar soket gigi dapat memulai
infeksi pada otot yang berdekatan dan pada struktur jaringan ikat.
• Menurut teori ini, infeksi odontogenik utama gigi kaninus rahang atas dapat ditransfer
ke fossa taring. Rute yang paling sering digambarkan adalah fossa taring
• Komplikasi yang jarang terjadi adalah trombosis sinus kavernosis; akses ke pleksus
pterygoid.
• CST adalah komplikasi sinusitis paranasal yang langka, meskipun berpotensi
mengancam jiwa
Kesimpulan
• Infeksi yang parah dan kadang-kadang mengancam jiwa dengan pembentukan
abses di sekitar struktur jaringan dapat terjadi sebagai akibat dari trauma gigi.
Laporan kasus 3:
Terapi untuk Pasien dengan Periodontal Abses
Gambar 1. Gambaran
klinis dari abses
periodontal
Kesimpulan
Diskusi
Kesimpulannya,diagnosis
• Abses periodontal adalah tipe abses yang paling umum dan pengobatan abses
yang terjadi di jarigan periodonsium. periodontal utamanya
• Diagnosis abses periodontal baru dapat ditegakan hanya berdasarkan
setelah evaluasi secara keseluruhan empirisme, karena data
• Abses periodontal dapat diobati dengan insisi drainase, berbasis bukti tidak
perawatan saluran akar, kuretase, pemberian antibiotik, tersedia.
dan teknik pembedahan rutin, seperti yang ditunjukkan
dalam kasus ini.
Laporan kasus 4:
Laporan Kasus tentang Abses Periodontal Gigi Tunggal pada Pertumbuhan Gigi yang
Tidak Sehat: Suatu Pendekatan Perawatan
• RPS: Seorang pria 30 tahun dilaporkan dengan keluhan nyeri dan mobilitas
molar pertama rahang bawah kiri.
Pemeriksaan IO:, gigi sensitif terhadap perkusi dan menunjukkan mobilitas kelas
II. Saat menyelidiki daerah tersebut, ada poket periodontal 13 mm di sekitar
akar distal gigi.
Pemeiksaan E.O:
ditemukan pembesaran KGB bilateral
Pemeriksaan IO: Adanya akumulasi plak gigi dan kalkulus yang berat, dan
jaringan gingiva yang bengkak Ditemukan pocket periodontral sedalam 7mm di
wajah kanan mandibularis insisivus sentral dan lateral.
Laporan kasus 5:
• Prognosis untuk pasien dengan lesi metastasis rongga mulut umumnya buruk, terutama karena
keterlambatan dalam mendeteksi lesi.
• pentingnya mencurigai adanya lesi metastasis di rahang, meskipun kurangnya bukti klinis atau
radiografi.
• mengevaluasi temuan klinis yang tidak biasa dan radiografi, seperti bibir dan dagu parestesia
untuk membedakan lesi. Karena lesi ini terkait dengan prognosis yang buruk, deteksi dini sangat
penting.
Kesimpulan
1. Abses merupakan rongga patologis yang berisi pus yang
disebabkan oleh infeksi bakteri
2. Terjadinya infeksi pada salah satu atau lebih fascial space
yang paling sering olehkarena penyebaran kuman dari penyakit
odontogenik terutama komplikasi dari periapikal abses.
3. Banyak manifestasi abses dengan gejala klinis yang berbeda,
yang dapat mengarahkan kepada diagnosa dan terapi yang
tepat.
4. Adapun tahap penatalaksanaa abses odontogenik secara
umum adalah Pemeriksaan Radiologi periapikal dan
panoramik sebagai skrining awal untuk menentukan etiologi
dan letak fokal infeksi, tes Serologi untuk mengetahui etiologi
dan incisi abses, dan drainase pus yang berisi bakteri.
Selanjutnya didukung dengan pemberian antibiotik, analgesik
dan roburantia.
TERIMA KASIH