Anda di halaman 1dari 30

Abses Pada Rongga Mulut

Oleh:
Putu Aditya Dwipayana
Kadek Mirah Delima

Pembimbing :
drg. Enny Willianti, M.Kes
drg. Theodora, Sp. Ort
drg. Wahyuni Dyah Parmasari, Sp. Ort

Kepanitraan Klinik Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Wijaya


Kusuma Surabaya
Pendahuluan

Abses adalah rongga patologis yang berisi pus yang


merupakan hasil dari reaksi inflamsi pertahanan tubuh
seperti makrofag,leukosit, netrofil dan bakteri.

Bakteri yang paling banyak ditemukan  bakteri


anaerob, batang gram negatif dan coccus gram
positif

Sebuah studi tahun 2006 pada departemen darurat di


AS untuk infeksi gigi, menunjukkan 4044 kasus rumah
sakit didiagnosis utama abses mulut. 45% pasien
berusia 18 hingga 45 tahun. Yang mana pada remaja
abses periodontal lebih sering terjadi dari pada abses
periapikal.

Semakin lambat diagnosis ditegakkan berpengaruh


pada semakin buruknya prognosis

2
Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari abses rongga mulut?


2. Etiologi apa saja yang menyebabkan terjadinya abses rongga mulut ?
3. Bagian- bagian rongga mulut apa saja yang sering terkena abses?
4. Apa saja Laporan kasus yang pernah terjadi berkaitan dengan abses
rongga mulut?

Tujuan

1. Untuk mengetahui defisini abses rongga mulut


2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya abses rongga mulut
3. Untuk mengetahui gambaran klinis manifestasi abses rongga mulut
4. Untuk mengetahui terapi yang diberikan pada masing-masing abses yang
terjadi di rongga mulut
5. Mengetahui dan memahami bagian-bagian rongga mulut yang sering
terkena abses
Anatomi
Anatomi
Anatomi
Abses rongga mulut

Pseudomonas, Proteus, Escherichia coli, Serratia,


Actinobacter bacterium, Bacteroides, Fusobacterium,
Etiologi
Streptococcus pyognes, Eikenella, Streptococcus aureus,
Streptococcus mutans

S.Mutans

streptokinase hyaluronidase Fibrinolisis

Kematian jaringan,
(nekrosis)
Abses rongga mulut
Virulensi

Pola penyebaranya Ketahanan


Dipengaruhi jaringan
Cancelous bone

Perlekatan otot

Disebut serous
subperiosteal
periostitis

periosteal

facial absces facial spaces


Klasifikasi abses rongga mulut

Abses Periapikal
Abses periapikal sering juga disebut abses dento-alveolar, terjadi di
daerah periapikal gigi yang sudah mengalami kematian dan terjadi
keadaan eksaserbasi akut.

Abses subperiosteal
abses subperiosteal ditandai dengan selulitis jaringan lunak mulut
dan daerah maksilofasial. Pembengkakan yang menyebar ke
ekstra oral, warna kulit sedikit merah pada daerah gigi penyebab.

Abses submukosa
Abses ini disebut juga abses spasium vestibular, merupakan
kelanjutan abses subperiosteal yang kemudian pus berkumpul dan
sampai dibawah mukosa setelah periosteum tertembus. Dengan
klinis lipatan mukobukal terangkat, pada palpasi lunak dan
fluktuasi podotip.
Klasifikasi abses rongga mulut
Abses Fosa kanina
Abses Fosa kanina sering merupakan tempat infeksi yang bersal dari gigi
rahang atas pada regio ini terdapat jaringan ikat dan lemak, serta
memudahkan terjadinya akumulasi cairan jaringan. Gejala klinis ditandai
dengan pembengkakan pada muka, kehilangan sulkus nasolabialis dan
edema pelupuk mata bawah sehingga tampak tertutup.

Abses spasium bukal


abses ini terbentuk di bawah mukosa bukal dan menonjol ke arah rongga
Spasium bukal berada diantara m. masseter ,m. pterigoidus interna dan
m. Businator. Berisi jaringan lemak yang meluas ke atas ke dalam diantara
otot pengunyah, menutupi fosa retrozogomatik dan spasium infratemporal.
Dengan klinis abses ini terbentuk di bawah mukosa bukal dan menonjol ke
arah rongga mulut

Abses spasium infratemporal


Spasium infratemporal terletak di bawah dataran horisontal arkus
zigomatikus dan bagian lateral di batasi oleh ramus mandibula dan bagian
dalam oleh m.pterigoid interna. Bagian atas dibatasi oleh m.pterigoid
eksternus. Spasium ini dilalui a.maksilaris interna dan n.mandibula,
milohioid,lingual,businator dan n.chorda timpani. Berisi pleksus venus
pterigoid dan juga berdekatan dengan pleksus faringeal.
Klasifikasi abses rongga mulut
Abses spasium submasseter
Spasium submasseter berjalan ke bawah dan ke depan diantara insersi otot masseter
bagian superfisialis dan bagian dalam. Spasium ini berupa suatu celah sempit yang
berjalan dari tepi depan ramus antara origo m.masseter bagian tengah dan
permukaan tulang. Keatas dan belakang antara origo m.masseter bagian tengah dan
bagian dalam. Gejala klinis dapat berupa sakit berdenyut diregio ramus mansibula
bagian dalam, pembengkakan jaringan lunak muka disertai trismus yang berjalan
cepat

Abses spasium submandibula


Spasium ini terletak dibagian bawah m.mylohioid yang memisahkannya dari
spasium sublingual. Lokasi ini di bawah dan medial bagian belakang
mandibula. Dibatasi oleh m.hiooglosus dan m.digastrikus dan bagian posterior
oleh m.pterigoid eksternus. Infeksi pada spasium ini dapat berasal dari abses
dentoalveolar, abses periodontal dan perikoronitis yang berasal dari gigi
premolar atau molar mandibula.

Abses sublingual
Spasium sublingual dari garis median oleh fasia yang tebal , teletek diatas m.milohioid
dan bagian medial dibatasi oleh m.genioglosus dan lateral oleh permukaan lingual
mandibula.Gejala klinis ditandai dengan pembengkakan dasar mulut dan lidah
terangkat, bergerser ke sisi yang normal.
Klasifikasi abses rongga mulut
Abses spasium submental
Spasium ini terletak diantara m.milohioid dan
m.plastima. di depannya melintang m.digastrikus, berisi
elenjar limfe submental.
Gejala klinis ditandai dengan selulitis pada regio
submental. Tahap akhir akan terjadi supuratif dan pada
perabaan fluktuatif positif.

Abses spasium parafaringeal


Spasium parafaringeal berbentuk konus dengan dasar
kepala dan apeks bergabung dengan selubung karotid.
Infeksi pada spasium ini mudah menyebar keatas
melalui berbagai foramina menuju bagian otak. Kejadian
tersebut dapat menimbulkan abses otak, meningitis
atau trombosis sinus. Bila infeksi berjalan ke bawah
dapat melalui selubung karotis sampai mediastinuim.
Abses rongga mulut

Tatalaksana
Secara lokasi
periapikal Incisi +PSA + filling

Periondontal Kuretase + scaling


Menurut stadium

Periostal Serosa submukosa

• Trepanasi • kumur air garam • Incisi


• antibiotik, hangat • rubber-dam sebagai drainase
• Antiinflamas • Kompres hangat • Antibiotik, analgesik,
• antipiretik antiinflamasi
• analgesik
Laporan kasus 1:
“Abses Periodontal yang Disebabkan oleh Orthodontic Elastic Separator “

Seorang pasien 19 tahun dirujuk untuk evaluasi adanya


pembengkakan yang amat nyeri pada sisi bukal dari
gingiva molar pertama kiri rahang bawah.
Pasien mengatakan baru menyadari pembengkakan
sekitar dua hari sebelum pasien datang ke klinik.
Pembengkakan itu disertai dengan bisul berwarna putih
seukuran kepala jarum

Foto X-ray non- orthoradial Foto X-ray tambahan dari sudut orthoradial
pertamamenunjukan adanya dengan jelas menunjukkan adanya
gambaran radio-opaque kecil yang bayangan radio-opaque di area
tidak jelas pada sisi mesial dari interproksimal, dimana di area tersebut
puncak alveolar interproksimal. nampak adanya massa berbentuk persegi
panjang, mirip kalkulus subgingival
Laporan kasus 1:

DISKUSI

• Benda asing yang terjebak dalam jariangan


periodontal dapat berfungsi sebagai pemicu untuk
terjadinya penyakit ini.
• Onsetnya tiba-tiba dan disertai dengan respon
inflamasi akut berupa purulensi selama nekrosis
jaringan terjadi. Pembengkakan gingival yang sangat
nyeri dapat terjadi di mana saja di sekitar gigi yang
terkena.

 KESIMPULAN:
 Reaksi yang diinduksi oleh benda asing harus dimasukkan ke
dalam diagnosis banding dari pertumbuhan gingiva berlebih.
 Kelainan periodontal yang terjadi oleh karena pemakaian
pemisah elastis ortodontik, meningkatkan kemungkinan
penyebaran material bilogis oleh karena pita karet yang saling
bergesekan dengan gingival.
 Pemeriksaan radiologis sangat dianjurkan pada kasus ini.
Laporan kasus 2:
“Abses Fosa Kanina; Faktor Etiologis Yang Langka: Gigi Taring Bawah

Pemeriksaan E.O
• Seorang pria 54 dengan pembengkakan dan
kemerahan masif di area fosa kaninus kanan. Ini
telah memburuk selama dua hari sebelumnya dan
menjadi kritis dalam beberapa saat
• Secara klinis, pipi kanan yang bengkak, memerah,
dan sensitif tekanan. Daerah fosa kaninus sangat
sensitif terhadap tekanan, dan sulkus hidung
Gambar 1. Tampilan wajah
diratakan.
pasien dengan abses fosa
kanina

Pemeriksaan panoramic Pemeriksaan I.O

Gambar 2.
Tampilan
Intraoral pada
mastikasi
traumatik
Gambar 3. Tampilan ukuran lesi apical pada pemeriksaan
CBCT
Laporan kasus 2:

Diskusi
• Kedekatan anatomis dari apeks akar ke jaringan lunak di sekitarnya mendukung
transmisi patogen ke ligamen periodontal, karena patogen akan mengambil jalur yang
paling tidak resisten. Infeksi gigi yang menyebar di luar soket gigi dapat memulai
infeksi pada otot yang berdekatan dan pada struktur jaringan ikat.
• Menurut teori ini, infeksi odontogenik utama gigi kaninus rahang atas dapat ditransfer
ke fossa taring. Rute yang paling sering digambarkan adalah fossa taring
• Komplikasi yang jarang terjadi adalah trombosis sinus kavernosis; akses ke pleksus
pterygoid.
• CST adalah komplikasi sinusitis paranasal yang langka, meskipun berpotensi
mengancam jiwa

Kesimpulan
• Infeksi yang parah dan kadang-kadang mengancam jiwa dengan pembentukan
abses di sekitar struktur jaringan dapat terjadi sebagai akibat dari trauma gigi.
Laporan kasus 3:
Terapi untuk Pasien dengan Periodontal Abses

pria berusia 38 tahun datang dengan Pemeriksaan EO:


keluhan rasa sakit yang parah, wajah dismorfik.
pembengkakan, perdarahan gusi berlebihan, Suhu axila 38,70C,
gusi kemerahan, bahkan dengan sedikit denyut nadi 74 kali per menit
palpasi pada daerah anterior atas. pasien tekanan darah 114/78 mmHg.
mengeluhkan sakit yang sangat parah pada
gigi insisivus kanan rahang atas. Selain itu didapatkan pembesaran
pada kelenjar getah bening secara
bilateral, di regio submandibular.
RPD: tidak punya riwayat alergi obat dan
makanan. Dia tidak merokok dan tidak Pemeriksaan : IO
minum minuman beralkohol

Gambar 1. Gambaran
klinis dari abses
periodontal

Gambar 2. Probe dimasukan melalui


sulkus, didapatkan saku (pocket) periodontal
Laporan kasus 3:
• Pada akhir pemeriksaan periodontal pasien tersebut,
dilakukan irigasi supragingival dengan klorheksidin
• Pasien diresepkan antibiotik (amoxicillin 1000mg, setiap
8 jam, selama 3 hari), analgesik (Naproxen 550mg,
setiap 12 jam, selama 3 hari) dan diinstruksikan untuk
berkumur dua kali sehari dengan klorheksidin 0,12%
bilas oral selama 2 minggu.
• Dua belas hari kemudian flap tebal buccal diangkat dan Gambar 5. Gambaran klinis saat
dilakukan kuretase pembedahan periodontal

Kesimpulan
Diskusi
Kesimpulannya,diagnosis
• Abses periodontal adalah tipe abses yang paling umum dan pengobatan abses
yang terjadi di jarigan periodonsium. periodontal utamanya
• Diagnosis abses periodontal baru dapat ditegakan hanya berdasarkan
setelah evaluasi secara keseluruhan empirisme, karena data
• Abses periodontal dapat diobati dengan insisi drainase, berbasis bukti tidak
perawatan saluran akar, kuretase, pemberian antibiotik, tersedia.
dan teknik pembedahan rutin, seperti yang ditunjukkan
dalam kasus ini.
Laporan kasus 4:
Laporan Kasus tentang Abses Periodontal Gigi Tunggal pada Pertumbuhan Gigi yang
Tidak Sehat: Suatu Pendekatan Perawatan

• RPS: Seorang pria 30 tahun dilaporkan dengan keluhan nyeri dan mobilitas
molar pertama rahang bawah kiri.

Pemeriksaan IO:, gigi sensitif terhadap perkusi dan menunjukkan mobilitas kelas
II. Saat menyelidiki daerah tersebut, ada poket periodontal 13 mm di sekitar
akar distal gigi.

• Pada pemeriksaan radiografi, kehilangan tulang


vertikal yang parah tampak jelas di sekitar akar
distal dan melibatkan area furkasi sedangakan
tulang akar mesial benar-benar utuh
• Diputuskan bahwa akar distal harus dilakukan
hemisection setelah selesai terapi endodontik
gigi
Laporan kasus 4:

Diskusi 1. pengeroposan tulang lanjut di sekitar satu


• Pertimbangan akar dengan tingkat tulang yang dapat
yang diperlukan diterima di sekitar akar yang tersisa.
sebelum 2. Angulasi dan posisi gigi di lengkungan.
melakukan Sebuah molar yang secara bukal, lingual,
hemiseksi mesial atau distal, tidak dapat direseksi.
3. Divergensi akar - gigi dengan akar yang
berbeda lebih mudah untuk direseksi. Akar
yang didekati secara dekat atau yang menyatu
adalah kandidat yang miskin.
Gambar 2.
4. Panjang dan kelengkungan akar - akar
Postoperative
setelah 1 bulan
panjang dan lurus lebih baik untuk reseksi
daripada akar kerucut pendek.
5. Kelayakan endodontik dan restorativenentistry
di akar / akar untuk dipertahankan.
Kesimpulan
• Prognosis untuk hemiseksi sama dengan prosedur endodontik rutin asalkan pemilihan kasus telah
benar
• Hemiseksi berguna dalam kasus-kasus .di mana ada perforasi melalui lantai ruang pulpa, atau
saluran pulpa dari salah satu akar gigi yang terlibat secara endodontik yang tidak dapat
diinstrumentasi.
Laporan kasus 5:
Abses periodontal akut pada pasien remaja

RPS: Seorang gadis 17 tahun datang ke poli


dengan nyeri berat, bengkak, perdarahan gingiva,
gingiva refrakter, kemerahan bahkan palpasi
ringan di bagian bawah anterior serta mengeluh
terganggu saat makan, menyikat dan berbicara

RPD: Dia mengaku dalam kesehatan yang relatif Gambar 1.Tampilan


baik dan tidak memiliki riwayat alergi obat dan awal.Pembengkakan dan
makanan. kemerahan gingival diamati.
Riw.Kebiasaan : tidak merokok dan tidak minum
minuman beralkohol.

Pemeiksaan E.O:
ditemukan pembesaran KGB bilateral
Pemeriksaan IO: Adanya akumulasi plak gigi dan kalkulus yang berat, dan
jaringan gingiva yang bengkak Ditemukan pocket periodontral sedalam 7mm di
wajah kanan mandibularis insisivus sentral dan lateral.
Laporan kasus 5:

Dalam kasus ini, abses periodontal dikaitkan


dengan kalkulus subgingiva dan poket periodontal.
Diagnosis abses periodontal harus dilakukan
setelah selesai keseluruhan evaluasi dan
interpretasi keluhan pasien, riwayat medis-gigi, dan
klinis serta pemeriksaan radiografi.
Abses periodontal dapat diobati dengan drainase,
PSA , kuretase dan memberikan antibiotik, dan
teknik bedah rutin. Gambar 2.Tampilan rongga mulut
tiga minggu setelah terapi
periodontal non-bedah.
Kesimpulannya,
Diagnosis dan pengobatan periodontal abses
terutama didasarkan pada empirisme, karena
pengobatan berbasis bukti tidak tersedia. Untuk
menjaga kesehatan periodontal dan perbaiki
estetika, patologi mereka harus diobati.
Laporan kasus 6:
Metastasis karsinoma payudara pada mandibula yang mempresntasikan sebagai abses
periodontal.

RPS: Seorang wanita Kaukasia berusia 55 tahun


dengan nyeri ringan dan rasa hangat di daerah
sekitar mandibula kanan ketiga molar dirujuk ke
klinik kami oleh ahli onkologi nya dengan diagnosis
sementara bisphosphonate induced osteonekrosis
rahang.

RPD: Gambar 1 Tampilan intra-oral


• Riwayat medisnya terungkap mastektomi menunjukkan pembengkakan
radikal termodifikasi dengan kelenjar getah difus yang terletak di atas
bening aksila diseksi untuk karsinoma duktal gingiva bukal dari daerah molar
mandibula dan drainase
invasif dari kiri payudara.
eksudat purulen.
• Tumor positif untuk reseptor estrogen dan
cerbB2, tetapi negatif untuk reseptor
progesteron;
• RPO: terapi hormon adjuvant dengan tamoxifen.
Laporan kasus 6:
Berdasarkan riwayat medis dan parestesia pasien
dari bibir bawah dan dagu, penyakit metastasis
sangat dicurigai.Diagnosis bandingnya termasuk
abses periodontal akut atau kronis, alveolar akut
abses, osteonekrosis rahang yang diinduksi
bifosfonat dan osteomielitis.Pembengkakan
gingival bukal dibiopsi. Gambar:
bentuk seperti sarang yang
padat dan cribriform dari sel
neoplastik divaskular,
myofibromatosis stroma
(hematoxylin dan eosinnoda;
perbesaran asli, x 200).

Gambar: bentuk seperti sarang yang Gambar :Radiografi panoramic menunjukkan


padat dan cribriform dari sel neoplastik kehilangan tulang sepanjan geligi.
divaskular, myofibromatosis stroma
(hematoxylin dan eosinnoda; perbesaran
asli, x 200).
Laporan kasus 6:
Diskusi

• kondisi gigi pasien yang relatif sehat, pulpa vital


setelah beberapa tes diagnostik dan kurangnya
tanda-tanda radiografi menghilangkan
kemungkinan terkait luka endodontic
• Temuan lainnya termasuk peningkatan
mobilitas gigi, meningkatkan kepekaan
terhadap perkusi, serta, kadang-kadang, Gambar
:Satu tahun tindak lanjut intra-
limfadenopati dan meningkat suhu tubuh.
oral dari bukal gingiva dari
• kami memutuskan untuk melakukan biopsy daerah molar kanan rahang
karena riwayat penyakit ganas dan adanya bawah. Tidak ada tanda-tanda
paresthesia bibir dan peradangan dicatat, dan remisi
penyakit telah tercapai.
Kesimpulan

• Prognosis untuk pasien dengan lesi metastasis rongga mulut umumnya buruk, terutama karena
keterlambatan dalam mendeteksi lesi.
• pentingnya mencurigai adanya lesi metastasis di rahang, meskipun kurangnya bukti klinis atau
radiografi.
• mengevaluasi temuan klinis yang tidak biasa dan radiografi, seperti bibir dan dagu parestesia
untuk membedakan lesi. Karena lesi ini terkait dengan prognosis yang buruk, deteksi dini sangat
penting.
Kesimpulan
1. Abses merupakan rongga patologis yang berisi pus yang
disebabkan oleh infeksi bakteri
2. Terjadinya infeksi pada salah satu atau lebih fascial space
yang paling sering olehkarena penyebaran kuman dari penyakit
odontogenik terutama komplikasi dari periapikal abses.
3. Banyak manifestasi abses dengan gejala klinis yang berbeda,
yang dapat mengarahkan kepada diagnosa dan terapi yang
tepat.
4. Adapun tahap penatalaksanaa abses odontogenik secara
umum adalah Pemeriksaan Radiologi periapikal dan
panoramik sebagai skrining awal untuk menentukan etiologi
dan letak fokal infeksi, tes Serologi untuk mengetahui etiologi
dan incisi abses, dan drainase pus yang berisi bakteri.
Selanjutnya didukung dengan pemberian antibiotik, analgesik
dan roburantia.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai