Anda di halaman 1dari 204

JALUR PERGERAKAN

SUATU PRASARANA DAN FASILITAS


YANG BERFUNGSI UNTUK
MENYEDIAKAN “ RUANG DAN
LANDASAN” BAGI TERJADINYA SUATU
PERGERAKAN TRANSPORTASI AGAR
BISA TERLAKSANA DENGAN SELAMAT
DAN LANCAR
LINGKUP
PERENCANAAN

DAYA DUKUNG
ASPEK UNTUK
BENTUK DAN MENDUKUNG
UKURAN BEBAN YANG
BERGERAK
JALUR PERGERAKAN
TRANSPORTASI DARAT

JALAN
JALAN REL
SABUK GERAK
SISTIM PIPA
Sistem transportasi Jalan Darat :

• Trasnportasi Darat Berbasis Jalan Raya


• Transportasi Darat Berbasis Jalan Rel
KELEBIHAN TRANSPORTASI JALAN RAYA
• Fleksibel dalam hal pelayanan karena sangat
mungkin untuk mengubah tujuan/mengubah
haluan
• Pencapaian secara langsung ke tempat tujuan
• Kecepatan tinggi
• Rentangannya luas dalam hal pengangkutan
barang, dapat menangani ukuran barang yang
besar
• Memungkinkan untuk mengubah tujuan di
tengah perjalanan
KEKURANGAN TRANSPORTASI
JALAN RAYA
• Perlu pemeliharaan yang terus
menerus
• Dapat menjadi sangat lambat
• Sering terjadi penundaan
• Menyebabkan polusi
KELEBIHAN TRANSPORTASI
KERETA API
• Memberikan pelayanan yang cepat
• Barang-barang yang banyak dapat
diangkut
• Cocok untuk pengangkutan penumpang,
murah, nyaman, aman, khususnya untuk
jarak < 500 km
• Menawarkan akses yang baik sepanjang
jalur itu. Rel KA dapat berfungsi sebagai
magnet industri
• Merupakan tipe transportasi yang bersih.
KEKURANGAN TRANSPORTASI
KERETA API

• Biaya operasional dan pemeliharaan


tinggi
• Untuk jarak yang dekat, biayanya tinggi
• Pelayanan tidak fleksibel karena jalurnya
tidak mudah dialihkan. Kalau akan
mengubah jalur harus melalui stasiun
KEKURANGAN TRANSPORTASI KERETA API

• Routenya tidak mudah dipindah misal


harus memutar
• Jalur yang sudah lama memberikan
beban keruangan yang sangat besar
• Mengganggu jenis transportasi yang
lain misal jalan raya
PRASARANA TRANSPORTASI
DARAT BERBASIS JALAN RAYA=TERMINAL
• ADALAH SUATU TEMPAT DIMANA DIMULAINYA
PERGERAKAN DANBERAKHIRNYA PERGERAKAN.
• INTERCHANGE ADALAH FUNGSI DARI TERMINAL DAN
JUGA SEBAGI TEMPAT PERPINDAHAN / BERTUKARNYA
MODA TRANSPORTASI.
• Dalam pencapaian pembangunan nasional peranan
transportasi memiliki posisi yang penting dan strategi
dalam pembangunan, maka perencanaan dan
pengembangannya perlu ditata dalam satu kesatuan
sistem yang terpadu.
• Untuk terlaksananya keterpaduan intra dan antar
moda secara lancar dan tertib, maka ditempat-tempat
tertentu perlu dibangun dan diselenggarakan terminal
(DEFINISI MENURUT DEP HUB).
JALAN

SUATU PRASARANA PERHUBUNGAN


DARAT DALAM BENTUK APAPUN
MELIPUTI SEGALA BAGIAN JALAN,
TERMASUK BAGIAN PELENGKAP DAN
PERLENGKAPANNYA YANG
DIPERUNTUKKAN BAGI LALU LINTAS
KLASIFIKASI JALAN
• Pengklasifikasian jalan yang terbagi atas klasifikasi sistem operasional,
klasifikasi fungsi dan klasifikasi teknis adalah penting untuk kebutuhan
komunikasi antara administrator, rekayasa teknik dan masyarakat umum.
• Klasifikasi adminisratif digunakan untuk membagi penanggung jawab jalan
dan metoda pendanaan jalan beserta fasilitasnya. Hal ini lebih dikenal
dengan istilah Jalan Negara (Nasional), Jalan Provinsi dan Jalan
Kabupaten/Kota.
• Klasifikasi fungsional jalan adalah membagi jalan berdasarkan karakter
layanan (character of service) untuk mencapai perencanaan transportasi
yang komprehensif yang mencakup aspek pengembangan ekonomi dan
sosial. Klasifikasi fungsional lebih dikenal dengan Jalan Arteri, Jalan
Kolektor dan Jalan Lokal.
• Klasifikasi sistem pergerakan jalan adalah klasifikasi berdasarkan tipe
pergerakan terdiri dari sistem primer pergerakannya didominasi pergerakan
antar kota (through traffic) misalnya Ring Road dan sistem sekunder
pergerakannya didominasi pergerakan dalam kota (commuter).
• Kelas perencanaan adalah membagi jalan berdasarkan volume pergerakan,
ukuran kendaraan dan standar geometrik.
Klasifikasi sistem jaringan jalan
dibagi atas 2 (dua) kategori
yaitu :
• Sistem Primer, merupakan sistem
yang melayani pergerakan antar
kota (inter urban).
• Sistem Sekunder, merupakan
sistem yang melayani pergerakan
antar kawasandalam suatu kota
(intra urban).
Pola pengembangan sistem jaringan jalan
menurut peranan dan kewenangan

Sistem Klasifikasi Jalan


Jaringan Menurut Pengelola
Menurut fungsi
jalan kewenangan
Arteri Primer
Jalan Nasional Pemerintah Pusat
KP1
Sistem
Kolektor KP2 Pemerintah
jaringan Jalan Propinsi
Primer KP3 Propinsi
jalan
KP4 Jalan Pemerintah
primer
Lokal Primer Kabupaten/Kota Kab/Kota
Sistem
Arteri Sekunder
jaringan Jalan Pemerintah
Kolektor sekunder
jalan Kabupaten/Kota Kab/Kota
Lokal sekunder
sekunder
Keterkaitan RTRW dan Sistem Prasarana
Transportasi pada berbagai tingkat
Pembagian Ruang Jalan Menurut UU No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan

5m

pagar x

pagar
d a d
b b

c 1,5 m c

Rumaja Rumija Ruwasja Bangunan

a = jalur lalu lintas b = bahu jalan c = saluran tepi d = ambang pengaman x = a+b+b = badan jalan
Ruang Manfaat Jalan, Ruang Milik
Jalan & Ruang Pengawasan Jalan
 Ruang Manfaat Jalan
 Pasal 34 PP No 34 Tahun 2006 tentang Jalan memuat Ruang
Manfaat Jalan yang meliputi : badan jalan, saluran tepi jalan,
dan ambang pengamannya. Dimana ruang sepanjang jalan yang
dibatasi oleh lebar, tinggi, dan kedalaman tertentu yang
ditetapkan oleh penyelenggara jalan ( dalam hal ini Pemerintah )
yang berpedoman dengan peraturan yang berlaku. Ruang
Manfaat Jalan tersebut biasanya digunakan untuk median,
perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan,
trotoar, lereng, ambang pengaman, timbunan dan galian, gorong-
gorong ( box culvert ), perlengkapan jalan, dan bangunan
pelengkap lainnya. Sehingga setiap orang yang merupakan Warga
Negara Indonesia dilarang memanfaatkan Ruang Manfaat Jalan
yang dapat mengganggu fungsi jalan sebagai sarana fasilitas
umum.
 Ruang Milik Jalan
 Ruang Milik Jalan, sesuai dengan Pasal 40 PP No 34 Tahun
2006 tentang Jalan paling sedikit memiliki lebar sebagai
berikut : (a) Jalan bebas hambatan 30 meter, (b) Jalan raya
25 meter, (c) Jalan sedang 15 meter, dan (d) Jalan kecil 11
meter. Ruang Milik Jalan tersebut diberi tanda yang sudah
ditetapkan oleh penyelenggara jalan yang diatur dalam
Peraturan Menteri yang dikeluarkan oleh Menteri Pekerjaan
Umum. Apabila terjadi gangguan dan hambatan terhadap
ruang milik jalan, maka penyelenggara jalan ( pemerintah )
wajib segera mengambil tindakan untuk kepentingan
pengguna jalan yang diatur dengan suatu hak tertentu sesuai
dengan perundang-undangan.
 Ruang Pengawasan Jalan
 Di dalam Pasal 44 PP No 34 Tahun 2006 tentang
Jalan, mengenai Ruang Pengawasan Jalan
dijelaskan sebagai ruang tertentu di luar ruang
milik jalan yang penggunaannya ada di bawah
pengawasan penyelenggara jalan. Ruang
Pengawasan Jalan tersebut diperuntukkan bagi
pandangan bebas pengemudi dan pengamanan
konstruksi jalan serta pengamanan fungsi jalan.
Dalam hal Ruang Milik Jalan tidak cukup luas, lebar Ruang
Pengawasan Jalan ditentukan dari tepi badan jalan paling
sedikit dengan ukuran sebagai berikut :
 (a) Jalan arteri primer 15 meter,
 (b) Jalan kolektor primer 10 meter,
 (c) Jalan lokal primer 7 meter,
 (d) Jalan lingkungan primer 5 meter,
 (e) Jalan arteri sekunder 15 meter,
 (f) Jalan kolektor sekunder 5 meter,
 (g) Jalan lokal sekunder 3 meter,
 (h) Jalan lingkungan sekunder 2 meter, dan
 (i) Jembatan 100 meter ke arah hilir dan hulu.
Ruang Manfaat Jalan, Ruang Milik
Jalan & Ruang Pengawasan Jalan
Dalam hal Ruang Milik Jalan tidak cukup luas, lebar Ruang
Pengawasan Jalan ditentukan dari tepi badan jalan paling sedikit
dengan ukuran sebagai berikut :
 (a) Jalan arteri primer 15 meter,
 (b) Jalan kolektor primer 10 meter,
 (c) Jalan lokal primer 7 meter,
 (d) Jalan lingkungan primer 5 meter,
 (e) Jalan arteri sekunder 15 meter,
 (f) Jalan kolektor sekunder 5 meter,
 (g) Jalan lokal sekunder 3 meter,
 (h) Jalan lingkungan sekunder 2 meter, dan
 (i) Jembatan 100 meter ke arah hilir dan hulu.
Garis Sempadan Bangunan
• UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, dalam penjelasan Pasal 13
ayat 1 yang dimaksud Garis Sempadan:
• “Garis yang membatasi jarak bebas minimum dari bidang terluar suatu massa
bangunan gedung terhadap batas lahan yang dikuasai, antar massa bangunan
lainnya, batas tepi sungai/ pantai, jalan kereta api, rencana saluran, dan/atau
jaringan listrik tegangan tinggi.“
• PP No. 36 Tahun 2005 ttg Peraturan Pelaksanaan UU No. 28/2002, dalam penjelasan
Pasal 21 ayat 3 dan ayat 4 serta Pasal 23 ayat 1 dan ayat 2 pengaturan Garis
Sempadan meliputi : Letak garis sempadan bangunan gedung terluar untuk daerah
di sepanjang jalan, diperhitungkan berdasarkan LEBAR DAERAH MILIK JALAN
(DAMIJA = RUMIJA) dan peruntukan lokasi, serta diukur dari batas daerah milik
jalan.
• Letak garis sempadan bangunan gedung terluar untuk daerah sepanjang jalan kereta
api dan jaringan tegangan tinggi, mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh instansi
yang berwenang.
• Pertimbangan keselamatan dalam penetapan garis sempadan meliputi
pertimbangan terhadap bahaya kebakaran, banjir, air pasang, tsunami, dan/atau
keselamatan lalu lintas.
Pembagian Ruang Jalan UNTUK JALAN ARTERI
Menurut UU No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan
Pembagian Ruang Jalan UNTUK JALAN KOLEKTOR
Menurut UU No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan
Pembagian Ruang Jalan UNTUK JALAN LOKAL
Menurut UU No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan
Contoh sistem jaringan jalan
Pelabuhan &
Pergudangan

Bandar Udara

Pergudangan

Kawasan
Kawasan perdagangan
Industri regional

Terminal
angkutan barang

Perumahan
Sistem Jaringan Jalan Primer
Kawasan Sekunder
Jalan Arteri Sekunder
Kawasan Primer
Jalan Kolektor Sekunder
Batas Perkotaan
Jalan Lokal Sekunder
RING ROAD sebagai benteng arus lalu lintas menerus
(through traffic) = pergerakan antar kota
• Kota Manado letaknya berada diantara kabupaten/kota lainnya sehingga berakibat
akan muncul lalu lintas menerus dalam jumlah yang suatu saat cukup besar, yang akan
mengganggu kelancaran lalu lintas internal.
• Manado merupakan kota yang memiliki ciri spesifik yang perlu diperhatikan dan
diantisipasi mengenai permasalahan yang berkaitan dengan arus lalu lintas menerus
(through traffic) = pergerakan antar kota. Untuk mengatasi tingginya lalu lintas
menerus yang memasuki kota, dibangun jalan lingkar untuk mengalihkan lalu lintas
menerus.
Sistem Jaringan Jalan
• Ciri-ciri umum sistem primer dapat dilihat dari
pergerakan kendaraan yang dilayaninya, yaitu
didominasi oleh pergerakan eksternal-eksternal dan
pergerakan internal-eksternal atau sering disebut
pergerakan antar kota (inter urban).
• Sedangkan sistem sekunder adalah sistem yang
melayani pergerakan di dalam suatu kota (intra
urban) yang dapat meliputi pergerakan antar
kawasan (inter zona), dan pergerakan di dalam
kawasan itu sendiri (intra zona).
Berdasarkan bentuknya, pola jaringan
jalan suatu kota dapat berbentuk :

• Rectanguler atau grid


• Radial
• Hexagonal
Rectanguler atau grid
• Seluruh jaringan jalan baik yang melayani lalu lintas external
(keluar/masuk kota) maupun internal (melayani lalu lintas dalam
kota) saling berpotongan membentuk kotak-kotak persegi
panjang. Jalan-jalan yang melalui lalu lintas external tidak selalu
melalui focal point atau bussiness area.
Radial
• Jalan-jalan utama yang melayani lalu lintas external
(keluar/masuk kota) berujung/ berpangkal dari pusat bisnis
(focal point) menjadi radial road dan jalan-jalan lainnya yang
melayani lalu lintas internal (dalam kota) membentuk lingkaran
(ring road) dengan pusat lingkaran berada di pusat bisnis (focal
point)
Hexagonal
• Seluruh jaringan jalan baik yang melayani lalu lintas external
(keluar/masuk kota) maupun internal (melayani lalu lintas dalam
kota) saling berpotongan membentuk segi banyak (hexagonal).
Jalan-jalan yang melalui lalu lintas external tidak selalu melalui
focal point atau bussiness area.
POLA JARINGAN JALAN KOTA
MANADO MIRIP MANA?
Radial
• Jaringan jalan, sesuai dengan kondisi dan
kecenderungan perkembangan ruang Kota
Manado saat ini, adalah sebagai berikut :
POLA JARINGAN JALAN KOTA MANADO
• Fungsi jalan lingkar di samping mengalihkan lalu lintas menerus, antar
wilayah yang berbatasan dengan Kota Manado juga menjadi
penghubung antar kawasan yang berada diantara jalan-jalan radial.
Perkembangan kawasan di antara jalan radial di Kota Manado relatif
sulit, mengingat kondisi topografisnya. Kawasan ini, juga menjadi
daerah atas dari Kota Manado yang harus dikendalikan
perkembangannya, mengingat dampak buruk yang mungkin timbul
bagi daerah di bawahnya.
• Untuk mengurangi tekanan terhadap pusat kota sebagai pusat
kegiatan, maka perlu dipertimbangkan untuk mengembangkan pusat-
pusat kegiatan baru, yang diharapkan dapat menyebarkan pergerakan
lalu lintas secara lebih merata ke bagian kota lainnya. Dan jalan lingkar
diharapkan menghubungkan antar pusat-pusat pertumbuhan baru
yang mungkin dikembangkan di daerah pinggiran kota.
POLA JARINGAN JALAN KOTA MANADO

• Ring-road yang sedang dibangun saat ini, sesuai dengan konsep


pengembangan yang ditawarkan dapat dianggap sebagai jalan outer ring-
road. Dalam
• Untuk menjamin akses yang lebih baik antar kawasan di antara ruas jalan
radial, perlu dikembangkan jalan-jalan kolektor/lokal yang ada hingga
membentuk “inner ring-road”.
• Selain pengembangan trase “inner ring road”, perlu juga diupayakan
peningkatan kualitas jalur-jalur jalan yang berfungsi sebagai jalur kolektor
primer yang menghubungkan kawasan pusat kota dengan jalur inner / outer
ring road. Hal ini penting kedudukannya mengingat permasalahan utama
yang teridentifikasi sekarang adalah lemahnya daya dukung dari sejumlah
jalur jalan yang berfungsi demikian seperti jalur Pierre Tendean -Hasanudin,
Sam Ratulangi, Sudirman-Walanda Maramis-Martadinata-A.A. Maramis.
Pengembangan kualitas dari jalur-jalur kolektor primer ini dapat ditempuh
dengan beragam strategi, mulai dari ekspansi lebar jalan hingga
pengembangan konstruksi fly-over sebagai jalur pembagi densitas sirkulasi.
POLA JARINGAN JALAN KOTA MANADO

• Fungsi dan peranan jalan berhubungan erat dengan hierarki


sistem jaringan jalan dimana harus diselaraskan dan
dipadukan dengan hierarki aktivitas-aktivitas dan pergerakan
kota baik sistem primer maupun sekunder. Hierarki jalan
harus dimantapkan lagi berdasarkan rencana pembangunan
dan pengembangan Kota Manado di masa yang akan datang.
Rencana struktur jaringan transportasi ini didukung pula oleh
rencana pembangunan terminal.
• Untuk itu, terkait dengan konsep rencana pengembangan
jaringan transportasi darat ini, dalam jangka pendek
direkomendasikan perlunya penyusunan Tataran Transportasi
Lokal (TATRALOK)
Spesifikasi dari berbagai fungsi / peranan jalan
berdasarkan UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan

• Jalan Arteri Primer : Adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang


kesatu yang terletak berdampingan, atau menghubungkan kota jenjang
kesatu dengan kota jenjang ke dua.
• Persyaratan Teknis :
– Kecepatan rencana > 60 km/jam
– Lebar badan jalan > 8,0 m
– Kapasitas jalan lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata
– Jalan masuk dibatasi secara efisien sehingga kecepatan rencana dan
kapasitas jalan dapat tercapai
– Tidak boleh terganggu oleh kegiatan lokal, lalu lintas lokal, lalu lintas
ulang-alik
– Jalan arteri primer tidak terputus walaupun memasuki kota
– Tingkat kenyamanan dan keamanan yang dinyatakan dengan indeks
permukaan tidak kurang dari 2.
• Jalan Kolektor Primer : Adalah jalan yang menghubungkan
kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua atau
menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang
ketiga.
• Persyaratan Teknis :
– Kecepatan rencana > 40 km/jam
– Lebar badan jalan > 7,0 m
– Kapasitas jalan lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata
– Jalan kolektor primer tidak terputus walaupun memasuki
kota
– Jaslan masuk dibatasi sehingga kecepatan rencana dan
kapasitas jalan tidak terganggu
– Indeks permukaan tidak kurang dari 2.
• Jalan Lokal Primer : Adalah jalan yang menghubungkan kota
jenjang kesatu dengan persil atau menghubungkan kota
jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga, kota jenjang ketiga
dengan kota jenjang di bawahnya, kota jenjang ketiga dengan
persil, atau kota di bawah jenjang ketiga sampai persil.
• Persyaratan Teknis :
– Kecepatan rencana > 20 km/jam
– Lebar badan jalan > 6,0 m
– Jalan lokal primer tidak terputus walaupun memasuki kota
– Indeks permukaan tidak kurang dari 2.
IDENTIFIKASI KLASIFIKASI RING ROAD

• Ring Road, berdasarkan klasifikasi kewenangan /


pengelola administratif merupakan Jalan Negara
(Nasional),
• Ring Road, berdasarkan klasifikasi fungsional jalan
yang membagi jalan berdasarkan karakter layanan
(character of service) merupakan Jalan Arteri.
• Ring Road, berdasarkan klasifikasi sistem pergerakan
jalan maka merupakan sistem primer pergerakannya
didominasi pergerakan antar kota (through traffic).
SKETSA HIPOTESIS HIRARKI JALAN KOTA
KONSEP PENGEMBANGAN JALAN ARTERI PRIMER 4/2 D DI KAWASAN
PERDAGANGAN/JASA (DENGAN FRONTAGE ROAD)

Adanya usulan pembangunan jalur lambat sehingga tipe jalan


dari 2/2 UD menjadi 4/2 D
Perancangan geometrik jalan
Adalah bagian dari perencanaan jalan yang
menitikberatkan pada perencanaan
bentuk fisik sehingga dapat memenuhi
fungsi dasar jalan, dasar perencanaan
geometrik jalan yaitu sifat gerakan, ukuran
kendaraan, sifat pengemudi dan
karakteristik arus lalu lintas.
Alinyemen Horisontal
Alinyemen horisontal adalah
proyeksi sumbu jalan pada bidang
horizontal, yang terdiri dari trase
lurus dan trase lengkung, yang
biasa dinamakan tikungan.
Jenis Lengkung Horisontal
1.Tipe full circle (FC)

Tc  R.Tg
2
atau

R
Ec  R

cos
2
1
Ec  Tc. tan 
4
dimana :
IP = Intersection Point
R = jari-jari Lingkaran(m)
 = Sudut Tangen (..o)
Tc = Jarak dari TC ke PI (m)
Lc = Busur Lingkaran Circle (m)
Gambar . Lengkung horisontal type Spiral Circle Spiral
Ls 2
Yc 
6R Ls 360
s 
Ls 3 2R 2
X c  Ls 
40R 2
p  Yc  R(1  Coss ) c    2s
k  Xc  RSin s
c
Lc  2R
( R  p) 360
Es  R

Cos
2

Ts  ( R  p)Tan  k
2
dimana:
Yc = jarak dari tangen ke pusat lingkaran
(m)
Xc = jarak dari TS ke SC (m)
p = jarak dari tangen ke k (m)
k = jarak dari TS ke awal ∆ (m)
Es = jarak dari IP ke tengah lingkaran (m)
Tl = jarak dari Ts ke IP (m)
θs = sudut dari SC atau CS ke titik k (0)
∆c = sudut lingkaran (0)
Lc = panjang lingkaran (m)
Ltot = panjang tikungan (m)
Gambar .Lengkung horisontal type Spiral-Spiral
Untuk tipe spiral-spiral rumus yang
berlaku seperti rumus untuk tipe spiral
circle spiral, hanya untuk tipe spiral-
spiral harga Lc = 0 atau c =0.


s 
2

Δc = 0
Lc = 0
dimana :
Ys = jarak dari tangen ke pusat lingkaran (m)
Xs = jarak dari TS ke IP (m)
p = jarak dari tangen ke k (m)
k = jarak dari TS ke awal ∆ (m)
Es = jarak dari IP ke tengah lingkaran (m)
Ts = jarak dari Ts ke IP (m)
θs = sudut dari TS ke SC/CS (0)
∆c = sudut lingkaran (0)
Ltot = panjang tikungan (m)
Gambar Tampak Atas dua Tikungan
ALINEMEN VERTIKAL

Alinemen vertikal adalah perpotongan


bidang vertikal dengan bidang
permukaan perkerasan jalan melalui
sumbu jalan atau melalui tepi dalam
masing-masing perkerasan untuk jalan
dengan median. Seringkali disebut juga
sebagai penampang memanjang jalan.
BENTUK LENGKUNG VERTIKAL

VPI
A + G2

VPC VPT
- G1
1 -G
+G 2

L/2
G1 -G
L +
2

TYPE I
LENGKUNG VERTIKAL CEMBUNG
-G
1 2 2
+G -G
1 +G

- G1

TYPE III - G2

LENGKUNG VERTIKAL CEKUNG


JENIS – JENIS PERKERASAN JALAN

Terdapat beberapa jenis / tipe perkerasan


terdiri :
a. Flexible pavement (perkerasan lentur).
b. Rigid pavement (perkerasan kaku).
c. Composite pavement (gabungan rigid
dan flexible pavement).
Gambar. Lapisan perkerasan jalan lentur
LAPIS PONDASI BAWAH

• Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan


beban roda ke tanah dasar.
• Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di
pondasi.
• Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari
tanah dasar naik ke lapis pondasi atas.
• Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari beban roda-
roda alat berat (akibat lemahnya daya dukung tanah
dasar) pada awal-awal pelaksanaan pekerjaan.
• Lapis pelindung lapisan tanah dasar dari pengaruh cuaca
terutama
Lapisan pondasi atas (base course)

Lapisan pondasi atas ini berfungsi sebagai :


• Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang
dari beban roda dan menyebarkan beban ke
lapisan di bawahnya.
• Bantalan terhadap lapisan permukaan.
Bahan-bahan untuk lapis pondasi atas ini harus
cukup kuat dan awet sehingga dapat menahan
beban-beban roda.
LAPIS PERMUKAAN

Lapisan permukaan ini berfungsi sebagai :


• Lapisan yang langsung menahan akibat beban roda
kendaraan.
• Lapisan yang langsung menahan gesekan akibat
rem kendaraan (lapisaus).
• Lapisan yang mencegah air hujan yang jatuh di
atasnya tidak meresap ke lapisan bawahnya dan
melemahkan lapisan tersebut.
• Lapisan yang menyebarkan beban ke lapisan
bawah, sehingga dapat dipikul oleh lapisan di
bawahnya.
PERKERASAN KAKU

Pelat Beton

Sub Base

SubGrade

disebut perkerasan kaku adalah perkerasan


yang menggunakan semen sebagai
bahan pengikat
PERSIMPANGAN

Persimpangan adalah lokasi


dimana 2 atau lebih jalan
bergabung atau berpotongan
atau bersilangan.
1. SIMPANG SEBIDANG
Sesuai dengan kondisi lalu lintasnya,
dimana terdapat pertemuan jalan
arah pergerakan yang berbeda,
maka simpang merupakan lokasi
yang potensial untuk terjadi :
(Titik pusat konflik lalu lintas yang
bertemu).
.
Gambar a. Jenis-jenis Simpang Sebidang Berdasarkan
Jumlah Lengan.
Gambar b. Jenis-jenis Simpang Sebidang Berdasarkan
Jumlah Lengan.
JENIS-JENIS SIMPANG TAK SEBIDANG
Jenis-jenis / tipe simpang tak sebidang
diantaranya adalah:
T (atau Trumpet) atau Y, untuk simpang
susun 3 kaki/lengan
Diamond untuk simpang susun 4
kaki/lengan dan arus major dan minor.
Clover Leaf atau semanggi.
Gambar Simpang Susun Tipe T (Trumpet)

Gambar Simpang Susun Tipe Y


Gambar Simpang Susun Tipe Dimaond
Gambar Simpang Susun Tipe Clover Leaf
Gambar Simpang Susun Tipe Directional
Gambar Simpang Susun Tipe Kombinasi
Gambar Simpang Susun Tipe Kombinasi dengan
Jenis Simpang Sebidang
Gambar sebuah simpang susun clover leaf yang lengkap.
AKSES JALAN (JALAN MASUK KE JALAN UTAMA) HARUSNYA DI BUAT SEBAGAI
INTERCHANGE

PEMBANGUNAN SIMPANGTIDAKSEBIDANG MENYEBABKAN BERKURANGNYA


TUNDAAN / DELAY DI TITIK SIMPANG TERSEBUT KARENA HILANG TITIK
KONFLIK CROSSING DAN YANG ADA HANYA DIVERGE DAN MERGE
JARINGAN TRANSPORTASI JALAN REL

Angkutan jalan rel merupakan salah


satu moda angkutan darat yang
cukup efesien, karena kapasitas
angkut (per kereta) yang cukup
besar dan pergerakannya yang tidak
terganggu oleh arus lalu-lintas
kendaraan di jalan raya
MODA BERBASIS JALAN REL

KERETA API

MONORAIL
Kereta api adalah sarana transportasi
berupa kendaraan dengan tenaga
gerak, baik berjalan sendiri maupun
dirangkaikan dengan kendaraan
lainnya, yang akan ataupun sedang
bergerak di rel. Kereta api merupakan
alat transportasi massal yang
umumnya terdiri dari lokomotif
(kendaraan dengan tenaga gerak
yang berjalan sendiri) dan rangkaian
kereta atau gerbong
Ada dua tipe dasar angkutan jalan rel,
yaitu:
• Sistem angkutan jalan rel perkotaan
• Sistem angkutan jalan rel antar kota
JALAN KERETA API
JALAN KERETA API
Kereta kecepatan tinggi adalah transportasi massal
dengan menggunakan rel dengan kecepatan di atas 200
km/jam (125 mil/jam).
Monorel adalah sebuah metro atau
rel dengan jalur yang terdiri dari rel
tunggal, berlainan dengan rel
tradisional yang memiliki dua rel
paralel dan dengan sendirinya, kereta
lebih lebar daripada relnya. Biasanya
rel terbuat dari beton dan roda
keretanya terbuat dari karet, sehingga
tidak sebising kereta konvensional.
Kelebihan
Membutuhkan ruang yang kecil baik ruang vertikal maupun
horizontal. Lebar yang diperlukan adalah selebar kereta
dan karena dibuat di atas jalan, hanya membutuhkan ruang
untuk tiang penyangga.
Terlihat lebih "ringan" daripada kereta konvensional dengan
rel terelevasi dan hanya menutupi sebagian kecil langit.
Tidak bising karena menggunakan roda karet yang berjalan
di beton.
Bisa menanjak, menurun, dan berbelok lebih cepat
dibanding kereta biasa.
Lebih aman karena dengan kereta yang memegang rel,
risiko terguling jauh lebih kecil. Resiko menabrak pejalan
kaki pun sangat minim.
Lebih murah untuk dibangun dan dirawat dibanding kereta
bawah tanah.
kereta bawah tanah (subway)
Kekurangan
Dibanding dengan kereta bawah tanah,
monorel terasa lebih memakan tempat.
Dalam keadaan darurat, penumpang
tidak bisa langsung dievakuasi karena
tidak ada jalan keluar kecuali di stasiun.
Kapasitasnya masih dipertanyakan.
JALUR PERGERAKAN
TRANSPORTASI AIR
TRANSPORTASI AIR TERDIRI DARI :
• Angkutan Laut (DIREKTORAT
PERHUBUNGAN LAUT)
• Angkutan Sungai Danau Dan
Penyeberangan (DIREKTORAT ASDP)
Terdiri Dari :
– Angkutan Penyeberangan Di Sungai,
– Angkutan Penyeberangan Angkutan Di
Danau
– Angkutan Penyeberangan Di Laut
KELEBIHAN TRANSPORTASI AIR

• Murah
• Jaringan alamiah
• Dapat menggunakan jalur mana
saja
• Servis yang fleksibel
• Kanal memacu tumbuhnya industri
• Polusi rendah
KEKURANGAN TRANSPORTASI AIR
• Tidak cocok untuk barang-barang
yang mudah rusak/membusuk
• Tidak cocok untuk jarak dekat
• Kanal perlu biaya mahal untuk
pembangunanya
• Route tidak fleksibel
Pengertian Pelabuhan menurut Peratuan
Pemerintah RI no 69 Tahun 2001 tentang
Kepelabuhanan

“ Tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya


dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan ekonomi dipergunakan sebagai
tempat kapal bersandar, berlabuh, untuk naik turun
penumpang dan/ atau bongkar muat barang yang dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan
penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan
intra dan antar moda transportasi”.
Ditinjau dari segi penyelanggaraanya
Pelabuhan Umum
Pelabuhan Khusus
Ditinjau dari segi pengusahaannya
Pelabuhan yang diusahakan
Pelabuhan yang tidak diusahakan
Dijtinjau dari fungsinya dalam perdagangan
nasional dan internasional
Pelabuhan Laut
Pelabuhan Pantai
Ditinjau dari segi penggunaanya
Pelabuhan Ikan
Pelabuhan Minyak
Pelabuhan Barang
Pelabuhan Penumpang
Pelabuhan Campuran
Pelabuhan Militer
Ditinjau menurut letak geografis
Pelabuhan Alam
Pelabuhan Buatan
Pelabuhan Semi alam
ALUR PELAYARAN

Alur pelayaran kapal digunakan untuk


mengarahkan kapal yang akan masuk kolam
pelabuhan. Alur pelayaran dan kolam
pelabuhan harus cukup tenang dari pengaruh
gelombang dan arus. Perencanaan alur
pelayan dan kolam pelabuhan ditentukan
berdasarkan kapal terbesar yang akan
menggunakan pelabuhan tersebut.
Dalam perjalan masuk kepelabuhan melalui alur
pelayaran, kapal harus mengurangi kecepatan
sampai akan berhenti di dermaga. Secara umum
ada beberapa daerah yang dilewati kapal selama
perjalan tersebut yaitu:
1. Daerah kapal melempar saur di luar pelabuhan
2. Daerah pendekatan diluar alur masuk
3. Alur masuk diluar pelabuhan dan didalam daerah
terlindung
4. Saluran menuju dermaga
5. Kolam putar
Pada waktu kapal akan masuk ke pelabuhan, kapal
tersebut akan melalui alur pendekatan. Disini kapal
diarahkan untuk berbelok atau bergerak menuju alur
masuk dengan menggunakan pelampung ataupun
lampu-lampu, pada ujung alur pelayaran terdapat
kolam putar yang berfunmgsi untuk mengubah arah
kapal yang akan merapat ke dermaga, untuk kedalam
alur pelayan tergantung dengan kedalaman yang
diperlukan dan kedalaman dasar laut. Untuk pelabuhan
batu ampar kedalaman alur pelayaran berkisar antara
8m sampai dengan 12 m dengan lebar alur mencapai
320 meter serta panjang 3600m atau 2 mil.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan
karakteristik alur masuk ke pelabuhan adlah sebagai
beikut:
1. keadaan trafik kapal
2. Keadaan geografik dan meteorologi daerah alur
3. Sifat-sifat dan variasi dasar laut
4. Fasilitas atau bantuan yang diberikan pada
pelayaran
5. Kondisi pasang surut , arus dan gelombang air laut.
2. Kedalam alur pelayaran
Untuk mencapai atau mendapatkan
kondisi operasional yang ideal
kedalam air alur yang masuk harus
cukup besar untuk memungkinkan
pelayaran pada muka air terendah
dengan kapal bermuatan penuh.
LEBAR ALUR PELAYARAN

lebar alur biasanya diukur pada kaki sisi-sisi miring


saluran atau kedalam yang direncanakan, lebara alur
tergantung pada beberapa hal berikut:
a) lebar, kecepatan dan gerakan kapal
b) Trafik kapal, apabila alur direncankan untuk satu
atau dua jalur
c) Kedalam alur
d) Sempit atau lebar
e) Stabilitas tebing alur
f) Angin gelombang, arus dan arus melintang dalam
alur
Berikut beberpa ketentuan dalam menentukan layout alur
pelayaran:
a) Sedapat mungkin alur pelayaran mengikuti garis lurus,
mempermudah pandangan kapten kapal.
b) Satu garis lengkung jauh lebih baik daripada sederatan
belokan kecil, ini untuk mepermudah bagi pennggunaan
kapl besar diman kapal besar untuk membelok diperlukan
ruang yang lebih besar.
c) Sedpat mungkin mengikuti arus dominan air laut, hal ini
untuk mempermudah pengendalian kecepatan dan arah
kapal.
d) Jika mungkin saat kapal terbesar masuk pada air pasang,
arus berlawanan dengan arah kapal datang( mempercepat
pengereman kapal).
Kep. Talaud

Lirung
Melongwane

Kep. Sangihe

Tobelo
Siau

Tagulandang

Gorontalo

Ternate
Maluku Utara
Breakwater

(Basin)
Pos TNI AL (NAVY) Gudang (Transit Shed)
Port Administration

TKBM Kesehatan Pelabuhan(Port Health)


KPLP Karantina Hewan(Animals Quarantine)
Karantina Tumbuhan(Plants Quarantine)
Navigasi(Navigation)
KP3(Port Police)
Gudang (Transit Shed)
PT. Pelindo IV
Passenger Terminal Customs Office
PELABUHAN CURAH
RENCANA PENGEMBANGAN PELABUHAN MANADO
( TAHAP I THN 2007 S/D THN 2012 )

Breakwater
Breakwater
Rencana
Pengembangan
Pelabuhan
Kolam Pelabuhan (basin)

Kolam Pelabuhan (basin)


ASDP
Angkutan Sungai adalah salah satu
bentuk sistem angkutan barang dan
penumpang. Sistem angkutan ini
termasuk tua dan masih menjadi sistem
angkutan utama di wilayah-wilayah
tertentu bahkan di wilayah yang lebih
maju sistem transportasinya seperti di
Eropa
• Muara sungai dan bagian sungai yang dipengaruhi oleh pasang
surut seperti Palembang, Banjarmasin dan beberapa daerah lain
dipengaruhi oleh pasang surut air sungai. Dapat digunakan oleh
pelayaran laut sepanjang kedalaman alur pelayaran mencukupi.
Cocok untuk angkutan barang curah, peti kemas.
• Sungai besar yang tidak dipengaruhi oleh pasang surut, bisa
dilayari kapal laut sepanjang dilengkapi dengan pintu/lock yang
sesuai dengan ukuran kapal.
• Perairan lebar atau danau yang tidak dipengaruhi oleh pasang
surut, angkutan dengan kapal khusus sungai, tongkang selalui
pintu/lock, masih bisa digunakan untuk angkutan peti kemas.
• Terusan/canal sempit merupakan alur pelayaran buatan digunakan
untuk angkutan ukuran kecil, tidak cocok untuk peti kemas
Bis air di Sungai Barito, Kalimantan
Selatan
Syarat suatu kanal untuk dapat dipakai
sebagai terusan adalah kanal tersebut harus
memiliki kedalaman minimal 5 m (16,4 kaki.)

Tujuan dari terusan adalah:

•Sebagai jalan singkat dan menghindari rute


pelayaran yang lebih jauh.
•Sebagai jalan antara dua buah laut atau
danau yang tertutup oleh daratan.
•Sebagai sarana akses ke lautan bagi kota
yang berada jauh di daratan.
Daftar terusan utama:
JALUR PERGERAKAN
TRANSPORTASI UDARA
Karakteristik dan keunggulan
sub sistem transportasi udara
• transportasi udara yang memiliki keunggulan
kecepatan dari moda transportasi yang lain dapat
menjadi sarana transportasi bagi wisatawan,
pengusaha, dan masyarakat.
• Saat ini, moda transportasi udara menjadi moda
utama di daerah pedalaman Papua.
• Pengembangan transportasi udara ke depan, perlu
dikelola sesuai standar keselamatan penerbangan
internasional, dan diintegrasikan dengan moda
transportasi lainnya.
KELEBIHAN TRANSPORTASI UDARA

• Sistem cepat dan efisien


• Cocok untuk barang-barang yang sangat
penting, mudah membusuk, dan mahal
• Dapat mencapai area yang sulit dijangkau
• Memungkinkan gerakan yang bebas ke
mana saja
KEKURANGAN TRANSPORTASI UDARA
o Mahal
o Sangat tergantung pada cuaca
o Pemeliharaan bandara mahal
o Pesawat ukuran besar tidak dapat di
bandara yang kecil
o Untuk daerah yang tidak ada
bandaranya tidak dapat disinggahi
o Suara keras dan polusi tinggi
Airport Bali
Airport Surabaya
Apron Surabaya
SISI DARAT DAN UDARA BANDARA
(air side & land side airport)
• Bagian” dari sistem bandara terdapat 2 bagian :
– Sisi darat (land side)
– Sis Udara (air side)
• Pada bagian sisi darat (land side) terdapat :
– Area parkir terminal & lalu lintas darat
– Sistem jalan masuk ke terminal
– Gedung terminal
• Pada Bagian sisi udara (air side) terdapat :
– Area parkir pesawat (apron) / pintu gerbang (gate)
– Landas hubung (Taxiway)
– Landas pacu (runway)
Beberapa istilah tentang kebandarudaraan :

Area daratan yang secara reguler


Airport dipergunakan untuk kegiatan take-off &
landing pesawat udara

Bagian memanjang dari sisi darat


Runway aerodrome yang disiapkan untuk tinggal
landas & mendarat pesawat terbang

Bagian aerodrome yang dipergunakan


oleh pesawat tebang untuk parkir,
Apron menunggu, mengisi bahan bakar,
mengangkut & membongkar barang dan
penumpang
Gambar 1.1 Bagian-bagian dari sistem bandara
Sumber: Horonjeff (1994) dan Basuki (1986)
1. Landing Movement (LM)

2. Terminal Area (TA) Fasilitas Airport

3. Terminal Traffiq (TTC)


1 2 3

Landing Movement Terminal Area Terminal Traffic


Control
merupakan fasilitas
merupakan areal
pelayanan merupakan fasilitas
utama dari bandara penumpang pengatur laulintas
yang terdiri dari (Passenger handling udara seperti radar
runway, taxiway, dan system), penanganan dan navigasi
apron. barang kirirman
(cargo handling),
serta administrasi
bandara
Untuk lebih jelas dapat dilihat gambar sketsa umum fasilitas bandara (airport) berikut :
• Landas Pacu (Runway)
Runway adalah merupakan tebal lapis keras / perkerasan
yang dipergunakan oleh pesawat terbang untuk mendarat
(landing) atau lepas landas (take off).

• Menurut Horonjeff (1994) sistem runway di suatu bandara


teridri dari :
1. Perkerasan struktur yang berhubungan dengan
beban struktur, kemampuan manuver, kendali,
stabilitas dan kriteria dimensi dan operasi lainnya.
2. Bahu landasan (shoulder) yang terletak berdekatan
dengan pinggir perkerasan struktur menahan erosi hembusan
jet dan menampung peralatan untuk pemelharaan dan
keadaan darurat.
3. Bantal hembusan (blast pad) adalah suatu daerah
yang dirancang untuk mencengah erosi permukaan
yang berdektan dengan ujung” runway yang
menerima hembusan jet yang terus-menerus/
berulang. ICAO menetapkan panjang bantalan
hembusan 100 feet (30 m), dari pengalaman untuk
pesawat transport sebaiknya 200 feet (60 m),
kecuali untuk pesawat berbadan lebar dibutuhkan
400 feet (120 m).
4. Daerah aman runway (runway end safety area)
adalah daerah yang bersih tanpa benda”yang
mengganggu, diberi drainase, rata dan mencakup
perkerasan struktur, bahu landasan, bantal
hembusan dan daerah perhentian, apabila
disediakan.
• Konfigurasi Runway
Kebanyakan merupakan kombinasi dari
konfigurasi dasar. Adapun uraian beberapa
bentuk dari konfigurasi dasar runway
(Horonjeff, 1994) adalah sebagai berikut :

Runway tunggal
Kondisi VFR berkisar diantara 50-100
operasi perjam, sedangakan kondisi IFR
kapasitasnya berkurang 50-70 operasi,
tergantung campuran pesawat terbang dan
alat” bantu navigasi yang tersedia.
• Kondis VFR (Visual Flight Rules) adalah kondisi
penerbangan dengan keadaan cuaca yang
sedemikian rupa sehingga pesawat terbang dapat
mempertahankan jarak pisah yang aman dengan
cara” visual.
• Kondisi IFR (Instrument Flight Rules) adalah kondisi
penerbangan apabila jarak penglihatan atau batas
penglihatan berada dibawah yang ditentukan VFR.
• Dalam kondisi IFR jarak pisah yang aman diantara
pesawat merupakan tanggung jawab petugas
pengendali lalu lintas udara, sedangkan dalan kondisi
VFR hal itu merupakan tanggung jawab penerbang.
 Runway sejajar
Kapasitasnya per jam dapat bervariasi di antara 100-200
operasi dalam kondisi-kondisi VFR, tergantung pada
komposisi campuran pesawat terbang. Dalam
kondisi IFR kapsitas per jam untuk yang berjarak rapat
bekisar 50-60 operasi. tergantung pada komposisi
campuran pesawat terbang.
• Runway dua jalur
dapat menampung lalu lintas paling sedikit 70
persen lebih dari runway tunggal dalam kondisi
VFR dan kira” 60 persen lebih banyak dari runway
tunggal dalm kondisi IFR.
• Runway bersilangan
kapasitas runway yang bergantung pada letak
persilangan dan pada cara pengoperasian runway
yang disebut strategis (lepas landas / mendarat).
kapasitas tertinggi apabila titik silang terletak dekat
dengan ujung lepas landas dan ambang pendaratan.
Untuk kapasitas per jam 60-70 operasi dalam
kondisi IFR dan 70-175 operasi dalam kondisi VFR
yang tergantung pada kondisi campuran pesawat.
Lebih jelas dapat dilihat pada gambar :
• Runway V terbuka
untuk menghasilkan strategi kapasitas tertinggi
adalah apabila operasi penerbangan dilakukan
menjauhui V, dalam kondisi IFR kapasitas per jam
untuk strategi ini berkisar 50-80 operasi
tergantung pada campuran pesawat terbang,
dalam kondisi VFR antara 60-180 operasi, apabila
operasi penerbangan dilakukan menuju V,
Kapasitasnya berkurang menjadi 50-60 dalam
kondisi IFR dan antara 50-100 dalam VFR.
TERMINAL
DEFINISI TERMINAL
• ADALAH SUATU TEMPAT DIMANA DIMULAINYA
PERGERAKAN DANBERAKHIRNYA PERGERAKAN.
• INTERCHANGE ADALAH FUNGSI DARI TERMINAL DAN
JUGA SEBAGI TEMPAT PERPINDAHAN / BERTUKARNYA
MODA TRANSPORTASI.
• Dalam pencapaian pembangunan nasional peranan
transportasi memiliki posisi yang penting dan strategi
dalam pembangunan, maka perencanaan dan
pengembangannya perlu ditata dalam satu kesatuan
sistem yang terpadu.
• Untuk terlaksananya keterpaduan intra dan antar moda
secara lancar dan tertib, maka ditempat-tempat tertentu
perlu dibangun dan diselenggarakan terminal (DEFINISI
MENURUT DEP HUB).
DEFINISI TERMINAL
Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995, terminal transportasi
merupakan :
• Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang
berfungsi sebagai pelayanan umum.
• Tempat pengendalian, pegawasan, pengaturan dam
pengoperasian lalu lintas.
• Prasarana angkutan yang merupakan bagian dari
sistem transportasi untuk memperlancar arus
penumpang dan barang.
• Unsur tata ruang yang mempunyai perananan penting
bagi efisiensi kehidupan kota.
MENGAPA PERLU TERMINAL?

• TERMINAL PERLU KARENA


PERGERAKAN (ANGKUTAN UMUM /
MASAL) TIDAK MEMUNGKINKAN
UNTUK DILAKUKANNYA DENGAN
SATU MODA SAJA.
DEFINISI TERMINAL
• INTERCHANGE ADALAH FUNGSI DARI TERMINAL DAN JUGA SEBAGAI
TEMPAT PERPINDAHAN / BERTUKARNYA MODA
SEBAGAI TEMPAT PERPINDAHAN / BERTUKARNYA MODA
SEBAGAI TEMPAT PERPINDAHAN / BERTUKARNYA MODA
TIPE TERMINAL

Tipe A berfungsi melayani kendaraan umum


untuk angkutan antar kota antar propinsi atau
angkutan lintas batas negara. Angkutan antar kota
dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan
pedesaan.

Tipe B berfungsi melayani kendaraan umum


untuk angkutan antar kota dalam propinsi.
Angkutan kota atau angkutan pedesaan.

Tipe C berfungsi melayani kendaraan umum


untuk angkutan pedesaan.
TERMINOLOGI Terminal Angkutan Darat
Ketentuan TIPE A TIPE B TIPE C
Fungsi Terminal (KM Melayani Kendaraan Umum untuk angkutan antar Melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota Melayani angkutan pedesaan
31 TH 1995) kota antar propinsi dan atau angkutan lintas dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan
Pasal 2 batas negara, angkutan antar kota dalam pedesaan
propinsi, angkutan kota dan angkutan
pedesaan
Fasilitas Terminal a. Jalur Pemberangkatan dan Kedatangan a. Jalur Pemberangkatan dan Kedatangan a. Jalur Pemberangkatan dan
(KM 31 TH b. Tempat Parkir b. Tempat Parkir Kedatangan
1995) Pasal 3 c. Kantor Terminal c. Kantor Terminal b. Kantor Terminal
d. Tempat Tunggu d. Tempat Tunggu c. Tempat Tunggu
e. Menara Pengawas e. Menara Pengawas d. Rambu-rambu dan Papan Informasi
f. Loket Penjualan Karcis f. Loket Penjualan Karcis
g. Rambu-rambu dan Papan Informasi g. Rambu-rambu dan Papan Informasi
h. Pelataran Parkir Pengantar atau Taksi h. Pelataran Parkir Pengantar atau Taksi
Lokasi Terminal (KM a. Terletak dalam jaringan trayek antar kota a. Terletak dalam jaringan trayek antar kota a. Terletak di dalam wilayah
31 TH 1995) antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas dalam propinsi kabupaten DT II dan dalam
Pasal 11,12 negara b. Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan jaringan trayek pedesaan
dan 13 b. Terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas III B b. Terletak di jalan arteri
sekurang-kurangnya kelas IIIA c. Jarak antara dua terminal penumpang tipe A dengan kelas jalan
c. Jarak antar dua terminal penumpang Tipe A dan B sekurang-kurangnya 15 km di pulau sekurang-kurangnya II C
sekurang-kurangnya 20 km di pulau Jawa Jawa c. Luas lahan yang tersedia
d. Luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya d. Luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya sesuai dengan permintaan
5 ha 3 ha angkutan
e. Mempunyai akses jalan masuk atau jalan e. Mempunyai akses jalan masuk dan jalan d. Mempunyai akses jalan
keluar ke dan dari terminal dengan jarak keluar ke dan dari terminal dengan jarak masuk dan jalan keluar ke
sekurang-kurangnya 100 m sekurang-kurangnya 50 m dan dari terminal sesuai
dengan kebutuhan

Instansi penetap Dirjen Hub Dar setelah mendengar pendapat Gubernur setelah mendengar pendapat dan Kepala Bupati setelah mendengar pendapat dan
lokasi terminal gubernur dan kepala Kanwil Dep Hub Kanwil Dep Hub dan mendapat persetujuan Kepala Kanwil Dep Hub dan
(KM 31 TH setempat dari Dirjend mendapat persetujuan dari Gubernur
1995) pasal 14

Penyelenggara Direktorat Jenderal Gubernur Bupati


terminal (Km
31 Th 1995)
pasal 17
Terminal Malalayang (Tipe A) Sulut

• Terminal Malalayang
• Luas : 15.000 M2
• Daya Tampung : 470
Armada
• Kendaraan Masuk/Keluar
rata-rata per hari : 460
Kendaraan
• Penumpang Turun/Naik
rata-rata per hari : 4.782
Orang
• Tipe : A
• Jumlah Trayek : 2 (AKAP);
19 (AKDP); dan 8
(Angkot).
Terminal Karombasan Tipe B
Terminal Tomohon Tipe B

Terminal Tumatenden dari Tipe C rencana akan ke Tipe B


Terminal2 di Kota Manado Provinsi Sulut

Terminal Karombasan
• Luas : 8.974 M2
• Daya Tampung : 283 Armada
• Kendaraan Masuk/Keluar rata-rata per hari : 562 Kendaraan
• Penumpang Turun/Naik rata-rata per hari : 5.731 Orang
• Tipe : B
• Jumlah Trayek : 16 (AKDP); dan 13 (Angkot).

Terminal Paal Dua


• Luas : 6.358 M2
• Daya Tampung : 224 Armada
• Kendaraan Masuk/Keluar rata-rata per hari : 452 Kendaraan
• Penumpang Turun/Naik rata-rata per hari : 5.004 Orang
• Tipe : B
• Jumlah Trayek : 10 (AKDP); dan 9 (Angkot).

Terminal Tuminting
• Luas : 250 M2
• Daya Tampung : 35 Armada
• Kendaraan Masuk/Keluar rata-rata per hari : 21 Kendaraan
• Penumpang Turun/Naik rata-rata per hari : 272 Orang
• Tipe : B
• Jumlah Trayek : 2 (AKDP); dan 7 (Angkot).
Secara skematis posisi terminal dan jaringan trayek di
Kota Manado dapat digambarkan sebagai berikut
POLA LOKASI TERMINAL
• Sesuai dengan pola ini, maka trayek-trayek saling
menghubungkan diantara ke empat terminal dan masing-masing
trayek hanya menyinggung di pusat kota. Dengan pola ini hanya
ada 7 trayek yang akan melayani kebutuhan penduduk Kota
Manado. Trayek-trayek ini diharapkan seminimal mungkin
tumpang tindih dan dapat disebarkan secara merata ke jalan-
jalan yang sejajar jalan radial/arteri, sehingga memberi
pelayanan daerah hunian sebaik mungkin.
• Terminal Karombasan, Paal 2 dan Tuminting saat ini dirasakan
terlalu dekat dengan pusat kota, sehingga disarankan untuk
digeser ke arah pinggir, hingga ke pertemuan dengan jalan
lingkar.
POLA LOKASI TERMINAL
• Pola terminal di Kota Manado merupakan gabungan dari central terminating
dan near-side terminating. Untuk Kota Manado sebaiknya mengikuti pola
near-side terminating dan menghapus posisi pusat kota sebagai titik
awal/akhir trayek. Kedua pola terminal dapat digambarkan sebagaimana
terlihat pada gambar di bawah ini.
POLA LOKASI TERMINAL
TERMINAL ANGKUTAN
BARANG
KETENTUAN MENGENAI TERMINAL ANGKUTAN
BARANG
Terminal angkutan barang harus dapat melayani
operasi bongkar muat dan penyimpanan barang.
Moda angkutan barang dapat dibagi atas 3 jenis
yaitu:
• Angkutan truk
• Angkutan kereta api peti kemas
• Angkutan kereta api barang non peti kemas
• Angkutan barang dengan truk harus dapat
mengakomodasi volume kira-kira 1,2 sampai 1,4 kali
estimasi tonase rata-rata harian atau jam-an dengan
proyeksi paling sedikit 10 tahun.
Latar belakang adanya usulan pembangunan
terminal kargo
• Angkutan barang (Peti Kemas) Harus dicegah untuk masuk ke
dalam pusat kota dengan adanya terminal Kargo (Sebagai
Benteng terhadap angkutan Peti kemas).
• Semakin awetnya jalan jalan dalam kota karena angkutan jenis
Peti Kemas tidak lagi membebani jalan-jalan dalam kota.
• Bongkar muat barang terjadi bisa terjadi sembarang tempat
seperti di tepi jalan raya yang dapat mengganggu kelancaran
arus lalu lintas.
• Tersedianya tempat pertukaran moda kendaraan dari
kendaraan angkutan barang berat ke kendaraan angkutan
barang kecil.
• Tersedianya tempat beristirahat bagi para sopir angkutan
barang.
• Salah satu potensi PAD.
Bongkar muat barang terjadi bisa terjadi sembarang tempat seperti di tepi
jalan raya yang dapat mengganggu kelancaran arus lalu lintas dan
keselamatan di jalan
Angkutan Kargo (Peti Kemas) secara signifikan mempengaruhi kelancaran
arus lalu lintas di dalam Kota
Terminal Barang ~
Transportasi

• Angkutan barang harus berakhir


pada suatu pergudangan
• Angkutan barang harus
beristirahat sambil menunggu
jam masuk kota atau menunggu
muatan
Term’l Barang - Anatomi

• Pelataran Parkir
• Area Sirkulasi
• Gerbang
• Penginapan
• Fasilitas ibadah
• Warung
Spesifikasi Peralatan Penunjang

Ke Manado

Ke Bitung
CONTOH Lay Out Terminal Kargo
ANIMASI TERMINAL KARGO MANADO

Anda mungkin juga menyukai