Anda di halaman 1dari 18

HUBUNGAN FAKTOR RISIKO USIA, JENIS KELAMIN DAN DIABETES

MELITUS TIPE 2 TERHADAP PREVALENSI HIPERURISEMIA


DI PUSKESMAS TANJUNG KABUPATEN BREBES

Cecep Riswandi
NPM. 112170014

Pembimbing 1: R.Vivi Meidianawaty,dr.,MMedEd


Pembimbing 2: Donny Nauphar,(Biotech).,M.Si.Med

FAKUKLTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2016
Latar Belakang
• Hiperurisemia  kadar asam urat dalam serum tinggi
• Faktor risiko usia, jenis kelamin, diabetes melitus tipe 2,
hipertensi, dan obesitas menjadi penyebab terjadinya
hiperurisemia.
• Gangguan asam urat terjadi setiap 840 orang dari setiap
100.000 orang, dan mewakili 5% penyebab dari radang
sendi atau arthritis
• Data Sekunder Penderita Hiperurisemia di Puskesmas
Tanjung Kabupaten Brebes diperoleh sebanyak 150
orang
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut
peneliti merumuskan masalah, yaitu “Bagaimana hubungan
faktor risiko usia, jenis kelamin dan diabetes melitus tipe 2
terhadap prevalensi hiperurisemia di Puskesmas Tanjung
Kabupaten Brebes ?”
Tujuan Penelitian

Tujuan Umum : Tujuan Khusus :


1. Hubungan faktor resiko usia
Penelitian ini bertujuan untuk terhadap prevalensi hiperurisemia di
mengetahui hubungan faktor Puskesmas Tanjung Kabupaten
Brebes
risiko usia, jenis kelamin dan 2. Hubungan faktor resiko jenis kelamin
diabetes melitus terhadap terhadap prevalensi hiperurisemia di
Puskesmas Tanjung Kabupaten
prevalensi hiperurisemia di Brebes
Puskesmas Tanjung 3. Mengetahui hubungan faktor resiko
Kabupaten Brebes diabetes melitus tipe 2 terhadap
prevalensi hiperurisemia di
Puskesmas Tanjung Kabupaten
Brebes
4. Menganalisis hubungan faktor risiko
usia, jenis kelamin dan diabetes
melitus tipe 2 terhadap prevalensi
hiperurisemia di Puskesmas Tanjung
Kabupaten Brebes
Kerangka Konsep

Hipotesis
Terdapat hubungan antara faktor risiko usia, jenis kelamin
dan diabetes melitus tipe 2 terhadap prevalensi
hiperurisemia.
METODE PENELITIAN
• Jenis dan rancangan penelitian
Penelitian observasional dengan metode cross sectional
• Populasi dan sampel penelitian
Sampel diperoleh dari populasi pasien Puskesmas
Tanjung Berusia >30 tahun dengan teknik consecutive
sampling
• Sumber data penelitian
Data primer dan sekunder
• Analisis data
1. Analisis univariat
2. Analisis bivariat : Uji chi-square
3. Analisis multivariat : Uji regresi logistik
HASIL PENELITIAN

1. Karakteristik responden

• Tabel di samping
menunjukkan responden
perempuan > Laki-laki
• Usia responden > pada
usia 41-50 tahun
• Responden DMT 2 dengan
hiperurisemia > Normal
• Grafik 1 menunjukkan rerata
kadar GDS tertinggi >
dialami usia 51-60 tahun

• Grafik 2 menunjukkan rerata


kadar asam urat tertinggi >
usia 41-50 tahun
• Grafik 3 menunjukkan
responden dengan kadar
GDS tertinggi > laki-laki

• Grafik 4 menunjukkan
responden dengan kadar
asam urat tertinggi > laki-
laki
Analisis Univariat

• Tabel 2 menunjukkan
responden dengan
hiperurisemia > di usia 41-
50 tahun, dan responden
dengan DMT 2 > di usia
51-60 tahun

• Tabel 3 menunjukkan
responden dengan
hiperurisemia >
perempuan, dan
responden dengan DMT 2
> perempuan
Analisis bivariat
• Korelasi usia dengan
hiperurisemia memiliki nilai
p=0,003 (p<0,05),
menunjukkan usia memiliki
korelasi dengan hiperurisemia

• Korelasi jenis kelamin dengan


hiperurisemia memiliki nilai
p=0,321 (p>0,05),
menunjukkan jenis kelamin
tidak memiliki korelasi dengan
hiperurisemia

• Korelasi DMT 2 dengan


hiperurisemia memiliki nilai
p=0,000 (p<0,05),
menunjukkan DMT 2 memiliki
korelasi dengan hiperurisemia
Analisis Multivariat
IK 95%
Variabel Nilai p OR
min mak
Langkah 1 Sex ,720 ,677 ,080 5,724
Usia 31-40 tahun ,023
Usia 41-50 tahun ,710 1,589 ,139 18,182
Usia 51-60 tahun ,004 ,011 ,000 ,240
Usia >60 tahun ,080 ,111 ,010 1,296
DMT 2 ,001 ,018 ,002 ,174
Konstanta ,027 15,259
Langkah 2 Usia 31-40 tahun ,019
Usia 41-50 tahun ,695 1,624 ,144 18,349
Usia 51-60 tahun ,003 ,010 ,000 ,219
Usia >60 tahun ,084 ,119 ,011 1,335
DMT 2 ,001 ,017 ,002 ,172
Konstanta ,029 13,950

• Variabel yang paling berpengaruh terhadap hiperurisemia


adalah DMT 2 dengan nilai OR=0,017 dan p=0,001
PEMBAHASAN

Hubungan Usia dengan Hiperurisemia

Faktor risiko usia


memiliki korelasi Peningkatan Usia
bermakna dengan
hiperurisemia
(Usia 41-50 tahun dan • Penurunan fungsi ginjal
Kadar asam urat 8,9 mg/dL) • Penurunan eksresi asam
urat dalam darah

Metabolisme asam urat


Purwaningsih (2010),
hiperurisemia meningkat
pada laki-laki dewasa usia Peran hormonal
≥ 30 tahun dan wanita
setelah menopause usia
Laki-laki ≥ Perempuan
≥50 tahun ≥50 tahun
30 tahun
Hubungan Jenis Kelamin dengan Hiperurisemia

Faktor risiko jenis kelamin • Laki-laki tdak memiliki


tidak memiliki korelasi hormon estrogen
dengan hiperurisemia • Reabsorpsi asam urat laki-
(Laki-laki kadar asam urat 8,9 laki (92%) > perempuan
mg/dL dan Perempuan kadar (88%)
asam urat 7,9 mg/dL ) • Faktor usia

Penelitian Bridges (2001), Mawara, Kepel, dan


Jumlah responden
Maramis (2014), Lina dan Setiyono (2014)
jenis kelamin tidak
menyatakan tidak ada hubungan antara jenis
maching
kelamin dengan hiperurisemia
Hubungan Diabetes Melitus tipe 2 dengan Hiperurisemia

• Hiperinsulinemia dan
Faktor risiko DMT 2 resistensi insulin
memiliki korelasi dengan • Stress oksidatif pada
hiperurisemia sindrom metabolik
• Perubahan Xanthine
menjadi asam urat

Penelitian Meera et al (2011),


Amalia (2012), Wahyu (2014)
memiliki hubungan antara DM
dengan hiperurisemia
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Terdapat hubungan faktor risiko usia dengan prevalensi
hiperurisemia di Puskesmas Tanjung Kabupaten Brebes.
2. Tidak terdapat hubungan faktor risiko jenis kelamin
dengan prevalensi hiperurisemia di Puskesmas Tanjung
Kabupaten Brebes.
3. Terdapat hubungan faktor risiko diabetes melitus tipe 2
dengan prevalensi hiperurisemia di Puskesmas Tanjung
Kabupaten Brebes.
4. Faktor risiko usia, jenis kelamin dan diabetes melitus tipe
2 berpengaruh terhadap prevalensi hiperurisemia dengan
hubungan terbesar ada pada faktor resiko usia dan
terkecil pada diabetes melitus tipe 2.
Saran
Saran
1. Saran untuk responden
Diharapkan responden yang memiliki diabetes melitus tipe 2 dan hiperiusemia
dapat mengkontrol penyakitnya secara baik untuk menghindari kemungkinan
komplikasi yang akan terjadi.
2. Saran untuk Puskesmas
Diharapkan puskesmas dapat mengontrol dan mengevaluasi pasien penderita
diabetes melitus tipe 2 dan hiperurisemia di wilayah Kerja Puskesmas Tanjung
Kabupaten Brebes.
3. Saran untuk Peneliti
Diharapkan pada penelitian berikutnya dapat mencari hubungan faktor resiko
lainnya yang berpengaruh terhadap kejadian hiperurisemia dengan metode
penelitian yang berbeda.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai