Faustina Goantryani Rhadezahara M. Patrisa Yosephina P.B. Tapowolo Dhana R.Astika Christine Dupe Nana A. Seran Jean Riani Pandie Wylie M. Lulan Alvi C. Lola Civa J. Nuha Alce A.F.Suki Kasus 5 Seorang bayi laki-laki berusia 11 bulan (10 kg) datang ke dokter umum dengan keluhan sesak napas selama 1 hari. Sesak napas disertai panas dan batuk pilek sejak 4 hari yang lalu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan frekuensi napas 56x/menit, napas cuping hidung (+), retraksi interkostal (+), dan retraksi epigastrium (+). Pada auskultasi ditemukan cracles di kedua lapangan paru. Farmakokinetik Pada Pasien Pediatri 1. Pada Neonatus a. Absorbsi Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbsi obat : – Aliran darah pada tempat pemberian obat – Fungsi saluran cerna b. Distribusi Proses distribusi obat dalam tubuh sangat dipengaruhi oleh : – Komposisi tubuh – Ikatan obat pada protein plasma – Permeabilitas membran c. Metabolisme Aktivitas metabolisme obat pada neonatus lebih rendah daripada orang dewasa. Hal ini menyebabkan laju klirens obat lambat dan waktu paruh eliminasi obat panjang. e. Ekskresi Eliminasi ginjal sangat bergantung pada Glomerolus Filtration Rate (GFR) dan sekresi tubular. Kedua fungsi ini belum berkembang secara sempurna pada neonatus dan akan menjadi sempurna pada usia 2 tahun. 2. Pada bayi dan anak Farmakodinamik 1. Pada neonatus – Toksisitas kloramfenikol meningkat pada neonatus karena metabolisme yang belum sempurna dan tingginya bioavailabilitas. – Antagonis β-adrenoseptor mengurangi efektivitas agonis β-reseptor, seperti salbutamol atau terbutaline. – Penghambat monoamin oksidase meningkatkan jumlah norepinefrin yang disimpan dalam terminal saraf noradrenergik dan interaksinya dengan obat lain akan berbahaya, seperti efedrin atau tiramin yang bekerja melepaskan norepinefrin. – sindroma Reye berkaitan dengan penggunaan aspirin oleh pasien pediatri yang sedang menderita penyakit karena virus misalnya cacar air Dasar Terapi Rasional 1. Tepat Dosis – Pemberian dosis pada pasien pediatri berdasarkan usia, berat badan dan luas permukaan tubuh. – Pemberian dosis obat yang berlebihan, khususnya obat dengan rentang terapi yang sempit, berisiko timbulnya efek samping – Pemberian dosis yang terlalu kecil tidak akan menjamin tercapainya kadar terapi yang diharapkan 2. Tepat BSO Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan BSO : • Faktor penderita • Faktor penyakit • Sifat obat • Bioavailabilitas obat 3. Tepat obat Tepat obat adalah ketepatan pemilihan obat yang dilakukan dalam proses pemiilihan obat dengan mempertimbangkan beberapa faktor yaitu : Ketepatan kelas terapi dan jenis obat seperti efek terapi yang diperlukan misalnya : manfaat dan keamanan obat sudah terbukti (risiko efek samping maupun adanya kondisi kontra indikasi) Contoh : Jenis obat mudah didapat Sedikit mungkin jumlah jenis obat 4. Tepat indikasi Tepat indikasi adalah ketepatan indikasi yang benar (sesuai dengan diagnosa dokter) untuk penggunaan obat tersebut dan telah terbukti manfaat terapeutiknya.
Contoh tepat indikasi dan tepat obat → Untuk
pneumonia bakteri pada anak Antibiotik Pilihan Pertama : Kotrimoksazol (Trimetoprim + Sulfametoksazol) Antibiotik Pilihan Kedua : Amoksisilin. 5. Penentuan Cara Dan Waktu Pemberian Obat Cara Pemberian Obat • Per oral • Sublingual • Parenteral • Rektal • Topikal Tujuan pemberian obat pada waktu yang tepat: • Efek optimal • Efek samping minimal • Tidak mengganggu kebiasaan penderita Terapi Pneumoni Anak Suspek diagnosis: pneumoni berat Gejala klinis: • Batuk dan atau kesulitan bernapas ditambah minimal salah satu hal berikut ini: Kepala terangguk - angguk, Pernapasan cuping hidung, Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, Foto dada menunjukkan gambaran pneumonia (infiltrat luas, konsolidasi, dll). Selain itu bisa didapatkan pula tanda berikut ini: • Napas cepat : a. Anak umur < 2 bulan : ≥ 60 kali/menit b. Anak umur 2-11 bulan :≥ 50 kali/menit c. Anak umur 1-5 tahun :≥ 40 kali/menit d. Anak umur≥ 5 tahun : ≥ 30 kali/menit • Suara merintih (grunting) pada bayi muda • Pada auskultasi terdengar crackles (ronki), suara pernapasan menurun, suara pernapasan bronkial. Terapi antibiotik • Beri ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM setiap 6 jam), yang harus dipantau dalam 24 jam selama 72 jam pertama. Bila anak memberi respons yang baik maka diberikan selama 5 hari. Selanjutnya terapi dilanjutkan di rumah atau di rumah sakit dengan amoksisilin oral (15 mg/ kgBB/kali tiga kali sehari) untuk 5 hari berikutnya. • kloramfenikol (25 mg/kgBB/kali IM atau IV setiap 8 jam). • Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat, segera berikan oksigen dan pengobatan kombinasi ampilisin-kloramfenikol atau ampisilin-gentamisin. • Sebagai alternatif, beri seftriakson (80-100 mg/kgBB IM atau IV sekali sehari) • Apabila diduga pneumonia stafilokokal, ganti antibiotik dengan gentamisin (7.5 mg/kgBB IM sekali sehari) dan kloksasilin (50 mg/kgBB IM atau IV setiap 6 jam) atau klindamisin (15 mg/kgBB/hari –3 kali pemberian). Bila keadaan anak membaik, lanjutkan kloksasilin (atau dikloksasilin) secara oral 4 kali sehari sampai secara keseluruhan mencapai 3 minggu, atau klindamisin secara oral selama 2 minggu. Terapi Demam • Paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali (tiap 6 jam). • Untuk pasien pada kasus : paracetamol 100- 150 mg/kgBB/kali (tiap 6 jam bila panas). Sumber : Farmakologi Dasar dan Klinik Katzung Farmakologi Pediatri