Anda di halaman 1dari 95

Rhinosinusitis Maksilaris

1
DEFINISI

2
RINITIS :
• Batasan Patologi : Keradangan mukosa
rongga hidung
• Batasan Klinik : Adanya satu atau lebih dari
gejala : bersin, rinore, buntu hidung
• Klasifikasi :
– alergi atau non alergi
– infeksi atau non infeksi
• Sering multi-faktor

3
EPIDEMIOLOGI

4
Epidemiologi
• Sinusitis mengenai 33.7 juta orang / tahun
di Amerika
– 5 – 40% rhinosinusitis maksilaris disebabkan
oleh gangguan pada gigi
• > 50% mempunyai klinis dan kelainan
radiologi
• 25 – 58% pasien sensitif terhadap suhu
udara
Kennedy, JL. Borrish L. Chronic Sinnusitis Pathophysiology: The Role of Allergy. American Journal of Rhinology and
Allergy. Virginia. 2013;27 (5)p 367 – 372
5
Lechien, J. R. et al., 2014. Chronic maxillary rhinosinusitis of dentail origin : a systematic review of 674 patient cases.
International journal of otolaryngology, Volume 2014, pp. 1-9
FAKTOR RESIKO

6
Faktor Resiko
• Obstruksi ostium
• Infeksi saluran napas
• Alergi
• Iritan
• Kelainan anatomi
• Defisiensi imun

Hamilos DL. Chronic sinusitis. Current revieuws of allergy and clinical immunology.
7
2010:106,213-27
Obstruksi Hidung / Sumbatan Hidung
/ Buntu hidung
• Mrpk gejala akibat dari proses keradangan /
inflamasi mukosa kavum nasi atau akibat faktor
mekanis, anatomi dan penyebab lain

PENYEBAB GEJALA BUNTU HIDUNG


• Faktor mekanis :
– Deviasi septum
– Polip hidung
– Tumor rongga hidung, sinus, nasofaring
– Kelainan bawaan (atresi koana)
– Hipertropi adenoid
– Benda asing
– Hipertrofi konka nasi
8
PENYEBAB GEJALA RINITIS

• Penyakit infeksi :

– Rinosinusitis akut (virus/bakterial)


– Rinosinusitis kronik
– Rinitis spesifik (tuberkulosis, lepra, sifilis)
– Rinitis difteri
– Rinitis karena jamur
– Ozaena

9
PENYEBAB GEJALA RINITIS

Penyakit non infeksi :

- Rinitis alergi
- Rinitis vasomotor
- Rinitis hormonal
- Rinitis idopatik
- Rinitis akibat kerja ( occupational rhinitis )
- Rinitis gustatori
- NARES ( non allergic rhinitis eosinophil
syndrome )
10
PENYEBAB GEJALA RINITIS

• Penyebab lain :

– Rinitis medikamentosa :
• Pemakaian tetes hidung berlebihan
• Pemakaian jangka panjang obat
kardiovaskular, psikotropika, kontrasepsi
– Granuloma (Wegener, mid-line granulome)

11
RINOSINUSITIS KRONIK
FAKTOR PENYEBAB:

 Pengobatan RSA tidak adekuat


 Kelainan di kompleks ostio-meatal (deviasi
septum, polip nasi, konka bulosa, dll.)
 Latar belakang alergi
 Pada sinusitis maksila dentogenik 
kerusakan pada gigi (P1 – M3)
12
PATOFISIOLOGI

13
Patofisiologi

Diskinesia mukosilier

Fungsi silia ↓

Retensi mukus

Inflamasi

Lechien, J. R. et al., 2014. Chronic maxillary rhinosinusitis of dentail origin : a systematic review
14
of 674 patient cases. International journal of otolaryngology, Volume 2014, pp. 1-9.
RS AKUT BAKTERIAL (RSAB)
PATOFISIOLOGI

PENUMPUKAN SEKRET
pH berubah
koloni kuman patogen
enzim proteolitik, metabolik asidosis
Pertahanan menurun, koloni kuman meningkat

RSAB

15
RINOSINUSITIS AKUT
PATOFISIOLOGI

OBSTRUKSI OSTIUM

HIPOKSIA
VASODILATASI DISFUNGSI KLJR
SILIA TERGANGGU
TRANSUDASI SEKRET
KENTAL
STAGNASI SEKRET

PENUMPUKAN SEKRET
16
PATOLOGI
• Virus masuk ke dalam epitel mukosa nasofaring
dan berkembang secara cepat.
• Virus masuk ke dalam sel karena berikatan
dengan ICAM-1 (intercellular adhesion
molecule).
• Masuknya virus ke dalam sel menyebabkan
dikeluarkannya mediator inflamasi seperti
histamin, kinin, interleukin, dan prostaglandin.
• Mediator inflamasi menyebabkan terjadinya
gejala klinik seperti bersin, rinore dan buntu
hidung.
17
18
PEMBAGIAN RHINOSINUSITIS

19
KLASIFIKASI RINITIS

RINITIS

NON ALERGI ALERGI

INFEKSI NON INFEKSI


•Medikamentosa
•akut PERSISTEN INTERMITEN
•Hormonal
•kronik •Idiopatik

20
Rinitis Akut (Selesma)
(Common Cold, Coryza)
• Infeksi mukosa hidung
• Karena mukosa hidung dan sinus merupakan
kesatuan, keradangan dapat mengenai sinus
paranasal  Rinosinusitis viral.
• Penyebab utama : Virus (adenovirus,
rinovirus, virus influenza dsb.)
• Gejala klinik : bersin, pilek(rinore), buntu,
panas badan
• Sembuh dalam 5-7 hari (self limited)

21
Rinitis Akut
• Predisposisi : kelelahan, kedinginan
• Terapi : istrahat, makanan/minuman hangat.
Tidak memerlukan terapi antibiotik. Terapi
simtomatik (analgesik/antipiretik, dekongestan
oral/topikal.
• Komplikasi : Bila tidak membaik setelah 5-7 hari
dapat terjadi infeksi sekunder oleh bakteri
patogen, terjadi rinosinusitis bakterial.(sering
disebut sinusitis)
Dapat terjadi juga komplikasi lain seperti otitis
media, faringitis, laringitis

22
Rinitis Difteri (Difteri Hidung)
• Jarang dijumpai, biasanya pada anak
• Keluhan : pilek bercampur darah
• Kondisi anak baik, jarang ada komplikasi,
trmsk difteri ringan
• RA : mukosa hidung nekrosis, ditutupi
pseudomembran, sekret kental
sanguinus
• Diagnosis pasti dengan pemeriksaan
kuman
• Terapi : Isolasi, penisilin, ADS
23
Rinitis Kronika Atrofikans
• Foetida (Ozaena)
• Non Foetida

Ozaena :
Etiologi ?
Predis Posisi :
1. Infeksi : Coccobacillus Ozaenae.
Kiebsiella Ozaenae
2. Herediter
3. Malnutrition / Avitaminosis A
4. Hormonal
5. Defisiensi Fe.
24
Ozaena

• Nama lain : Rinitis atrofikan foetida


• Penderita : Wanita muda pubertas
• Patologi : Keradangan kronik mukosa hidung
(diduga karena infeksi), atropi struktur di
rongga hidung, dapat mengenai regio
olfaktoria  kerusakan reseptor penghidu 
hiposmia/anosmia.
• Gejala : Hidung berbau ( orang lain yang
membau Px tidak bisa membau ) , anosmia,
rongga hidung luas, banyak krusta kehijauan.
Terapi : Simtomatik, dengan cuci hidung
(menggunakan larutan garam faali hangat).
Medikamentosa tgt faktor predisposisi
25
Ozaena

• Simptomatis Cuci hidung


R/ Natrium Bicarbonas
Natrium Chlorida
Amonium Chlorida aaa5
Ag Ad 200

• Operasi : Menyempitkan kavum nasi :


Menebalkan septum
Membesarkan konka
26
RINOSINUSITIS AKUT (RSA)

BATASAN:
Infeksi akut pada mukosa
hidung dan sinus paranasal.

27
28
PENAMPANG
FRONTAL

KOMPLEK
OSTIO-
MEATAL

29
KOM

30
RSAB (SINUSITIS)
Bakteriologi :
• Kuman paling sering ditemukan adalah
S. pneumoniae, H. influenzae, dan
M. catarrhalis
• Kuman lainnya adalah (jarang):
S. aureus, S. pyogenes, dan kuman anaerob
• Di luar negeri 40% H. Influenzae menghasilkan
enzim betalaktamase

31
Microbiologi RSA
Wald et al, 1984; Gwaltney et al, 1992; Suzuki et al, 1996

45
40
35
30
25 S. pne
20 H. inf
15 M. cat
10
5
0
84 75-90 91 93
32
RSAB
• GEJALA &TANDA:
– Pilek > 7-10 hari. Gejala dapat berlangsung
sampai 4 minggu.
– Hidung buntu, ingus muko-purulen (kental
kekuningan)
– Nyeri di pipi/dahi/hidung (sesuai letak sinus
yang terinfeksi)  tidak selalu ada.
– RA : mukosa udim, mukopus di meatus nasi
medius
– Trans-iluminasi (pada sinus maksila)
kesuraman pada sisi yang sakit
– X-Foto : Water’s / CT scanning (bukan
merupakan prosedur baku)
33
Rinosinusutis

• Klasifikasi :

- Akut : berlangsung smp 4 mgg


- Sub akut : 4 – 12 mgg
- Akut rekuren : 4 kali atau lebih
serangan dalam 1 tahun
- Kronis : > 12 mgg

34
Rinosinusutis

• Sinus paranasal yang terinfeksi sesuai


urutan:
– Rinosinusitis maksila ( tersering )
• Sinus terbesar ( antrum Highmore )
• Letak ostium tinggi dan sempit
• Dasar sinus dekat akar gigi ( prosesus
alveolaris )
• Muara ostium di meatus medius ( KOM )
– Rinosinusitis etmoid
– Rinosinusitis frontal
– Rinosinusitis sfenoid
35
SINUSITIS MAKSILA
DENTOGENIK
• Infeksi mukosa sinus maksila yang berasal
dari penyakit gigi.
• Kerusakan pada gigi (P1 – M3) atas :
karies, abses periapikal, kista gigi yang
terinfeksi, gangren, pulpitis, pasca cabut
gigi, dsb.
• Infeksi mula-mula terjadi pada dasar sinus
yang berbatasan dengan gigi yang sakit.

36
SINUSITIS MAKSILA DENTOGENIK

• Terjadi infeksi supuratif di dasar rongga


sinus maksila.
• Kuman berasal dari rongga mulut
(sebagian besar kuman anaerob).
• Pus di dasar sinus dialirkan ke ostium
sinus di meatus nasi medius. Terlihat pada
rinoskopi anterior

37
SINUSITIS MAKSILA DENTOGENIK

• Keluhan utama penderita : hidung berbau


(fetor nasi).
• Pada tahap awal rinore, buntu hidung tidak
ada, tetapi pada fase lanjut (kronik) dapat
terjadi.
• Demam dan sakit kepala umumnya tidak
ada.
• Rinoskopi anterior  pus di meatus medius.
• X-foto posisi Water  cairan (sedikit/banyak)
38
SINUSITIS MAKSILA DENTOGENIK

• Terapi : Pada yang akut (awal) terapi


antibiotik, terutama dengan antibiotik yang
efektif terhadap kuman anaerob. Mis :
Klindamisin. Berikan dalam 7 hari. Tidak
diperlukan dekongestan.
• Setelah itu gigi yang menjadi penyebab harus
dicabut.
• Pada fase lanjut(sekret banyak) perlu
dilakukan irigasi sinus maksila untuk
mempercepat penyembuhan. Irigasi dapat
diulang setiap minggu.
39
FISTEL
ORO-ANTRAL
PASCA CABUT
GIGI

40
41
42
RINOSINUSITIS PADA ANAK
• 5 – 15 % populasi anak terkena
rinosinusitis
• 95% dapat diobati dengan medikamentosa
• Kuman penyebab
RS akut : S.Pneumonia, H Influenza, M
Catarrhalis
RS kronis : = akut, Staphylococus aereus,
anaerobs, a-hemolytic strep

43
RINOSINUSITIS PADA ANAK

DIAGNOSIS :
– Pilek > 10 hari
– Ingus kental, kuning kehijauan
– Batuk berkepanjangan, terutama malam hari
– Napas berbau
– Radiografi : Foto polos Water’s / CT Scan
• 45% foto polos normal CT abnormal
• 34% foto polos abnormal CT normal

• TERAPI : medikamentosa sesuai kultur,


diatermi.
» Kegagalan terapi medikamentosa --- faktor lain
» BSEF terbatas.
44
RINOSINUSITIS PADA ANAK

• Rinosinusitis Infeksi versus alergi


Infeksi Alergi

- buntu hidung - buntu hidung


- nyeri / penekanan - gatal, ingus
menetes
- ingus kental - ingus jernih, encer
- nyeri gigi - bersin paroksimal
- demam - Riwayat alergi
- batuk atau iritasi - gejala alergi lain

45
GEJALA KLINIS

46
Gejala Klinis

• Sekret dari hidung


• Hipo / anosmia
• Nyeri pada wajah
• Halitosis
• Batuk

Lechien, J. R. et al., 2014. Chronic maxillary rhinosinusitis of dentail origin : a systematic review
47
of 674 patient cases. International journal of otolaryngology, Volume 2014, pp. 1-9.
RESUME UNTUK RSAB
• Pilek lebih 7 hari, dapat sampai 4 minggu.
• Hidung buntu, ingus muko-purulen
(kental kekuningan)
• Nyeri di pipi/dahi/hidung (sesuai letak
sinus yang terinfeksi).
• Terlihat sekret mukopurulen di rongga
hidung.(meatus medius)
• Pemeriksaan tambahan tidak baku.

48
RINOSINUSITIS SUB AKUT
• Gejala klinis hampir sama dengan akut, tanda-
tanda radang akut ( demam, sakit kepala, nyeri
tekan ) sudah reda.
• RA : sekret di meatus medius atau superior
• RP : sekret di nasofaring
• Transiluminasi : sinus suram / gelap
• Tx : medikamentosa : AB 10 -14 hr, simtomatis
• Diatermi dgn sinar gelombang pendek 5 – 10
kali.
• Pungsi dan irigasi sinus maksila
49
RINOSINUSITIS KRONIK
• PILEK berlangsung > 3 bulan
• GEJALA AKUT TIDAK JELAS (Nyeri tidak
jelas, Febris tidak ada.
• Buntu hidung tidak menonjol.
• Ada sekret post-nasal (di nasofaring)
• RINORE DENGAN INGUS KENTAL
• SINUSITIS MAKSILA DENTOGENIK: gejala
utama ingus berbau busuk

50
PEMERIKSAAN FISIK

51
Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan fisik luar
• Rhinoskopi anterior
• Rhinoskopi posterior
• Transiluminasi

52
Pemeriksaan Fisik Luar
Perhatikan :
• Dorsum nasi
• Nasolabial
• Bibir atas

53
Prof. Dr. dr. Sardjono Soedjak, MHPEd, Sp.THT, dr. Sri Rukmini, Sp.THT, dr. Sri Herawati, Sp.THT & dr. Sri Sukesi,
Sp.THT. Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung & Tenggorok. Jakarta : EGC. 2000
Pemeriksaan Fisik Luar

• Palpasi sinus

54
Prof. Dr. dr. Sardjono Soedjak, MHPEd, Sp.THT, dr. Sri Rukmini, Sp.THT, dr. Sri Herawati, Sp.THT & dr. Sri Sukesi,
Sp.THT. Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung & Tenggorok. Jakarta : EGC. 2000
Rhinoskopi Anterior

55
Prof. Dr. dr. Sardjono Soedjak, MHPEd, Sp.THT, dr. Sri Rukmini, Sp.THT, dr. Sri Herawati, Sp.THT & dr. Sri Sukesi,
Sp.THT. Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung & Tenggorok. Jakarta : EGC. 2000
Rhinoskopi Posterior

56
Prof. Dr. dr. Sardjono Soedjak, MHPEd, Sp.THT, dr. Sri Rukmini, Sp.THT, dr. Sri Herawati, Sp.THT & dr. Sri Sukesi,
Sp.THT. Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung & Tenggorok. Jakarta : EGC. 2000
Transiluminasi

57
Prof. Dr. dr. Sardjono Soedjak, MHPEd, Sp.THT, dr. Sri Rukmini, Sp.THT, dr. Sri Herawati, Sp.THT & dr. Sri Sukesi,
Sp.THT. Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung & Tenggorok. Jakarta : EGC. 2000
PEMERIKSAAN PENUNJANG

58
Foto Rontgen

59
Prof. Dr. dr. Sardjono Soedjak, MHPEd, Sp.THT, dr. Sri Rukmini, Sp.THT, dr. Sri Herawati, Sp.THT & dr. Sri Sukesi,
Sp.THT. Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung & Tenggorok. Jakarta : EGC. 2000
Pungsi Percobaan

60
Prof. Dr. dr. Sardjono Soedjak, MHPEd, Sp.THT, dr. Sri Rukmini, Sp.THT, dr. Sri Herawati, Sp.THT & dr. Sri Sukesi,
Sp.THT. Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung & Tenggorok. Jakarta : EGC. 2000
CT Scan Sinus

61
Prof. Dr. dr. Sardjono Soedjak, MHPEd, Sp.THT, dr. Sri Rukmini, Sp.THT, dr. Sri Herawati, Sp.THT & dr. Sri Sukesi,
Sp.THT. Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung & Tenggorok. Jakarta : EGC. 2000
Infundibulum
etmoid

SIN MAKS (M) SIN ETMOID (E)


62
Prof. Dr. dr. Sardjono Soedjak, MHPEd, Sp.THT, dr. Sri Rukmini, Sp.THT, dr. Sri Herawati, Sp.THT & dr. Sri Sukesi,
Sp.THT. Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung & Tenggorok. Jakarta : EGC. 2000
MRI

63
Prof. Dr. dr. Sardjono Soedjak, MHPEd, Sp.THT, dr. Sri Rukmini, Sp.THT, dr. Sri Herawati, Sp.THT & dr. Sri Sukesi,
Sp.THT. Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung & Tenggorok. Jakarta : EGC. 2000
64
Prof. Dr. dr. Sardjono Soedjak, MHPEd, Sp.THT, dr. Sri Rukmini, Sp.THT, dr. Sri Herawati, Sp.THT & dr. Sri Sukesi,
Sp.THT. Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung & Tenggorok. Jakarta : EGC. 2000
Rinosinusitis

• Pedoman Diagnosis Task Force Adult Rhinosinusitis


2003
Kriteria Mayor Kriteria Minor
- nyeri wajah/rasa penuh - sakit kepala
- buntu hidung - batuk
- ingus purulen/post nasal - halitosis
drip
- hiposmia / anosmia - rasa lelah
- panas badan ( akut ) - nyeri gigi
- kavum nasi : sektret purulen - nyeri / rasa penuh
telinga.

Dx : 2 atau lebih kriteria mayor / 1 mayor dan 2 atau


lebih kriteria minor 65
Diagnosis banding
• Bersin, Rinore seperti air : Rinitis alergi
• Buntu hidung menetap unilateral : polip,
deviasi septum, tumor rongga hidung
• Ingus purulen berbau : sinusitis bakterial
• Ingus bercampur darah : keganasan
• Adanya febris, nyeri kepala : infeksi
• Pemakaian obat jangka panjang : rinitis
medikamentosa

66
TATA LAKSANA

67
Dekongestan
• Untuk mengatasi buntu hidung
• Vasokonstriksi pembuluh darah konka 
konka mengecil, buntu berkurang
• Sistemik (oral) : Pseudo-efedrin 30-60 mg,
Fenil propanolamin (15-25 mg)
• Topikal (tetes hidung) : Efedrin ¼-1%,
Oksimetazolin 0,025-0.05% (mks
diberikan 5 hari), dapat terjadi “rebound
effect”
68
RSAB
TERAPI MEDIKAMENTOSA
• Membunuh kuman: (Antibiotik)
• Memperbaiki drainase/ventilasi:
• Dekongestan
• Mukolitik
• Simtomatik: (Analgesik/antipiretik)

69
RSAB
Antibiotik
• Lini Pertama :
Amoksisilin atau Kotrimoksazol/Makrolid
• Lini Kedua :
Amoksisilin+Klavulanat, Makrolid
• Lini Ketiga :
Sefalosporin III, Makrolid, Kuinolon

70
RINOSINUSITIS KRONIK
PENATALAKSANAAN:
• Medikamentosa tidak efektif
• Menghilangkan penyebab:
• Gangguan komplek ostio-meatal diperbaiki
• Untuk sin. maksila ----> obati kerusakan
gigi
• BSEF ( bedah sinus endoskopik
fungsionil )
• Untuk Sin. Maksila : irigasi sinus, operasi
Caldwell-Luc
71
72
FESS:
Functional
Endoscopic
Sinus
Surgery

(BSEF):
Bedah Sinus
Endoskopik
Fungsional

73
74
75
76
77
PROGNOSIS

78
Prognosis
• 40% akan sembuh tanpa pemberian
antibiotik
• 5% akan mengalami relaps

79
KOMPLIKASI

80
Akibat Keradangan Mukosa
Rongga Hidung ( Buntu Hidung )

• Pada mata
• Pada sinus paranasal
• Pada telinga
• Pada rongga mulut
• Pada kualitas hidup

81
Akibat pada Mata

• Penyempitan ostium duktus nasolakrimalis



• Penyaluran air mata ke rongga hidung
terganggu

• Terjadi Epifora (mata berkaca-kaca)

82
RONGGA HIDUNG

83
Akibat pada Sinus Paranasal
• Ostium menyempit 
• Gangguan drainase dan ventilasi 
• Penyerapan oksigen oleh mukosa 
• Tekanan rongga sinus menurun  vakum
sinus (rasa nyeri) Sinusitis
• Rinolalia Oklusa (suara bindeng),
kesulitan mengucapkan suara hidung (ggn
resonansi)
84
Akibat pada Telinga
• Penyempitan ostium tuba Eustakhius 
• Oklusi tuba  tekanan dlm kavum
timpani menurun  vakum ( nyeri
telinga ), grebeg-grebeg
• Transudasi  OM efusi/OM serosa
(OME/OMS)
• Infiltrasi kuman  Otitis media spuratif
akut (OMSA)/Otitis media purulenta
akut (OMPA)
85
Akibat pada Rongga Mulut

• Obstruksi hidung bilateral 


pernapasan mulut  penguapan saliva
>>> 
• Mulut kering  faringitis (batuk, sakit
tenggorok)
• Penguapan saliva  endapan mineral
pada gigi  karang gigi
86
Akibat pada Kualitas Hidup
• Hidung buntu  sulit tidur  terjadi
“Obstructive Sleep Apnea” (OSA)
• Aproseksia nasalis:
Sulit konsentrasi, iritable, mudah marah,
gangguan aktifitas sehari-hari
• Pada anak tampak bodoh, mulut terbuka,
lamban, (“fasies adenoid”)

87
KOMPLIKASI RINOSINUSITIS
• KE ORBITA :
Udim palpebra, Selulitis orbita, Abses
orbita, Abses subperiostal, berlanjut
trombosis sinus kavernosus.
• KE ENDOKRANIUM :
Meningitis,Abses subdural, Abses
epidural, Abses otak, trombosis sinus
kavernosus.
• KE PARU :
Bronkitis kronis, bronkiektasis
88
KOMPLIKASI RINOSINUSITIS

89
SELULITS ORBITA 90
91
92
SELULITS ORBITA 93
Kesimpulan
• Rhinosinusitis merupakan peradangan pada
rongga sinus akibat disfungsi silia sinus
• Diagnosis rhinosinusitis dapat ditegakkan
melalui anamnesis, pemeriksana fisik dan
pemeriksaan penunjang
• Terapi rhinosinusitis mencakup medikamentosa
dan bedah
• Rhinosinusitis dapat sembuh sendiri namun
infeksi dapat menyebar ke struktur di sekitarnya

94
Terima Kasih
95

Anda mungkin juga menyukai