DAYA DUKUNG
ASPEK UNTUK
BENTUK DAN MENDUKUNG
UKURAN BEBAN YANG
BERGERAK
JALUR PERGERAKAN
TRANSPORTASI DARAT
JALAN
JALAN REL
SABUK GERAK
SISTIM PIPA
Sistem transportasi Jalan Darat :
5m
pagar x
pagar
d a d
b b
c 1,5 m c
a = jalur lalu lintas b = bahu jalan c = saluran tepi d = ambang pengaman x = a+b+b = badan jalan
Ruang Manfaat Jalan, Ruang Milik
Jalan & Ruang Pengawasan Jalan
Ruang Manfaat Jalan
Pasal 34 PP No 34 Tahun 2006 tentang Jalan memuat Ruang
Manfaat Jalan yang meliputi : badan jalan, saluran tepi jalan,
dan ambang pengamannya. Dimana ruang sepanjang jalan yang
dibatasi oleh lebar, tinggi, dan kedalaman tertentu yang
ditetapkan oleh penyelenggara jalan ( dalam hal ini Pemerintah )
yang berpedoman dengan peraturan yang berlaku. Ruang
Manfaat Jalan tersebut biasanya digunakan untuk median,
perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan,
trotoar, lereng, ambang pengaman, timbunan dan galian, gorong-
gorong ( box culvert ), perlengkapan jalan, dan bangunan
pelengkap lainnya. Sehingga setiap orang yang merupakan Warga
Negara Indonesia dilarang memanfaatkan Ruang Manfaat Jalan
yang dapat mengganggu fungsi jalan sebagai sarana fasilitas
umum.
Ruang Milik Jalan
Ruang Milik Jalan, sesuai dengan Pasal 40 PP No 34 Tahun
2006 tentang Jalan paling sedikit memiliki lebar sebagai
berikut : (a) Jalan bebas hambatan 30 meter, (b) Jalan raya
25 meter, (c) Jalan sedang 15 meter, dan (d) Jalan kecil 11
meter. Ruang Milik Jalan tersebut diberi tanda yang sudah
ditetapkan oleh penyelenggara jalan yang diatur dalam
Peraturan Menteri yang dikeluarkan oleh Menteri Pekerjaan
Umum. Apabila terjadi gangguan dan hambatan terhadap
ruang milik jalan, maka penyelenggara jalan ( pemerintah )
wajib segera mengambil tindakan untuk kepentingan
pengguna jalan yang diatur dengan suatu hak tertentu sesuai
dengan perundang-undangan.
Ruang Pengawasan Jalan
Di dalam Pasal 44 PP No 34 Tahun 2006 tentang
Jalan, mengenai Ruang Pengawasan Jalan
dijelaskan sebagai ruang tertentu di luar ruang
milik jalan yang penggunaannya ada di bawah
pengawasan penyelenggara jalan. Ruang
Pengawasan Jalan tersebut diperuntukkan bagi
pandangan bebas pengemudi dan pengamanan
konstruksi jalan serta pengamanan fungsi jalan.
Dalam hal Ruang Milik Jalan tidak cukup luas, lebar Ruang
Pengawasan Jalan ditentukan dari tepi badan jalan paling
sedikit dengan ukuran sebagai berikut :
(a) Jalan arteri primer 15 meter,
(b) Jalan kolektor primer 10 meter,
(c) Jalan lokal primer 7 meter,
(d) Jalan lingkungan primer 5 meter,
(e) Jalan arteri sekunder 15 meter,
(f) Jalan kolektor sekunder 5 meter,
(g) Jalan lokal sekunder 3 meter,
(h) Jalan lingkungan sekunder 2 meter, dan
(i) Jembatan 100 meter ke arah hilir dan hulu.
Ruang Manfaat Jalan, Ruang Milik
Jalan & Ruang Pengawasan Jalan
Dalam hal Ruang Milik Jalan tidak cukup luas, lebar Ruang
Pengawasan Jalan ditentukan dari tepi badan jalan paling sedikit
dengan ukuran sebagai berikut :
(a) Jalan arteri primer 15 meter,
(b) Jalan kolektor primer 10 meter,
(c) Jalan lokal primer 7 meter,
(d) Jalan lingkungan primer 5 meter,
(e) Jalan arteri sekunder 15 meter,
(f) Jalan kolektor sekunder 5 meter,
(g) Jalan lokal sekunder 3 meter,
(h) Jalan lingkungan sekunder 2 meter, dan
(i) Jembatan 100 meter ke arah hilir dan hulu.
Garis Sempadan Bangunan
• UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, dalam penjelasan Pasal 13
ayat 1 yang dimaksud Garis Sempadan:
• “Garis yang membatasi jarak bebas minimum dari bidang terluar suatu massa
bangunan gedung terhadap batas lahan yang dikuasai, antar massa bangunan
lainnya, batas tepi sungai/ pantai, jalan kereta api, rencana saluran, dan/atau
jaringan listrik tegangan tinggi.“
• PP No. 36 Tahun 2005 ttg Peraturan Pelaksanaan UU No. 28/2002, dalam penjelasan
Pasal 21 ayat 3 dan ayat 4 serta Pasal 23 ayat 1 dan ayat 2 pengaturan Garis
Sempadan meliputi : Letak garis sempadan bangunan gedung terluar untuk daerah
di sepanjang jalan, diperhitungkan berdasarkan LEBAR DAERAH MILIK JALAN
(DAMIJA = RUMIJA) dan peruntukan lokasi, serta diukur dari batas daerah milik
jalan.
• Letak garis sempadan bangunan gedung terluar untuk daerah sepanjang jalan kereta
api dan jaringan tegangan tinggi, mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh instansi
yang berwenang.
• Pertimbangan keselamatan dalam penetapan garis sempadan meliputi
pertimbangan terhadap bahaya kebakaran, banjir, air pasang, tsunami, dan/atau
keselamatan lalu lintas.
Pembagian Ruang Jalan UNTUK JALAN ARTERI
Menurut UU No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan
Pembagian Ruang Jalan UNTUK JALAN KOLEKTOR
Menurut UU No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan
Pembagian Ruang Jalan UNTUK JALAN LOKAL
Menurut UU No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan
Contoh sistem jaringan jalan
Pelabuhan &
Pergudangan
Bandar Udara
Pergudangan
Kawasan
Kawasan perdagangan
Industri regional
Terminal
angkutan barang
Perumahan
Sistem Jaringan Jalan Primer
Kawasan Sekunder
Jalan Arteri Sekunder
Kawasan Primer
Jalan Kolektor Sekunder
Batas Perkotaan
Jalan Lokal Sekunder
RING ROAD sebagai benteng arus lalu lintas menerus
(through traffic) = pergerakan antar kota
• Kota Manado letaknya berada diantara kabupaten/kota lainnya sehingga berakibat
akan muncul lalu lintas menerus dalam jumlah yang suatu saat cukup besar, yang akan
mengganggu kelancaran lalu lintas internal.
• Manado merupakan kota yang memiliki ciri spesifik yang perlu diperhatikan dan
diantisipasi mengenai permasalahan yang berkaitan dengan arus lalu lintas menerus
(through traffic) = pergerakan antar kota. Untuk mengatasi tingginya lalu lintas
menerus yang memasuki kota, dibangun jalan lingkar untuk mengalihkan lalu lintas
menerus.
Sistem Jaringan Jalan
• Ciri-ciri umum sistem primer dapat dilihat dari
pergerakan kendaraan yang dilayaninya, yaitu
didominasi oleh pergerakan eksternal-eksternal dan
pergerakan internal-eksternal atau sering disebut
pergerakan antar kota (inter urban).
• Sedangkan sistem sekunder adalah sistem yang
melayani pergerakan di dalam suatu kota (intra
urban) yang dapat meliputi pergerakan antar
kawasan (inter zona), dan pergerakan di dalam
kawasan itu sendiri (intra zona).
Berdasarkan bentuknya, pola jaringan
jalan suatu kota dapat berbentuk :
R
Ec R
cos
2
1
Ec Tc. tan
4
dimana :
IP = Intersection Point
R = jari-jari Lingkaran(m)
= Sudut Tangen (..o)
Tc = Jarak dari TC ke PI (m)
Lc = Busur Lingkaran Circle (m)
Gambar . Lengkung horisontal type Spiral Circle Spiral
Ls 2
Yc
6R Ls 360
s
Ls 3 2R 2
X c Ls
40R 2
p Yc R(1 Coss ) c 2s
k Xc RSin s
c
Lc 2R
( R p) 360
Es R
Cos
2
Ts ( R p)Tan k
2
dimana:
Yc = jarak dari tangen ke pusat lingkaran
(m)
Xc = jarak dari TS ke SC (m)
p = jarak dari tangen ke k (m)
k = jarak dari TS ke awal ∆ (m)
Es = jarak dari IP ke tengah lingkaran (m)
Tl = jarak dari Ts ke IP (m)
θs = sudut dari SC atau CS ke titik k (0)
∆c = sudut lingkaran (0)
Lc = panjang lingkaran (m)
Ltot = panjang tikungan (m)
Gambar .Lengkung horisontal type Spiral-Spiral
Untuk tipe spiral-spiral rumus yang
berlaku seperti rumus untuk tipe spiral
circle spiral, hanya untuk tipe spiral-
spiral harga Lc = 0 atau c =0.
s
2
Δc = 0
Lc = 0
dimana :
Ys = jarak dari tangen ke pusat lingkaran (m)
Xs = jarak dari TS ke IP (m)
p = jarak dari tangen ke k (m)
k = jarak dari TS ke awal ∆ (m)
Es = jarak dari IP ke tengah lingkaran (m)
Ts = jarak dari Ts ke IP (m)
θs = sudut dari TS ke SC/CS (0)
∆c = sudut lingkaran (0)
Ltot = panjang tikungan (m)
Gambar Tampak Atas dua Tikungan
ALINEMEN VERTIKAL
VPI
A + G2
VPC VPT
- G1
1 -G
+G 2
L/2
G1 -G
L +
2
TYPE I
LENGKUNG VERTIKAL CEMBUNG
-G
1 2 2
+G -G
1 +G
- G1
TYPE III - G2
Pelat Beton
Sub Base
SubGrade
KERETA API
MONORAIL
Kereta api adalah sarana transportasi
berupa kendaraan dengan tenaga
gerak, baik berjalan sendiri maupun
dirangkaikan dengan kendaraan
lainnya, yang akan ataupun sedang
bergerak di rel. Kereta api merupakan
alat transportasi massal yang
umumnya terdiri dari lokomotif
(kendaraan dengan tenaga gerak
yang berjalan sendiri) dan rangkaian
kereta atau gerbong
Ada dua tipe dasar angkutan jalan rel,
yaitu:
• Sistem angkutan jalan rel perkotaan
• Sistem angkutan jalan rel antar kota
JALAN KERETA API
JALAN KERETA API
Kereta kecepatan tinggi adalah transportasi massal
dengan menggunakan rel dengan kecepatan di atas 200
km/jam (125 mil/jam).
Monorel adalah sebuah metro atau
rel dengan jalur yang terdiri dari rel
tunggal, berlainan dengan rel
tradisional yang memiliki dua rel
paralel dan dengan sendirinya, kereta
lebih lebar daripada relnya. Biasanya
rel terbuat dari beton dan roda
keretanya terbuat dari karet, sehingga
tidak sebising kereta konvensional.
Kelebihan
Membutuhkan ruang yang kecil baik ruang vertikal maupun
horizontal. Lebar yang diperlukan adalah selebar kereta
dan karena dibuat di atas jalan, hanya membutuhkan ruang
untuk tiang penyangga.
Terlihat lebih "ringan" daripada kereta konvensional dengan
rel terelevasi dan hanya menutupi sebagian kecil langit.
Tidak bising karena menggunakan roda karet yang berjalan
di beton.
Bisa menanjak, menurun, dan berbelok lebih cepat
dibanding kereta biasa.
Lebih aman karena dengan kereta yang memegang rel,
risiko terguling jauh lebih kecil. Resiko menabrak pejalan
kaki pun sangat minim.
Lebih murah untuk dibangun dan dirawat dibanding kereta
bawah tanah.
kereta bawah tanah (subway)
Kekurangan
Dibanding dengan kereta bawah tanah,
monorel terasa lebih memakan tempat.
Dalam keadaan darurat, penumpang
tidak bisa langsung dievakuasi karena
tidak ada jalan keluar kecuali di stasiun.
Kapasitasnya masih dipertanyakan.
JALUR PERGERAKAN
TRANSPORTASI AIR
TRANSPORTASI AIR TERDIRI DARI :
• Angkutan Laut (DIREKTORAT
PERHUBUNGAN LAUT)
• Angkutan Sungai Danau Dan
Penyeberangan (DIREKTORAT ASDP)
Terdiri Dari :
– Angkutan Penyeberangan Di Sungai,
– Angkutan Penyeberangan Angkutan Di
Danau
– Angkutan Penyeberangan Di Laut
KELEBIHAN TRANSPORTASI AIR
• Murah
• Jaringan alamiah
• Dapat menggunakan jalur mana
saja
• Servis yang fleksibel
• Kanal memacu tumbuhnya industri
• Polusi rendah
KEKURANGAN TRANSPORTASI AIR
• Tidak cocok untuk barang-barang
yang mudah rusak/membusuk
• Tidak cocok untuk jarak dekat
• Kanal perlu biaya mahal untuk
pembangunanya
• Route tidak fleksibel
Pengertian Pelabuhan menurut Peratuan
Pemerintah RI no 69 Tahun 2001 tentang
Kepelabuhanan
Lirung
Melongwane
Kep. Sangihe
Tobelo
Siau
Tagulandang
Gorontalo
Ternate
Maluku Utara
Breakwater
(Basin)
Pos TNI AL (NAVY) Gudang (Transit Shed)
Port Administration
Breakwater
Breakwater
Rencana
Pengembangan
Pelabuhan
Kolam Pelabuhan (basin)
Runway tunggal
Kondisi VFR berkisar diantara 50-100
operasi perjam, sedangakan kondisi IFR
kapasitasnya berkurang 50-70 operasi,
tergantung campuran pesawat terbang dan
alat” bantu navigasi yang tersedia.
• Kondis VFR (Visual Flight Rules) adalah kondisi
penerbangan dengan keadaan cuaca yang
sedemikian rupa sehingga pesawat terbang dapat
mempertahankan jarak pisah yang aman dengan
cara” visual.
• Kondisi IFR (Instrument Flight Rules) adalah kondisi
penerbangan apabila jarak penglihatan atau batas
penglihatan berada dibawah yang ditentukan VFR.
• Dalam kondisi IFR jarak pisah yang aman diantara
pesawat merupakan tanggung jawab petugas
pengendali lalu lintas udara, sedangkan dalan kondisi
VFR hal itu merupakan tanggung jawab penerbang.
Runway sejajar
Kapasitasnya per jam dapat bervariasi di antara 100-200
operasi dalam kondisi-kondisi VFR, tergantung pada
komposisi campuran pesawat terbang. Dalam
kondisi IFR kapsitas per jam untuk yang berjarak rapat
bekisar 50-60 operasi. tergantung pada komposisi
campuran pesawat terbang.
• Runway dua jalur
dapat menampung lalu lintas paling sedikit 70
persen lebih dari runway tunggal dalam kondisi
VFR dan kira” 60 persen lebih banyak dari runway
tunggal dalm kondisi IFR.
• Runway bersilangan
kapasitas runway yang bergantung pada letak
persilangan dan pada cara pengoperasian runway
yang disebut strategis (lepas landas / mendarat).
kapasitas tertinggi apabila titik silang terletak dekat
dengan ujung lepas landas dan ambang pendaratan.
Untuk kapasitas per jam 60-70 operasi dalam
kondisi IFR dan 70-175 operasi dalam kondisi VFR
yang tergantung pada kondisi campuran pesawat.
Lebih jelas dapat dilihat pada gambar :
• Runway V terbuka
untuk menghasilkan strategi kapasitas tertinggi
adalah apabila operasi penerbangan dilakukan
menjauhui V, dalam kondisi IFR kapasitas per jam
untuk strategi ini berkisar 50-80 operasi
tergantung pada campuran pesawat terbang,
dalam kondisi VFR antara 60-180 operasi, apabila
operasi penerbangan dilakukan menuju V,
Kapasitasnya berkurang menjadi 50-60 dalam
kondisi IFR dan antara 50-100 dalam VFR.
TERMINAL
DEFINISI TERMINAL
• ADALAH SUATU TEMPAT DIMANA DIMULAINYA
PERGERAKAN DANBERAKHIRNYA PERGERAKAN.
• INTERCHANGE ADALAH FUNGSI DARI TERMINAL DAN
JUGA SEBAGI TEMPAT PERPINDAHAN / BERTUKARNYA
MODA TRANSPORTASI.
• Dalam pencapaian pembangunan nasional peranan
transportasi memiliki posisi yang penting dan strategi
dalam pembangunan, maka perencanaan dan
pengembangannya perlu ditata dalam satu kesatuan
sistem yang terpadu.
• Untuk terlaksananya keterpaduan intra dan antar moda
secara lancar dan tertib, maka ditempat-tempat tertentu
perlu dibangun dan diselenggarakan terminal (DEFINISI
MENURUT DEP HUB).
DEFINISI TERMINAL
Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995, terminal transportasi
merupakan :
• Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang
berfungsi sebagai pelayanan umum.
• Tempat pengendalian, pegawasan, pengaturan dam
pengoperasian lalu lintas.
• Prasarana angkutan yang merupakan bagian dari
sistem transportasi untuk memperlancar arus
penumpang dan barang.
• Unsur tata ruang yang mempunyai perananan penting
bagi efisiensi kehidupan kota.
MENGAPA PERLU TERMINAL?
Instansi penetap Dirjen Hub Dar setelah mendengar pendapat Gubernur setelah mendengar pendapat dan Kepala Bupati setelah mendengar pendapat dan
lokasi terminal gubernur dan kepala Kanwil Dep Hub Kanwil Dep Hub dan mendapat persetujuan Kepala Kanwil Dep Hub dan
(KM 31 TH setempat dari Dirjend mendapat persetujuan dari Gubernur
1995) pasal 14
• Terminal Malalayang
• Luas : 15.000 M2
• Daya Tampung : 470
Armada
• Kendaraan Masuk/Keluar
rata-rata per hari : 460
Kendaraan
• Penumpang Turun/Naik
rata-rata per hari : 4.782
Orang
• Tipe : A
• Jumlah Trayek : 2 (AKAP);
19 (AKDP); dan 8
(Angkot).
Terminal Karombasan Tipe B
Terminal Tomohon Tipe B
Terminal Karombasan
• Luas : 8.974 M2
• Daya Tampung : 283 Armada
• Kendaraan Masuk/Keluar rata-rata per hari : 562 Kendaraan
• Penumpang Turun/Naik rata-rata per hari : 5.731 Orang
• Tipe : B
• Jumlah Trayek : 16 (AKDP); dan 13 (Angkot).
Terminal Tuminting
• Luas : 250 M2
• Daya Tampung : 35 Armada
• Kendaraan Masuk/Keluar rata-rata per hari : 21 Kendaraan
• Penumpang Turun/Naik rata-rata per hari : 272 Orang
• Tipe : B
• Jumlah Trayek : 2 (AKDP); dan 7 (Angkot).
Secara skematis posisi terminal dan jaringan trayek di
Kota Manado dapat digambarkan sebagai berikut
POLA LOKASI TERMINAL
• Sesuai dengan pola ini, maka trayek-trayek saling
menghubungkan diantara ke empat terminal dan masing-masing
trayek hanya menyinggung di pusat kota. Dengan pola ini hanya
ada 7 trayek yang akan melayani kebutuhan penduduk Kota
Manado. Trayek-trayek ini diharapkan seminimal mungkin
tumpang tindih dan dapat disebarkan secara merata ke jalan-
jalan yang sejajar jalan radial/arteri, sehingga memberi
pelayanan daerah hunian sebaik mungkin.
• Terminal Karombasan, Paal 2 dan Tuminting saat ini dirasakan
terlalu dekat dengan pusat kota, sehingga disarankan untuk
digeser ke arah pinggir, hingga ke pertemuan dengan jalan
lingkar.
POLA LOKASI TERMINAL
• Pola terminal di Kota Manado merupakan gabungan dari central terminating
dan near-side terminating. Untuk Kota Manado sebaiknya mengikuti pola
near-side terminating dan menghapus posisi pusat kota sebagai titik
awal/akhir trayek. Kedua pola terminal dapat digambarkan sebagaimana
terlihat pada gambar di bawah ini.
POLA LOKASI TERMINAL
TERMINAL ANGKUTAN
BARANG
KETENTUAN MENGENAI TERMINAL ANGKUTAN
BARANG
Terminal angkutan barang harus dapat melayani
operasi bongkar muat dan penyimpanan barang.
Moda angkutan barang dapat dibagi atas 3 jenis
yaitu:
• Angkutan truk
• Angkutan kereta api peti kemas
• Angkutan kereta api barang non peti kemas
• Angkutan barang dengan truk harus dapat
mengakomodasi volume kira-kira 1,2 sampai 1,4 kali
estimasi tonase rata-rata harian atau jam-an dengan
proyeksi paling sedikit 10 tahun.
Latar belakang adanya usulan pembangunan
terminal kargo
• Angkutan barang (Peti Kemas) Harus dicegah untuk masuk ke
dalam pusat kota dengan adanya terminal Kargo (Sebagai
Benteng terhadap angkutan Peti kemas).
• Semakin awetnya jalan jalan dalam kota karena angkutan jenis
Peti Kemas tidak lagi membebani jalan-jalan dalam kota.
• Bongkar muat barang terjadi bisa terjadi sembarang tempat
seperti di tepi jalan raya yang dapat mengganggu kelancaran
arus lalu lintas.
• Tersedianya tempat pertukaran moda kendaraan dari
kendaraan angkutan barang berat ke kendaraan angkutan
barang kecil.
• Tersedianya tempat beristirahat bagi para sopir angkutan
barang.
• Salah satu potensi PAD.
Bongkar muat barang terjadi bisa terjadi sembarang tempat seperti di tepi
jalan raya yang dapat mengganggu kelancaran arus lalu lintas dan
keselamatan di jalan
Angkutan Kargo (Peti Kemas) secara signifikan mempengaruhi kelancaran
arus lalu lintas di dalam Kota
Terminal Barang ~
Transportasi
• Pelataran Parkir
• Area Sirkulasi
• Gerbang
• Penginapan
• Fasilitas ibadah
• Warung
Spesifikasi Peralatan Penunjang
Ke Manado
Ke Bitung
CONTOH Lay Out Terminal Kargo
ANIMASI TERMINAL KARGO MANADO