Anda di halaman 1dari 56

Kelompok VII

Nama-nama Kelompok :

Richard Mundung 16061104260

Megaputra tasik 16061104033

Rovie Wantah 16061104330

Firma A Mokalu 16061104274


MELAPORKAN
PAJAK DAN
MEMERIKSA PAJAK
BAB
.XIV.
“ MELAPORKAN PAJAK “
Setiap Wajib Pajak sesuai Pasal 3 ayat (1) UU KUP wajub
mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan
jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf
latin, angka arab, satuan angka uang rupiah, dan
menandatangani serta menyampaikan ke kantor Direktorat
Jendral Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau
dikukuhkan atau tempat lain yang diterapkan oleh Direktur
Jendral Pajak.
Fungsi Surat Pemberitahuan bagi pemotong atau pemungut
pajak adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggung jawabkan pajak yang dipotong atau
dipungut dan disetorkannya.
Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak Penghasilan
adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang
sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :
 Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah
dilaksanakan sendiri dan melalui pemotongan atau
pemungutan pihak lain dalam 1 Tahun Pajak atau Bagian
Tahun Pajak
 Penghasilan yang merupakan objek pajak atau bukan
objek pajak
 Harta dan kewajiban
Sedangkan fungsi Surat Pemberitahuan bagi Pengusaha
Kena Pajak adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas barang
mewah yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan
tentang :
 Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran
 Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah
dilaksanakan sendiri oleh Pengusaha Kena Pajak
dan/atau melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
Kewajiban Laporan Pajak
Adapun berbagai jenis laporan pajak antara lain adalah :
 Laporan SPT Tahunan PPh
 Laporan SPT masa

Kewajiban Laporan Pajak Tahunan PPH


Batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh sesuai pasal 3
ayat (3) Undang-undang UKP adalah 3 bulan untuk WP
Orang pribadi dan 4 bulan untuk Wajib Pajak Badan setelah
akhir tahun pajak.
Pembuatan SPT Tahunan Dengan
Fasilitas Template
Wajib Pajak sesuai Pasal 3 ayat (2) Peraturan DJP
No.144/PJ/2007 dapat menginstalisasikan perangkat lunak
(software) dan mengisi formulir SPT dalam bahasa Inggris
pada layar komputer, selanjutnya mencetak SPT dengan
fasilitas cetak yang menghasilkan cetakan formulir SPT
berbahasa Indonesia.
Perpanjangan Batas Waktu
Penyampaian SPT Tahunan
Wajib Pajak sesuai Pasal 2 ayat (2) Peraturan DJP No.
21/PJ/2009 dapat memperpanjang jangka waktu
penyampaian SPT Tahunan paling lama 2 bulan sejak
batas waktu penyampaian SPT Tahunan dengan cara
menyampaikan pemberitahuan perpanjangan SPT
Tahunan. Pemberitahuan perpanjangan SPT Tahunan
tersebut secara tertulis sebelum batas waktu
penyampain SPT Tahunan berakhir.
E-FILING
Electronik Filing Identification Number (e-FIN) diterbitkan oleh
Kartor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar
berdasarkan surat permohonan Wajib Pajak, dan dapat
disetujui apabila alamat yang tercantum pada permohonan
sama dengan alamat dalam database (Master File) Wajib Pajak
di Direktorat Jendral Pajak.
E-SPT dan E-SPTY
e-SPT sesuai Pasal 1 angka 7 peraturan DJP No. 47/PJ/2008
adalah data SPT Wajib Pajak dalam bentuk elektronik yang
dibuat oleh Wajib Pajak dengan menggunakan aplikasi e-SPT
yang disediakan oleh Direktorat Jendral Pajak.
Sedangkan e-SPTy adalah data Pemberitahuan SPT Tahunan
Wajib Pajak dalam bentuk elektronik yang dibuat oleh Wajib
Pajak dengan menggunakan aplikasi e-SPTy yang disediakan
oleh Direktorat Jenderal Pajak.
Wajib Pajak Tidak Perlu Menyampaikan SPT
Tahunan
Wajib Pajak luar negeri sesuai dengan Pasal 2 ayat (2) UU PPh tidak wajib
menyampaikan Surat Pemberitahunan Tahunan, karena kewajiban
pajaknya dipenuhi melalui pemotongan pajak yang bersifat final.
Pegawai, karyawan atau karyawati yang menerima atau memperoleh
penghasilan, sesuai dengan Pasal 29 Keputusan Dirjen Pajak No. KEP
1927/PJ. 23/1983 tidak wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan
Tahunan, kecuali apabila Wajib Pajak tersebut memperoleh penghasilan
lain diluar penghasilan sehubung dengan pekerjaan atau memperoleh
penghasilan sehubungan dengan penghasilan lebih dari satu pemberi kerja.
Wajib Pajak Orang Pribadi yang dalam satu Tahun Pajak menerima atau
memperoleh pengghasilan neto tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena
Pajak, sesuai Pasal (2) dan Pasal (3) Peraturan Menteri Keuangan No.
183/PMK.03/2007 dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi.
Kewajiban Laporan SPT Masa
Sesuai Pasal 3 ayat (3) Undang-undang KUP, bahwa batas
waktu penyampaian SPT Masa adalah 20 hari setelah akhir
masa pajak.
Berbagai macam laporan SPT masa dapat dibedakan
menurut jenis pajaknya menjadi seperti berikiut ini :
 Laporan SPT masa PPh 21
 Laporan SPT masa PPh 22
 Laporan SPT masa PPh 23
 Laporan SPT masa PPh 25
 Laporan SPT masa PPh 4(2)
 Laporan SPT masa PPN
Pelaporan Bertepatan Hari Libur
Sesuai Pasal 6 ayat (2) Peraturan Menkeu No. 187/PMK.03/2008
bahwa dalam hal jatuh tempoh pelaporan PPh bertepatan dengan hari
libur termasuk hari sabtu atau hari libur nasional maka saat pelaporan
dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
Sesuai Pasal 24 ayat (3) peraturan DJP No. PER-31/PJ/2009 bahwa
dalam hal batas waktu penyetoran dan pelaporan PPh 21 dan PPh
Pasal 26 bertepatan hari libur, termasuk hari sabtu atau hari libur
Nasional, maka dapat dilakukan hari kerja berikutnya.

Pembetulan Laporan Pajak


Kekeliruan dalam pengisian Surat Pemberitahuan yang dibuat oleh
Wajib Pajak, sesuai dengan Pasal 8 ayat (1) UU KUP Wajib Pajak
masi berhak untuk melakukan pembetulan atas kemauan sendiri,
dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum memulai melakukan
tindakan pemeriksaan.
Pengungkapan Ketidakbenaran
Laporan SPT
Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah melakukan pemeriksaan
tetapi belum menerbitkan surat ketetapan pajak, sesuai Pasal 8
ayat (4) UU KUP, kepada Wajib Pajak, baik yang telah maupun
yang belum membetulkan Surat Pemberitahuan masih diberikan
kesempatan untuk mengungkapkan ketidakbenaran pengisi
Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan, yang dapat berupa
Surat Pemberitahuan Tahunan atau Surat Pemberitahuan Masa
untuk tahun-tahun atau masa yang diperiksa. Pengungkapan
ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan tersebut
dilakukan dalam laporan tersendiri dan harus mencerminkan
keadaan yang sebenarnya sehingga dapat diketahui jumlah pajak
yang sesungguhnya terutang. Namun untuk membuktikan
kebenaran laporan Wajib Pajak tersebut, proses pemeriksaan
tetap dilanjutkan sampai selesai.
Sanksi Berkaitan Pelaporan Pajak

Sanksi berkaitan dengan pelaporan pajak dapat dikenakan,


apabila wajib pajak melakukan seperti berikut ini :
 Terlambat lapor
 Pembetulan SPT tahunan
 Pembetulan SPT masa
 Pengungkapan ketidakbenaran SPT
Sanksi Terlambat Lapor

Sesuai pasal 7 ayat (1) UU KUP bahwa apabila surat


pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (3) UU KUP
atau batas waktu perpanjangan penyampaian surat
pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat
(4) UU KUP, dikenakan sanksi administrasi berupa Denda
sebesar Rp 500.000,00.- untuk surat pemberitahuan masa
pajak pertambahan nilai, Rp 100.000,00.- untuk surat
pemberitahuan masa lainnya, dan sebesar Rp
1.000.000,00.- untuk surat pemberitahuan tahunan WP
badan, serta sebesar Rp 100.000,00.- untuk surat
pemberitahuan tahunan WP orang pribadi.
Tidak Dikenakan Sanksi Terlambat
Lapor
Pengenaan sanksi administrasi berupa denda sebagaimana dimaksud pada
pasal 7 ayat (1) UU KUP sesuai peraturan MenKeu No.186/PMK.03/2007 pasal
2 tidak dilakukan terhadap :
 Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia
 Wajib Pajak orang pribadi yang sudah tidak melakukan kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas
 Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus sebagai warga negara asing yang
tidak tinggal lagi di indonesia
 Bentuk usaha tetap yang tidak melakukan kegiatan lagi di indonensia
 Wajib pajak badan yang tidak melakukan kegiatan usaha lagi tetapi belum
dibubarkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
 Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi
 Wajib pajak yang terkena bencana, yang ketentuannya diatur dengan
peraturan MenKeu
 Wajib pajak lain
Sanksi Pembetulan SPT Tahunan
Sesuai pasal 8 ayat (2) KUP bahwa dengan adanya
pembetulan Surat Pemberitahuan Tahunan atas kemampuan
sendiri yang membawa akibat penghitungan jumlah pajak
yang terutang dan jumlah penghitungan pembayaran pajak
menjadi berubah dari jumlah semula. Atas kekurangan
pembayaran pajak sebagai akibat pembetulan tersebut
dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % per
bulan. Bunga yang terutang atas kekurangan pembayaran
pajak tersebut, dihitung mulai dari berakhirnya batas waktu
penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan sampai dengan
tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1
bulan. Yang dimaksud dengan “1 bulan” adalah jumlah hari
yang tidak mencapai 1 bulan penuh, misalnya 22 Juni sampai
5 Juli
Sanksi Pembetulan SPT Masa

Sesuai pasal 8 ayat (2a) UU KUP bahwa dalam hal wajib


pajak membetulkan sendiri surat pemberitahuan masa yang
mengakibatkan hutang pajak menjadi lebih besar,
kepadanya dikenakan sanksi administrasi bunga sebesar
2% per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar,
dihitung sejak jatuh tempo pembayaran, dan bagian dari
bulan dihitung penuh 1 bulan
Sanksi Pengungkapan Ketidakbenaran
SPT
Sesuai pasal 8 ayat (4) UU KUP walaupaun DJP telah
melakukan pemeriksaan , namun belum menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak, wajib pajak dengan kesadaran sendiri dapat
mengungkapkan dalam laporan tersendiri tentang
ketidakbenaran pengisian surat pemberitahuan yang telah
disampaikan sesuai keadaan yang sebenarnya, dan apabila
mengakibatkan pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih
besar, maka sesuai pasal 8 ayat (5) UU KUP pajak kurang
bayar yang timbul sebagai akibat dari pengungkapan
ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan beserta sanksi
administrasi berupa kenaikan 50 % dari pajak yang kurang
dibayar, harus dilunasi sendiri oleh WP sebelum laporan
tersendiri dimaksud disampaikan.
BAB
.XV.
“MEMERIKSA PAJAK”
Pemeriksaan pajak sesuai dengan pasal 1
angka 25 UU KUP adalah serangkaian
kegiatan menghimpun dan mengolah data,
keterangan dan atau menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau
untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan Perundang-
undangan perpajakan.
Pemeriksa Pajak
Pemeriksa pajak sesuai dengan pasal 29 ayat (2) UU KUP
adalah petugas pajak atau yang ditunjuk oleh dirjen pajak
dan telah mendapat pendidikan teknis yang cukup atau
memilki keterampialn sebagai pemeriksa pajak. Pemeriksa
pajak dalam tugasnya harus memiliki :
 Tanda pengenal pemeriksa, dan
 Dilengkapi surat perintah pemeriksaan.

Dalam menjalankan tugasnya petugas pemeriksa pajak


mempunyai kewajiban sbb :
 Bekerja dengan jujur,
 Bertanggung jawab,
 Penuh pengertian,
 Sopan,
 Oibjektif, serta
 Wajib menghindarkan dari perbuatan tercela
Tujuan Pemeriksaan Pajak
Tujuan pemeriksaan pajak diatur pada pasal 29 ayat (1) UU
KUP antara lain adalah :
 Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan.
 Tujuan lain.

Menguji Kepatuhan Pemenuhan


Perpajakan
Pelaksanaan pengujian kepatuhan pemenuhan
perpajakan diatur dengan surat edaran dirjen pajak No-
10/PJ.04/2008, yaitu dengan menelusuri kebenaran SPT,
pembukuan atau pencatatan, dan pemenuhan kewajiban
perpajakan lainnya, dibandingkan dengan keadaan atau
kegiatan usaha sebenarnya dari WP.
Untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh WP
dilakukan pemeriksaan sbb :
 Pemeriksaan rutin
 Pemeriksaan khusus
 Pemeriksaan kriteria seleksi
Pemeriksaan Rutin
Berdasarkan surat edaran dirjen pajak Nomor:SE-
03/PJ.7/2005 yang berkaitan dengan SE-10/PJ.7/2004,
pemeriksaan rutin adalah pemeriksaan pajak yang
dilakukan sebagai bentuk pelayanan pajak dan juga karena
WP tidak melaksanakan kewajiban perpajakan dengan
benar seperti pada berikut ini.

1.Wajib Pajak orang pribadi atau badan menyampaikan


SPT masa atau SPT tahunan yang menyatakan adanya :
 Lebih bayar
 Rugi tidak lebih bayar
 Perubahan tahun buku atau metode pembukuan atau
penilaian kembali aktiva tetap
2. Wajib pajak melakukan penggabungan, pemekaran,
pengambilalihan usaha, likuidasi, penutupan usaha, atau akan
meninggalakan indonesia untuk selama-lamanya. Pemeriksaan
dapat dilakukan terhadap WP yang mengajukan permohonan
sendiri atau dapat berdasar informasi dari media massa atau
pihak lain bahwa WP akan melakukan hal tersebut.
Pemeriksaan rutin dapat juga dilaksanakan karena WP atau PKP
tidak melakukan kewajiban untuk :
 Menyampaikan SPT tahunan/masa dalam jangka waktu yang
telah ditentukan dan setelah ditegur secara tertulis tidak
menyampaikan spt pada waktunya sebagaimana ditentukan
dalam surat teguran. Pemeriksaan ini agar diprioritaskan
terhadap WP yang melakukan transaksi perpajakan yang
mempunyai potensi perpajakan pada tahun pajak tersebut
 Wajib pajak orang pribadi atau badan melakukan kegiatan
membangun sendiri yang pemenuhan kewajiban PPN atas
kegiatan tersebut patut diduga tidak dilaksanakan sebagai
mana mestinya
Pemeriksaan Khusus
Berdasarkan SE dirjen pajak No.SE-02/PJ.04/2007.
pemeriksaan khusus adalah pemeriksaan pajak yang dilakukan
berdasarkan:
 Analisis resiko
Dilakukan atas seluruh jenis pajak dan melalui pemeriksaan
lapangan.
Analisis risiko (risk based audit) adalah kegiatsn yang
dilakukan untuk menilai tingkat ketidakpatuhan WP yang
berisiko menimbulkan kerugian penerimaan pajak.
Analisis risiko akan memanfaatkan data internal maupun data
eksternal yang dapat berupa seperti berikut ini:
 Bukti
 Informasi
 Laporan
 pengaduhan
Analisis resiko dilakukan atas semua kriteria pemeriksaan khusus
dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari usulan
pemeriksaan khusus sebagai bahan pertimbangan diterbitkan
instruksi/persetujuan melakukan pemeriksaan khusus.

Pemeriksaan khusus dapat di lakukan berdasarkan kriteria sbb:


 Berdasarkan analisis data terdapat dugaan bahwa WP telah tidak
patuh melaksanakan kewajiban perpajakan atau melakukan
tindak pidana di bidang perpjakan.
 Pengaduhan masyarakat termasuk melalui kotak pos 5000
 Permintaan WP
 Pertimbangan Dirjen pajak, termasuk pemeriksaan ulang yang
dilakukan apabila terdapat data baru dan atau data yang semula
belum terungkam serta dalam rangka memperoleh informasi
atau data tertentu.
Pemeriksaan Kriteria Seleksi
Berdasarkan SE-DJP No.SE-02/PJ.7/2005, bahwa pemeriksaan
kriteria seleksi adalah pemeriksaan pajak difokuskan terhadap
WP yang dikategorikan sebagai wajib pajak besar dan menengah
baik dalam skala nasional, regional, maupun lokal analisis atau
berdasarkan skoring telah terpilih untuk dilakukan pemeriksaan
yang dilaksanakan berdasarkan :
 Analisis Resiko
 Kriteria Seleksi lainnya

Tujuan lain dalam Pemeriksaan Pajak


Pemeriksaan tujuan lain dapat dilaksanakan terlebih dahulu LP
2 yang akan diterbitkan melalui sistem tertentu oleh direktur
P4, dan SP 3 untuk tujuan lain harus diterbitkan paling lambat 3
hari sejak tanggal surat penugasan pemeriksaan untuk tujuan
lain harus diselesaikan dalam jangka waktu 4 minggu sejak surat
pemberitahuan pemeriksaan disampaikan kepada WP.
Sesuai pasal 2 ayat (3) keputusan MenKeu
No.545/KMK.04/2000 bahwa pemeriksaan untuk
tujuan lamin dapabt dilakukuan dalam rangka :
 Pemberian NPWP dan atau Pengukuhan PKP
secara jabatan
 Penghapusan NPWP dan atau Pencabutan
Pengukuhan PKP
 Penentuan WP berlokasi diu daerah terpencil
 Penetuan 1 atau lebih tempat terutang PPN
 Penagihan Pajak
 Keberatan
 Pencocokan data dan alat keterangan
 Tujuan lain secara luas
Pemeriksaan Pemberian NPWP
dan/atau Pengukuhan PKP secara
jabatan
Sesuai SE-DJP No.SE-07/PJ.7/2005, bahwa pemeriksaan dalam rangka
pemberian NPWP dan atau pengukuhan PKP secara jabatan termasuk
pe,riksaan untuk tujuan lain dilakukan apabila setelah 14 hari sejak
tanggal pengiriman surat pemberitahuan untuk mendaftarkan diri :
 WP tidak menanggapi surat pemberitahuan
 Surat Pemberitahuan kembali Pos
 WP menanggapi surat pemberitahuan dengan menyatakan tidak
wajib mempunyai NPWP dan atau belum memenuhi syarat sebagai
PKP
 WP menanggapi dengan menyatakan sudah memilki NPWP atau
telah dikukuhkan sebagai PKP tapi berdasarkan master file DJP
ternyata tak terdaftar atau nama dan alamatnya berbeda
Pemeriksaan pemberian NPWP terbatas pada
penentuan terpenuhinya syarat-syarat pemberian
NPWP dan atau Pengukuhan serta
penghitungan besarnya angsuran PPh pasal 25,
dan dengan demikian peminjaman buku dan atau
dokumen WP dilakukan sepanjang diperlukan
untuk penghitungan besarnya angsuran tersebut.
Apabila ada kewajiban perpajakan lainnya kepada
WP diminta untuk memenuhinnya .

Yang melandasi SE DJP No.SE.07/PJ.7/2005 adalah KEP


MenKeu No.545/KMK.04/2000 yang dirubah dengan PER
MenKeu No.123/PMK.03/2006
Pemeriksaan Penghapusan NPWP dan
atau Pencabutan PKP
Sesuai SE DJP No.SE-07/PJ.7/2005, bahwa
pemeriksaan dalam rangka penghapusan NPWP
dan atau pencbautan pengukuhan PKP hanya
dilakukan terhadap :
 WP orang Pribadi yang tdiak memmiliki usah
atau pekerjaan bebas yang ,engajukan
,permohonan penghapusan NPWP karna tidak
lagi memenuhi syarat sebagai WP
 PKP yang mengajukan permohonan
pencabuatan pengukuhan PKP karna tidak lagi
memenuhi syarat sebagai PKP
Pemeriksaan Lokasi Di Daerah
Terpencil
Sesuai surat edaran DJP No.SE-07/PJ.7/2015, bahwa
pemeriksaan dalam rangka penentuan bahwa WP berlokasi
di daerah terpencil dilakukan apabila ada permohonan
tertulis dari WP untuk penetapan lokasi usaha WP sebagai
daerah terpencil. LPP dikirim langsung kepada kepala
Kanwil DJP tempat WP mengajukan permohonan
penetapan daerah terpencil paling lambat 1hari sejak
tanggal LPP.

Yang melandasi surat edaran DJP NO.SE. 07/PJ.7/2005


adalah Kep Menkeu No.545/KMK.04/2000 yang dirubah
PER Menkeu No.123/PMK.03/2006, UU KUP
Pemeriksaan penagihan pajak
pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak
(delinquency audit) di lakukan untuk memperoleh
data, keterangan dan bukti yanng berkaitan dengan:
 Harta yang dimiliki wajib pajak/penanggung pajak
dalam tahun beerjalan.
 Proses timbulnya tunggakan pajak berdasarkan
LPP, KKP dan atau berita acara hasil pemeriksaan.
 Kegiatan penagihan aktif yang di lakukan.
 Upaya hukum dari wajib pajak/penanngung pajak.
Pemeriksaan Keberatan pajak
Sesuai surat edaran DJP No. SE-07/PJ.7/2005 bahwa pemeriksaan dalam rangka keberatan
dilakukan apabila ada permintaan bantuan melakukan kegiatan pemeriksaan dari kepala unit DJP
yang memproses kegiatanWP kepada kepala kanwil DJP atau Direktur P4 berkaitan dengan
penyelesaian keberatan yang diajukan WP dan atau PKP.
Permintaan pemeriksaan dalam rangka keberatan diajukan paling lambat 3bulan sebelum saat
jatuh tempo penyelesaian keberatan dan sebelum keputusan keberatan diterbitkan.
pemeriksaan terbatas pada objek sengketa yaitu hal-hal yang menjadi perbedaan pendapat
antar Wajib Pajak dengan DJP termasuk perpedaan pendapat berkaitan dengan penerapsn suatu
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Hasil pemeriksaan dituangkan dalam LPP dan harus mengungkapkan pendapat tim pemeriksa
tentang hal-hal yang di sengketakan, namun tidak perlu di buatkan nota penghitungan. LPP
kepada kepala kantor wilayah atau direktur P4 yang memberi insruksi pemeriksaan. Hasil
pemeriksaan hanya bersifat sebagai bahan pembanding (second opinion) yang tidak
mengikat baik WP maupun pihak DJP yang memproses keberatan WP.

Yang melandasi surat edaran DJP NO.SE. 07/PJ.7/2005 adalah Kep Menkeu
No.545/KMK.04/2000 yang dirubah PER Menkeu No.123/PMK.03/2006, UU
KUP
Produk hukum pemeriksaan pajak
Produk hukum pemeriksaan pajak dapat berupa ketetapan
pajak ataupun juga dapat berupah keputusan pajak, seperti:
 Surat ketetapan pajak kurang bayar
 Surat ketetapan pajak lebih bayar
 Surat ketetapan pajak nihil
 Surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan
 Surat tagihan pajak
 Keputusan keberatan
 Pemberian NPWP dan pengukuhan PKP
 Penghapusan NPWP dan pencabutan PKP
 Penetapan daerah terpencil
 Penetapan tempat terutang pajak
Pelaksanaan pemeriksaan pajak
Berdasarka pasal 13 ayat (1) UU KUP pemeriksaan dapat
dilakukan di tempat tinggal maupun di tempat kedudukan
dan/atau tempat kegiatan usaha WP pelaksaan pemeriksaan
pajak diatur dengan peraturan Menkeu
No.123/PMK.03/2006, di lakukan dengan melalui cara;
 Pemeriksaan lapangan
 Pemeriksaan kantor

Pemeriksaan lapangan
Jangka waktu pemeriksaan lapangan sesuai dengan SE
Dirjen pajak Nomor SE-10/PJ.04/2006, adalah 4bulan
sejak SP2 terbit, dan dapat diperpanjang menjadi 8bulan.
Pemeriksaan lapangan dapat dilakukan dalam bentuk:
 Pemeriksaan lengkap
 Pemeriksaan sederhana lapangan
 Pemeriksaan ulang
Pemeriksaan kantor

Sesuai surat edaran DJP No.SE-10/PJ.04/2008


yang dimaksud pemeriksaan kantor adalah
pemeriksaan yang dilakukan dikantor Direktorat
Jendral Pajak. Jangka waktu pemeriksaan kantor
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan adalh 3bulan dan dapat di perpanjang
menjadi 6bulan, dihitung sejak tanggal wajib
pajak harus datang memenuhi surat panggilan
dalam rangka pemeriksaan kantor sampai dengan
tanmggal laporan hasil pemeriksaan.
Kewajiban pemeriksa wajib pajak
Kewajiban pemeriksa pajak adalah sebagai berikut:
 Menyerahkan surat tugas
 Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
 Memberitahukan hasil pemeriksaan
 Melakukan pembahasan akhir (clossing conference)
 Membuat laporan pemeriksaan pajak (LPP)
 Menerbitkan ketetapan pajak
 Mengembalikan buku catatan yang dipinjam
 Merahasiakan segala sesuatu yang diketahui dari
pemeriksaan
 Memberi petunjuk kewajiban WP
Memberitahukan Hasil Pemeriksaan
Sesuai pasal 31 ayat (2) UU KUP, pemeriksa wajib menyampaikan
SPHP (surat pemberitahuan hasil pemeriksaan) kepada wajib
pajak. Pasal 14 ayat (3) per.DJP No.PER-176/PJ./2006 WP harus
memberikan tanggapan SPHP dalam jangka waktu 7hari baik
setuju ataupun tidak atas temuan pemeriksa pajak.

Melakukan Pembahasan Akhir


Closing conference sesuai pasal 1 angka 4 PER menkeu
nomor:123/PMK.03/2006, adalah pembahasan yang dilakukan
antara pemeriksa pajak dan WP atas temuan selama
pemeriksaan, dan hasil bahasan temuan tersebut baik yang
disetujui maupun tidak dituangkan dalam berita acara hasil
pemeriksaan yang ditandatangani pemeriksa pajak dan WP.
Membuat laporan Pemeriksaan
Pajak
Laporan Pemeriksaan Pajak sesuai Pasal 1 huruf 6 PER
Menkeu Nomor: 123/PMK.03/2006. adalah laporan tentang
hasil pemeriksaan yang disusun oleh Pemeriksa Pajak secara
ringkas dan jelas serta sesuai dengan ruang lingkup tujuan
pemeriksaan.
Dalam hal WP menolak menandatangi Berita Acara Hasil
Pemeriksaan, Pemeriksaan Pajak membuat catatan tentang
penolakan tersebut dalam Berita Acara Hasil Pemeriksaan.
Pemberitahuan hasil pemeriksaan sampai dengan
persetujuan atau penandatanganan Berita Acara Hasil
Pemeriksaan harus diselesaikan sejak SPHP diterima WP,
paling lama :
 3 minggu untuk pemeriksaan lengkap, dan
 2 minggu untuk pemeriksaan sederhana lapangan
Menerbitkan Ketetapan Pajak
Berdasarkan LPP Pemeriksaan Pajak, dimana ketetapan
pajak tersebut sudah merupakan produk hukum. Apabila
Wajib Pajak tidak memberikan tanggapan tertulis atau
tidak menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan,
wajib dibuatkan Berita Acara tidak memberikan
tanggapan/Berita Acara Ketidhadiran WP, dan SKP dan SPT
diterbitkan berdasarkan Surat Pemberitahuan Hasil
Pemeriksaan yang disampaikan kepadan WP atau
berdasarkan tanggapan tertulis WP yang disetujui oleh
pemeriksa.
Mengembalikan Buku dan Dokumen Wajib
Pajak
Sesuai Pasal 11 ayat (1) huruf H peraturan Menteri Keuangan No.
199/PMK.03/2007, bahwa pemeriksaan pajak harus mengembalikan
buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan dan dokumen lainnya yang dipinjam dari Wajib Pajak
paling lama 7 hari sejak tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan.

Merahasiakan Pada Pihak Lain Segala


Sesuatu Yang Diketahui Dari Pemeriksaan
Pasal 11 ayat (1) huruf I peraturan Menteri Keuangan No.
199/PMK.03/2007, bahwa pemeriksa pajak harus merahasiakan
kepada pihak lain yang tidak berhak segala sesuatu yang diketahui
atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka
pemeriksaan.
Wewenang Pemeriksaan Pajak
Dalam melakukan pemeriksaan pajak, pemeriksaan pajak
mempunyai wewenang di antaranya adalah sebagai
berikut :
 Meminjam buku catatan Wajib Pajak,
 Meminta Bukti Pada Pihak Luar yang terkait
 Memasuki tempat atau ruangan
 Menyegel
 Menghitung secara jabatan
Hak Wajib Pajak Yang Diperiksa
Sesuai Pasal 7 PER Menkeu Nomor: 123/PMK.03/2006 tentang
Norma Pemeriksaan, maka dalam rangka pemeriksaan pajak
mempunyai hak diantaranya Adalah:
 Meminta memperlihatkan surat perintah pemeriksaan dan
tanda pengenal pemeriksaan dalam rangka pemeriksaan
lapangan
 Meminta menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
pajak
 Meminta rincian hasil pemeriksaan dengan SPT
 Memohon pembahasan oleh tim pembahasan
 Memberikan pendapat pelaksanaan pemeriksaan melalui
pengisian formulir kuisioner pemeriksaan pajak
 Hadir dalam pembahasan akhir
 Menolak di periksa
Kewajiban wajib pajak yang di
periksa
Berdasarkan pasal 29 (3) UU KUP bahwa wajib
pajak yang periksa mempunyanyai kewajiban
untuk:
 Memperlihatkan dan meminjamkan buku atau
catatan
 Memberikan kesempatan untuk memasuki
tempat
 Memberikan keterangan yang di perlukan
 Meniadakan kerahasian
 Menandatangani surat pernyataan persetujuan
apabila seluruh hasil pemeriksaan disetujuinya
Memperlihatkan dan
Meminjamkan Buku atau Catatan
Tata cara peminjaman buku-buku, catatan-catatan, dan
dokumen-dokumen oleh pemeriksa pajak antara lai:
 Pemeriksa pajak membuat bukti
peminjaman/pengembalian buku, catatan dan dokumen
 Pemeriksa pajak membuat surat permintaan peminjaman
buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen”.
 Wajib pajaki membuat surat pernyataan sesuai dengan
hasilnya
 Berita acra pemenuhan seluruh peminjam buku catatan
dan dokumen
 Pelaksaan pemeriksaan lapangan dapat dilakukan
ditempat WP
 Bantuan tenaga ahli
Memberikan Kesempatan Untuk
Memasuki Tempat
Wajib pajak yang diberikan harus memberikan
ksempatan kepada pemeriksa hukum memasuki
tempat atau ruang yang dipandang perlu dan
memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan.
Memberikan Keterangan Yang
Diperlukan
WP ysng diperiksa waj9ib memberikan keterangan
lain selain berkaitan buku, catatan, atau dokumen
apabila pemeriksa membutuhkan keterangan
tersebut dalam rangka tugasnya
Menandatangani persetujuan apabila
hasil pemeriksaan sudah di setujui
Sesuai pasal 7 huruf G peraturan menteri keuangan
No.123/PMK.03/2006 bahwa WP stsu kuasanya wajib
menandatangani pernyataan persetujuan apabila seluruh hasil
pemeriksaan disetujuinya.

Pemeriksaan terhadap WP masuk


bursa
Berdadsarkan pasal 29A UU KUP terhadap WP yang pernyataan
pendaftaran emisi sahamnya telah dinyatakan efektif oleh
BAPEPANG, maka dalam hal WP harus dilakukan pemeriksaan
dapat dilakukan dengan pemeriksaan kantor
Pemeriksaan Bukti Permulaan
1. sengaja maupun alpa tidak menyampaikan SPT
2. Menyampaikan SPT tidak lengkap dan tidak benar
3. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain
yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar
4. Mengulangi tindakan pidana perpajakan sebelum 1tahun
5. Mencoba menyalahgunakan NPWP dan PKP untuk restitusi
dan kompensasi
6. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak
memperlihatkan atau atau tidak meminjamkan buku, catatan,
atau dokumen lainya
7. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
8. Tidak memberikan buku, catatan, bukti pada pemeriksaan
9. Menolak untuk diperiksa
10. Mempersulit penyidikan
Sanksi Berkaitan Pemeriksaan
 Hasil pemeriksaan kurang bayar
 Hasil pemeriksaan pajak tahun berjalan kurang bayar
 Hasil pemeriksaan pengusaha kena pajak gagal berproduksi
 Hasil pemeriksaan WP menunggu putusan pengadilan merugikan
negara meski sudah lebih 5tahun
 Hasil pemeriksaan WP yang tidak lapor walau sudah ditegur
 Hasil pemeriksaan WP tidak melaksanakan pembukuan dengan benar
 Hasil pemeriksaan WP kurang memotong atau memungut pajak
 Hasil pemeriksaan PPN tidak seharusnya dikompensasi atau direstitusi
 Hasil pemeriksaan SPT tidak dimasukan atau SPT tidak benar karena
alpa
 Hasil pemeriksaan SPT tidak dimasukan atau SPT tidak benar karena
sengaja
 Hasil pemeriksaan WP mengulangi SPT tidak masukan atau SPT tidak
benar
Terima Kasih …
Pertanyaan!!
1. Jika tidak membayar pajak serta tidak melaporkan
SPT tahunan apakah akan dikenakan sanksi
kepada pihak terkait yg melakukan hal tsb?
(marko)
2. Brikan contoh surat pemberitahuan pemeriksaan
pajak? (jihan)
3. Hal-hal apa saja yang menjadi penyebab
terjadinya pemeriksaan pajak baik dalam
pemeriksaan kantor maupun lapangan? (dina)
4. Apabila ada bbrpa badan yg tidak melaporkan
pajak apakah berdampak pada perekonomian
pemerintah dan berdampak dalam segi
kesejahteraan masyarakat? (alya)

Anda mungkin juga menyukai