Anda di halaman 1dari 22

Erupsi Gunung Api

Kelompok 3
Gunung Api

Pegunungan adalah (gunung berapi) yang tinggi dan mengerucut yang terdiri atas
lava dan abu vulkanik yang mengeras. (Pangestu,2010)

Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah suatu sistem saluran fluida
panas (bantuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman
sekitar 10 km dibawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk
endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus.
(Wikipedia A, 2010)
Etiologi

 Peningkatan kegempaan vulkanik


 Suhu kawah meningkat secara signifikan
 Terjadinya deformasi badan gunung
 Lempeng bumi berdesakan akibat tekanan yang sangat tinggi
Klasifikasi Erupsi Gunung Api

Erupsi gunung api diklasifikasikan ke dalam empat sumber erupsi, yaitu :

 Erupsi pusat, erupsi yang keluar melalui kawah utama.


 Erupsi samping, erupsi yang keluar dari lereng tubuhnya.
 Erupsi celah, erupsi yang muncul dari retakan/sesar dapat memanjang sampai
beberapa kilometer.
 Erupsi eksentrik, erupsi samping tetapi magma yang keluar bukan dari
kepundan pusat yang menyimpang ke samping melainkan langsung dari dapur
magma melalui kepundan tersendiri.
Tanda Gunung Meletus

Gunung berapi yang meletus dapat diketahui melalui beberapa tanda, antara lain :
 Suhu di sekitar gunung naik.
 Mata air menjadi kering.
 Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran (gempa)
 Tumbuhan di sekitar gunung layu e. Binatang di sekitar gunung bermigrasi.
Proses terjadinya gunung merapi

Terdapat endapan magma di perut bumi


 Proses terjadinya gunung meletus diawali dengan adanya magma di dalam
perut bumi atau inti Bumi. Magma sendiri merupakan batuan cair yang berada
di perut Bumi. Magma dapat terbentuk akibat panasnya suhu di dalam interior
Bumi.

Terdapat gas yang bertekanan tinggi


 Suhu panas yang ada di dalam Bumi mampu melelehkan batuan penyusun
lapisan bumi. Ketika batuan- batuan tersebut meleleh maka dihasilkan gas
yang kemudian bercampur dengan magma. Magma ini terbentuk di kedalaman
60 hingga 160 km di bawah permukaan Bumi.
Magma didorong gas yang memiliki tekanan tinggi
 Magma yang mengandung gas kemudian akan terdorong sedikit demi sedikit
ke permukaan Bumi karena memiliki massa yang lebih ringan daripada batuan
padat yang ada di sekelilingnya. Magma yang mengandung gas berada dalam
kondisi dibawah tekanan bauan- batuan berat yang berada di sekitarnya.
Tekanan inilah yang menyebabkan magma meletus atau yang disebut dengan
erupsi gunung berapi atau gunung meletus.
Kesiapsiagaan Bencana Erupsi Gunung Api

Pra Bencana
 Perhatikan arahan dari PVMBG dan perkembangan aktivitas gunungapi.
 Siapkan masker dan kacamata pelindung untuk mengatasi debu vulkanik.
 Mengetahui jalur evakuasi dan shelter.
 Menyiapkan skenario evakuasi lain jika dampak letusan meluas di luar prediksi
ahli.
 Siapkan dukungan logistik.
Intra Bencana
 Tidak berada di lokasi bahaya
 Tidak berada di lembah atau daerah aliran sungai.
 Hindari tempat terbuka. Lindungi diri dari abu letusan gunungapi.
 Gunakan kacamata pelindung
 Jangan memakai lensa kontak
 Gunakan masker
 Kenakan pakaian tertutup yang melindungi tubuh
Post Bencana
 Kurangi terpaparnya abu vulkanik
 Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu vulkanik sebab
bisa merusak mesin kendaraan.
 Bersihkan atap dari timbunan debu vulkanik karena beratnya bisa merobohkan
dan merusak atap rumah atau bangunan.
 Waspadai wilayah aliran sungai yang berpotensi terlanda bahaya lahar pada
musim hujan.
Peran perawat

Pencegahan dan mitigasi adalah upaya ini bertujuan menghindari


terjadinya bencana dan mengurangi risiko dampak bencana. Upaya-upaya
yang dilakukan antara lain:

 a) Penyusunan kebijakan, peraturan perundangan, pedoman dan standar


 b) Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah kesehatan
 c) Pembuatan brosur/leaflet/poster
 d) Analisis risiko bencana pembentukan tim penanggulangan bencana
 e) Pelatihan dasar kebencanaan
 f) Membangun sistem penanggulangan krisis kesehatan berbasis masyarakat.
Kesiapsiagaan adalah upaya kesiapsiagaan dilaksanakan untuk
mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana. Upaya kesiapsiagaan
dilakukan pada saat bencana mulai teridentifikasi akan terjadi.Upaya-
upaya yang dapat dilakukan antara lain:

 a) Penyusunan rencana kontinjensi


 b) Simulasi/gladi/pelatihan siaga
 c) Penyiapan dukungan sumber daya
 d) Penyiapan sisteminformasi dan komunikasi
Tanggap darurat adalah upaya tanggap darurat bidang kesehatan
dilakukan untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan. Upaya
yang dilakukan antara lain:

 a) Penilaian cepat kesehatan (rapid health assessment)


 b) Pertolongan pertama korban bencana dan evakuasi ke sarana kesehatan
 c) Pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan
 d) Perlindungan terhadap kelompok risiko tinggi kesehatan.
Pasal 48 Undang-Undang Penanggulangan
Bencana
bahwa penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat
meliputi: 1) pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan
sumber daya; 2) penentuan status keadaan darurat bencana; 3) penyelamatan
dan evakuasi masyarakat terkena bencana; 4) pemenuhan kebutuhan dasar; 5)
perlindungan terhadap kelompok rentan; dan 6) pemulihan dengan segera
prasarana dan sarana vital.
Pencarian dan penyelamatan

 Melokalisasi korban.
 Memindahkan korban dari daerah berbahaya ke tempat
pengumpulan/penampungan.
 Memeriksa status kesehatan korban (triase di tempat kejadian).
 Memberi pertolongan pertama jika diperlukan.
 Memindahkan korban ke pos medis lapangan jika diperlukan
Triase

 Identifikasi secara cepat korban.


 Identifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan dengan pembedahan
darurat (life saving surgery).
 Pasien harus diidentifikasi dan diletakkan secara cepat dan tepat.
 Area tindakan harus ditentukan sebelumnya dan diberi tanda.
 Penemuan, isolasi dan tindakan pasien terkontaminasi/terinfeksi harus
diutamakan.
Pertolongan Pertama

 Mengobati luka ringan secara efektif dengan melakukan teknik pertolongan


pertama.
 Melakukan pertolongan bantuan hidup
 Mempunyai keterampilan Pertolongan pertama
 Membuka saluran udara secepat mungkin dan memeriksa obstruksi saluran
napas harus menjadi tindakan pertama.
 Mengalokasikan pertolongan pertama pada korban dengan perdarahan, maka
perawat harus mnghentikan perdarahan, karena perdarahan yang tidak
terkontrol dapat menyebabkan kelemahan dan apabila akhirnya shock dapat
menyebabkan korban meninggal
Proses Pemindahan Korban

 Pemeriksaan kondisi dan stabilitas pasien dengan memantau tandatanda vital;


 Pemeriksaan peralatan yang melekat pada tubuh pasien seperti infus, pipa
ventilator/oksigen, peralatan immobilisasi dan lain-lain.
Perawatan di Rumah Sakit

 Mengukur kapasitas perawatan rumah sakit. Lokasi perawatan di rumah sakit


Hubungan dengan perawatan di lapangan.
 Arus pasien ke RS harus langsung dan terbuka. Arus pasien harus cepat dan
langsung menuju RS, harus ditentukan, tempat tidur harus tersedia di IGD,
OK, ruangan dan ICU.
Peran perawat di dalam posko
pengungsian dan posko bencana
 Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan sehari-
hari.
 Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian.
 Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan
penanganan kesehatan di RS. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian.

 Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus bayi,


peralatan kesehatan.
 Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit menular
maupun kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri dan lingkungannya
berkoordinasi dengan perawat jiwa.
 Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas, depresi
yang ditunjukkan dengan seringnya menangis dan mengisolasi diri) maupun
reaksi psikosomatik (hilang nafsu makan, insomnia, fatigue, mual muntah,
dan kelemahan otot).
 Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat dilakukan
dengan memodifikasi lingkungan misal dengan terapi bermain.
 Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog dan
psikiater.
 Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan kesehatan
dan kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi.
Peran perawat dalam fase postimpact

 Membantu masyarakat untuk kembali pada kehidupan normal melalui proses


konsultasi atau edukasi.
 Membantu memulihkan kondisi fisik yang memerlukan penyembuhan jangka
waktu yang lama untuk normal kembali bahkan terdapat keadaan dimana
kecacatan terjadi.

Anda mungkin juga menyukai