Anda di halaman 1dari 29

Disampaikan oleh:

Drs. Made Ardita, M.Si


Kepala Kantor Regional X
Badan Kepegawaian Negara
Denpasar,2 013
1
File : Kebijakan Manajemem Kepegawaian-Medan-24-06-2010
PENDAHULUAN
1. Pembinaan SDM PNS dilakukan melalui penerapan manajemen PNS,
yang diarahkan untuk menjamin penyelenggaraan tugas pemerin-
tahan dan pembangunan secara berdayaguna dan berhasil guna.
2. Menurut pasal 13 ayat (2) UU No 43 Tahun 1999 dinyatakan bahwa
kebijakan manajemen PNS berada pada Presiden selaku Kepala
Pemerintahan
3. Untuk menjamin kelancaran penyelenggaran kebijaksanaan mana-
jemen PNS dibentuk BKN (pasal 34 ayat (1) UU No 43 Tahun 1999)
4. BKN sebagai institusi bertanggung jawab dibidang pengembangan
kualitas sumber daya PNS mempunyai :
a. Visi : PNS profesional dan sejahtera;
b. Misi : Menyelenggarakan manajemen PNS berbasis kompetensi

2
5. Manajemen PNS mencakup :
a. Perencanaan dan pengembangan kualitas sumber daya PNS;
b. Penyelenggaraan administrasi kepegawaian;
c. Pengawasan dan pengendalian;
d. Penyelenggaraan dan pemerliharaan informasi kepegawaian;
e. Perumusan kebijaksanaan kesejahteraan PNS ; serta
f. Memberikan bimbingan teknis kepada unit organisasi yang
menangani kepegawaian pada instansi pemerintah pusat dan
daerah.
6. PNS merupakan salah satu unsur birokrasi pemerintahan yang sangat
vital dan strategis dalam menentukan arah pencapaian keberhasilan
tujuan negara.
7. Untuk meningkatkan pelayanan, profesionalisme dan kinerja PNS,
perlu dilakukan reformasi birokrasi, meskipun kita sadari bersama
bahwa reformasi birokrasi tidak terlepas dari berbagai sistem yang
ada, yang perlu direformasi seperti halnya reformasi dibidang politik,
hukum, ekonomi, sosial, budaya dan sebagainya.

3
PERMASALAHAN YANG DIHADAPI
1. Mismatch, dimana antara sosok PNS yang ada belum sesuai dengan
tuntutan kompetensi bidang tugasnya.
2. Underemployed karena belum adanya target atau kontrak kinerja
yang harus dilakukan PNS dalam melaksanakan tugasnya dan belum
ada kesesuaian antara beban kerja dengan jumlah pegawai yang
dibutuhkan.
3. Alokasi dan distribusi PNS yang tidak seimbang/merata mengenai
kuantitas dan kualitas serta distribusi PNS menurut teritorial (daerah)
yang belum merata.
4. Masih rendahnya tingkat produktivitas PNS dan belum optimalnya
pelayanan PNS terhadap masyarakat.
5. Database PNS yang ada dimasing-masing instansi belum terhubung-
kan secara online dengan sistem pengolahan data yang ada di BKN.
6. Belum diterapkannya sistem reward and punishment secara tegas
dan jelas dikalangan PNS.
7. Masih rendahnya penghasilan dan kesejahteraan PNS.

4
PRIORITAS KEBIJAKAN MANAJEMEN
KEPEGAWAIAN
1. Rekrutmen PNS

2. Netralitas PNS

3. Profesionalisme dalam Pengembangan Karier PNS

4. Disiplin PNS

5. Pengembangan MIS berbasis Information Technology

6. Peningkatan pelayanan PNS

7. Remunerasi dan Kesejahteraan PNS

5
1. REKRUTMEN PNS
a. Penyusunan formasi berbasis kompetensi
• Penyusunan formasi PNS sebagai bagian dari perencanaan SDM
PNS, didasarkan pada analisis kebutuhan riil organisasi yang
meliputi jenis pekerjaan, sifat pekerjaan, analisis beban kerja dan
tuntutan kinerja organisasi, prinsip pelaksanaan pekerjaan dan
peralatan yang tersedia

b. Rekrutment berdasarkan merit system

c. Materi Tes terdiri


• Tes Kompetensi Dasar
• Tes Kompetensi Bidang (Substantif)

d. Pengembangan rekrutmen dan seleksi CPNS dengan Computer


Asissted Test (CAT)

e. Penyelenggaraan Test dengan menyempurnakan metode instrument


Assesment Center

6
2. NETRALITAS PNS
A. PENGALAMAN MASA LALU:
1. Kasus Jasksonisme di Amerika Serikat
shg muncul Pendleton Act
2. Masa ORLA (1950-1965) jatuh bangun- 1. PNS harus bebas
nya kabinet berdampak pd stabilitas dari pengaruh ke-
kepegawaian kuatan politik
3. Masa ORBA (1966-1997), PNS dijadi-
kan alat politik utk mempertahankan 2. PNS tidak diskrimi-
kekuasaan natif dlm membe- NETRALITAS
PNS
4. Masa Reformasi ditakutkan PNS dijadi- rikan pelayanan
kan alat politik

B. DAMPAK KETIDAKNETRALAN
3. PNS dilarang men-
PNS jadi anggota dan
atau pengurus par-
1. Peran dan fungsi PNS sbg alat pe-
mersatu, pelayan, penyelenggara pe- tai politik
merintahan tidak berjalan
2. Diskriminasi pelayanan
3. Pengkotak-kotakan PNS
4. Konflik kepentingan
5. Tidak Profesional lagi

7
C. PERATURAN KEPEGAWAIAN TERKAIT NETRALITAS PNS

1. Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974


tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999,
Pegawai Negeri sebagai unsur aparatur Negara harus netral
dari pengaruh semua golongan dan Partai Politik, tidak
diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat, dan dilarang menjadi Anggota dan/atau
Pengurus Partai Politik.
2. Pegawai Negeri yang menjadi Anggota dan/atau Pengurus
Partai Politik harus diberhentikan sebagai Pegawai Negeri,
baik dengan hormat atau tidak dengan hormat.
3. PNS yang akan menjadi Anggota DPR, DPD, DPRD
Prov/Kab/Kota harus mengundurkan diri sebagai PNS, yang
dinyatakan dengan surat pengunduran diri dan tidak dapat
ditarik kembali.
8
4. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2004
a. Pasal 3
1) ayat (1)
PNS yang akan menjadi anggota dan/atau pengurus Parpol
wajib mengundurkan diri sebagai PNS.
2) ayat (2)
PNS yang mengundurkan diri sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diberhentikan dengan hormat sebagai PNS.
b. Pasal 9 ayat (1) PNS yang menjadi anggota dan/atau pengurus
Parpol tanpa mengundurkan diri sebagai PNS diberhentikan
tidak dengan hormat sebagai PNS
5. Dalam suasana pemilihan umum legislatif dan pemilihan umum
presiden/wakil presiden, maka PNS sesuai dengan peraturan
perundang-undangan sebagai warga negara dan anggota masya-
rakat diperbolehkan mengikuti kegiatan kampanye sebagai peserta
kampanye

9
6. PNS yang mencalonkan secara perseorangan menjadi anggota
DPR/DPD/DPRD, Presiden/Wakil Presiden atau Kepala Daerah/Wakil
Kepala Daerah:
a. PNS yang mencalonkan secara perseorangan menjadi anggota
DPR/DPD/DPRD harus mengundurkan diri sebagai PNS
b. PNS yang mencalonkan secara perseorangan menjadi Presiden/
Wakil Presiden harus mengundurkan diri dari jabatan negeri
c. PNS yang mencalonkan secara perseorangan menjadi Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah harus mengundurkan diri dari
jabatan negeri

7. PNS yang menjadi Calon Presiden/Wakil Presiden, atau Kepala


Daerah/Wakil Kepala Daerah dilarang :
a. Menggunakan anggaran Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah
b. Menggunakan fasilitas yang terkait dari jabatannya
c. Mengikutsertakan dalam kegiatan kampanye PNS lainnya, Kepala
Desa, Perangkat Desa, atau Anggota Badan Permusyawaratan
Desa, dalam kegiatan kampanye

10
8. PNS dilarang:
a. Memberikan dukungan kepada calon Presiden/Wakil Presiden,
dengan cara :
1) Ikut serta sebagai pelaksana kampanye
2) Menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut
partai/PNS
3) Sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS di
lingkungan kerjanya
4) Sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas
negara
5) Membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan
atau merugikan salah satu calon pasangan selama kampanye
6) Mengadakan kegiatan yang mengarah kepada keberpihakan
terhadap calon pasangan yang menjadi peserta pemilu sebe-
lum, selama, sesudah masa kampanye meliputi pertemuan,
ajakan, himbauan, seruan dan pemberian barang kepada PNS
dalam lingkungan kerjanya, anggota keluarga dan masyarakat

11
b. Memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah/Wakil Kepala
Daerah, dengan cara :
1) Terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung calon Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah
2) Menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam kegiatan
kampanye
3) Membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau
merugikan salah satu calon pasangan selama kampanye
4) Menjadi anggota Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), Panitia Pe-
mungutan Suara (PPS), dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan
Suara (KPPS) dalam kegiatan pemilu tanpa izin dari atasan langsung

c. Memberikan dukungan kepada calon anggota DPR/DPRD/DPD dgn cara:


1) Sebagai pelaksana kampanye
2) Sebagai peserta kampanye dengan menggunakan atribut partai atau
atribut PNS
3) Sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan PNS dilingku-
ngannya
4) Sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara
5) Memberikan surat dukungan disertai photo copy KTP atau Surat
Keterangan Tanda Penduduk sesuai peraturan perundang-undangan
12
D. SANKSI
1. Pelanggaran terhadap ketentuan tersebut dikategorikan sebagai
pelanggaran disiplin PNS sebagaimana dimaksud dalam PP No. 53 Th
2010 tentang Disiplin PNS
2. Terhadap Pelanggaran Disiplin tersebut, PNS dapat dijatuhi hukuman
disiplin dari tingkat paling ringan sampai dengan tingkat paling berat
tergantung latar belakang pelanggaran yang dilakukan dan jumlah
kerugian negara serta dampak sosial yang ditimbulkan
3. Hukuman disiplin tingkat berat berupa penurunan pangkat setingkat
lebih rendah untuk paling lama satu tahun:
a. PNS yang melibatkan PNS lainnya untuk memberikan dukungan
dalam kampanye
b. PNS yang duduk sebagai Panitia Pengawas Pemilihan tanpa ijin
dari Pejabat Pembina Kepegawaian.
4. Hukuman disiplin tingkat berat berupa pemberhentian dengan hormat
tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS:
a. PNS yang terlibat dalam kegiatan kampanye dengan menggu-
nakan atribut partai/seragam dinas untuk mendukung salah satu
partai/ calon peserta pemilu
13
b. PNS yang yang menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan-
nya dalam kegiatan kampanye
c. PNS yang menjadi anggota Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK),
Panitia Pemungutan Suara (PPS), dan Kelompok Penyelenggara
Pemungutan Suara (KPPS) dalam kegiatan pemilu tanpa izin dari
Pejabat Pembina Kepegawaian atau Atasan Langsung

5. Hukuman disiplin tingkat berat berupa pemberhentian tidak dengan hor-


mat tidak sebagai PNS:
a. PNS yang menggunakan anggaran Pemerintah dan Pemerintah Dae-
rah dalam proses pemilihan angota legislatif, Presiden/Wakil Presi-
den, dan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah
b. PNS yang menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatannya
dalam proses pemilihan angota legislatif, Preside/Wakil Presiden, dan
Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah
c. PNS yang membuat keputusan dan atau tindakan yang menguntung-
kan atau merugikan salah satu pasangan atau partai selama masa
kampanye

14
3. PROFESIONALISME DLM PENGEMBANGAN KARIER
PNS
a. Analisis dan evaluasi jabatan oleh setiap instansi
b. Kepastian pola karir PNS  mengatasi Mismatch
c. Pengangkatan jabatan didasarkan pada standar kompetensi Jabatan
atas rekomendasi Assessment Center
1) Penyusunan dan Pelaksanaan Standar Kompetensi Jabatan
Penyusunan Standar Kompetensi Jabatan, adalah untuk menjamin
obyektifitas, keadilan, transparansi dan kualitas pengangkatan PNS
dalam jabatan struktural, dan menjelaskan secara rinci keahlian,
ketrampilan dan tingkatan manajerial tertentu yang harus dimiliki
pemegang jabatan.
2) Assessment Center,
PNS yang akan diangkat dalam suatu jabatan perlu dilakukan
penilaian kompetensi melalui metode Assessment Center, yaitu suatu
metode penilaian yang terstandar guna menilai/mengukur potensi dan
prediksi keberhasilan seseorang dalam suatu jabatan yang akan
diduduki.

15
d. Pengembangan jabatan fungsional dalam rangka mewujudkan struktur
organisasi yang berorientasi pada “ramping struktur dan kaya fungsi.”
e. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)
Untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan membentuk perilaku
dan kinerja PNS sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang
diembannya, dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan (diklat), yang
didasarkan pada analisis kebutuhan diklat. Disamping itu diklat PNS
adalah bagian integral pembinaan PNS dan mempunyai keterkaitan
dalam pengembangan karier PNS.
SKP (60%)
-Aspek Kuantitas
-Aspek Kualitas
-Aspek Waktu
-Aspek Biaya
f. Penilaian Kinerja PNS
(obyektif, transparan, akuntabel Menggabungkan
Perilaku Kerja (40%)
. partisipatif dan terukur) -Integritas
-Komitmen
-Disiplin
-Orientasi Pelayanan
-Kepemimpinan
-Pelayanan
4. DISIPLIN PNS

a. Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui


proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai
ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban.
b. Apabila nilai-nilai tersebut telah menyatu dalam dirinya, maka sikap
atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi dirasakan sebagai beban,
bahkan sebaliknya akan membebani dirinya bila tidak berbuat
seperti nilai-nilai yang telah lazim dilakukan.
c. Terdapat empat faktor yang perlu diperhatikan dalam menumbuhkan
disiplin dikalangan PNS yaitu :
1) Faktor kesadaran
2) Faktor keteladanan
3) Faktor motivasi
4) Faktor penegakan peraturan
d. Berkaitan dengan hal tersebut, maka peningkatan disiplin PNS
didasarkan kepada reward and punishment

17
Instrumen Kendali Disiplin PNS
a. Peraturan Perundang-undangan :
1. UU No.8 Th 1974 Jo. UU No.43 Th 1999 tntang Pokok2 Kepegawaian
2. PP No 53TH 2010 tentang Disiplin PNS
3. PP No 32 TH 1979 tentang Pemberhentian PNS
4. PP No 4 TH 1966 tentang Pemberhentian/ Pemberhentian Sementara
Pegawai Negeri
5. PP No 10 TH 1983 jo PP No. 45 TH 1990 Tentang Izin Perkawinan dan
Perceraian PNS
b. Buku biru
Berdasarkan Surat Edaran Kepela BAKN Nomor 02/SE/80 tanggal 11
Pebruari 1980, maka bagi setiap PNS menurut ketentuan disediakan buku
catatan penilaian yang lazim disebut buku biru, dimana atasan langsung
PNS yang bersangkutan wajib mengisi dan mencatat segala temuan dari
bawahannya baik yang positif maupun yang negatif dan menyimpannya.
Buku Biru ini dijadikan dasar didalam mengisi Daftar Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan (DP3)/ SKP unsur Perilaku

18
c. DP3 PP N o 10 th 1979 mulai Th 2014 diganti dg PP 46/2011
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1979 setiap atasan
langsung PNS sebagai pejabat yang berwenang dan berkewajiban untuk
melakukan penilaian terhadap pelaksanaan pekerjaan PNS dilingkungan
yang dibawahinya
d. Daftar Hadir/ Presensi
Sebagai konsekwensi ketentuan jam kantor, maka kehadiran PNS dapat
diketahui melalui daftar hadir yang harus diisi secara tertib, jujur dan
terawasi serta terkelola dengan baik
e. Laporan Kegiatan/ Laporan Kinerja
Untuk mengetahui produktivitas kerja suatu unit kerja setiap hari, minggu,
bulan dan setiap tahunnya akan sangat mudah diketahui apabila setiap
atasan dapat menerima laporan kegiatan yang dilakukan oleh para pejabat
unit kerja ditingkat bawahnya
f. Suasana Lingkungan kerja kantor dan kebersihan kantor, ruang kerja,
toilet dsb.
Indikator lain yang dapat menunjukkan bahwa instansi telah menerapkan
disiplin dengan baik dapat dilihat dari suasana kerja kantor dan kebersihan
kantornya, terutama kamar mandi dan toilet.

19
Pokok-pokok PP 53 TH 2010 Disiplin PNS adalah :

1. Pada Pasal 3 mengenai kewajiban (17 butir) dan Pasal 4 mengenai


larangan (15 butir) disempurnakan dengan merumuskan kembali
kewajiban dan larangannya.
a. Adapun penyempurnaan tersebut meliputi :
 7 butir kewajiban/larangan dimasukkan sebagai etika.
 pengelompokan beberapa butir kewajiban dan larangan dalam
satu kesatuan bunyi sumpah jabatan dan sumpah PNS sebagai
kewajiban dalam mengucapkan dan menaati sumpah/ janji PNS
dan jabatan.
 penambahan SKP sebagai kewajiban.
 penambahan butir larangan dalam mendukung capres/ cawapres
dan anggota legislatif (DPR, DPD, dan DPRD) sebagaimana
amanat dalam UU Nomor 10 Tahun 2008 dan UU Nomor 42 Tahun
2008.
 penambahan butir larangan dalam mendukung calon Kepala
Daerah/Wakil Kepala Daerah yang selama ini ditetapkan di dalam
S.E. Menpan.
20
b. Dengan penyempurnaan tersebut, maka butir-butir kewajiban yang
semula berjumlah 26 butir berubah menjadi 17 butir, sedangkan
butir larangan yang semula berjumlah 18 butir berubah menjadi 15
butir

2. Pada Pasal 5 bagian kedua mengenai tingkat dan jenis hukuman


disiplin, disempurnakan dengan mengubah dan menambah jenis
hukuman sebagai berikut :
a. Untuk jenis hukuman sedang :
 jenis hukuman yang berupa penurunan gaji sebesar 1 (satu) kali
gaji berkala untuk paling lama 1 (satu) tahun dihapuskan, karena
tidak diamanatkan dalam Penjelasan Pasal 29 UU Nomor 8
Tahun 1974 jo UU Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian.
 penambahan jenis hukuman penurunan pangkat 1 (satu) tingkat
untuk paling lama 1 (satu) tahun, selama ini sebagai hukuman
berat.

21
b. Untuk jenis hukuman berat :
 perubahan jenis hukuman berupa penurunan pangkat 1 (satu)
tingkat untuk paling lama 1 (satu) tahun menjadi 3 (tiga) tahun.
 jenis hukuman berupa penurunan pangkat 1 (satu) tingkat untuk
paling lama 1 (satu) tahun dihapus, diturunkan menjadi hukuman
tingkat sedang.
 penambahan jenis hukuman berupa pemindahan dalam rangka
penurunan jabatan dalam jabatan setingkat lebih rendah sesuai
dengan Penjelasan Pasal 29 UU Nomor 43 Tahun 1999.

3. Menambah ketentuan mengenai kewajiban untuk masuk kerja, dirumuskan


secara rinci untuk menjaring PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan
sah adalah sebagai berikut :
a. selama 5 s/d 15 hari kerja dikenai hukuman ringan.
b. selama 16 s/d 30 hari kerja dikenai hukuman sedang.
c. selama 31 s/d 46/lebih hari kerja dikenai hukuman berat.
d. selama 51 hari kerja atau lebih dikenai hukuman berat berupa
pemberhentian dengan hormat atau pemberhentian tidak dengan
hormat.
Setiap PNS wajib datang, pulang dan melaksanakan tugas sesuai dengan
ketentuan jam kerja. Keterlambatan akan dihitung secara kumulatif dan
dikonversi 1 hari kerja sama dengan 7 ½ jam.
22
4. Penambahan klausul baru yang mengatur mengenai klasifikasi hukuman
terhadap butir-butir kewajiban dan larangan.
Penjatuhan hukuman disiplin berupa jenis hukuman ringan, sedang dan
berat sesuai dengan berat ringannya perbuatan/pelanggaran yang
dilakukan oleh PNS yang bersangkutan dengan mempertimbangkan :
a. latar belakang dilakukannya pelanggaran;
b. protap/SOP yang ditetapkan oleh instansi;
c. dampak dari pelanggaran yang dilakukan;
d. mengandung unsur pidana atau tidak.

5. Pengaturan mengenai pejabat yang berwenang menghukum secara lebih


tegas dan rinci untuk menghindari ketidakpastian, dengan ketentuan
antara lain sebagai berikut :
a. oleh Presiden bagi pejabat struktural eselon I dan jabatan lain yang
pengangkatan dan pemberhentiannya menjadi wewenang Presiden
sepanjang mengenai jenis hukuman berat.
b. oleh Pejabat Pembina Kepegawaian (Pusat maupun Daerah) bagi
pejabat struktural eselon II, III, IV, V, Jabatan Fungsional Tertentu dan
Jabatan Fungsional sepanjang mengenai jenis hukuman berat.
23
c. untuk jenis hukuman sedang diatur two step down, misalnya:
Pejabat struktural eselon I menjatuhkan hukuman tingkat sedang
bagi pejabat struktural eselon III, dan seterusnya.
d. untuk jenis hukuman ringan diatur one step down, misalnya : Pejabat
struktural eselon II menjatuhkan hukuman tingkat ringan bagi
pejabat struktural eselon III, dan seterusnya.

6. Menambahkan ketentuan baru yang mengatur mengenai penjatuhan


hukuman disiplin bagi Pejabat yang berwenang menghukum karena tidak
menjatuhkan hukuman disiplin kepada bawahannya yang melakukan
pelanggaran tetapi tidak menjatuhkan hukuman, dengan ketentuan
hukuman yang dijatuhkan adalah berupa jenis hukuman yang
seharusnya dijatuhkan.
7. Penambahan ketentuan baru yang mengatur mengenai pejabat eselon I
yang sedang dalam proses usulan kepada Presiden untuk menjatuhkan
hukuman disiplin, PPK menetapkan pembebasan sementara dari jabatan.

24
8. Ditambah ketentuan baru yang mengatur mengenai Pejabat Yang
Berwenang Menghukum untuk dapat memberi peringatan terlebih
dahulu sebelum menjatuhkan hukuman. Berdasarkan evaluasi, dalam
Pengadilan Tata Usaha Negara, Pemerintah sering dikalahkan karena
Pejabat Yang Berwenang Menghukum dalam menjatuhkan hukuman
tidak didahului peringatan
9. Istilah keberatan diubah dengan upaya administratif untuk meng-
akomodasi Undang-Undang PTUN.
10. Hak-hak kepegawaian bagi PNS yang mengajukan banding administratif
ke BAPEK adalah sebagai berikut :
a. apabila masuk kerja gajinya tetap dibayarkan.
b. apabila tidak masuk kerja gaji tidak dibayarkan.
c. PNS yang meninggal sebelum ada putusan atas banding
administratif, diberhentikan dengan hormat dan diberikan hak-hak
kepegawaiannya.

25
5. PENGEMBANGAN MIS BERBASIS INFORMASI
TEKNOLOGI

a. Akurasi Database PNS terus menerus

b. Akurasi Database Pensiun


c. Akurasi Database Pejabat Negara
d. MIS Kepegawaian Nasional secara bertahap

e. On line System  melalui Sistem Aplikasi Pelayanan Kepegawaian (SAPK) :


• BKN Pusat dengan seluruh Kanreg
• BKN dgn Instansi Pusat & Daerah
• BKD Prop dengan BKD Kab/Kota

f. Penetapan NIP Baru secara Nasional

g. Kartu Pegawai Elektronik (KPE)

26
6. PENINGKATAN PELAYANAN PNS
a. Standar pelayanan berbasis ISO 9001:2000
b. Pelayanan Prima meliputi :
1) Pengangkatan CPNS;
2) Penetapan karpeg, karis/karsu;
3) Kenaikan pangkat PNS;
4) Pensiun PNS;
5) Pensiun pejabat negara;
6) Penyelesaian permasalahan kepegawaian
c. Peningkatan kemampuan teknis kepegawaian pejabat pengelola
kepegawaian di setiap instansi

27
7. REMUNERASI DAN KESEJAHTERAAN PNS
a. Sistem remunerasi yang adil dan layak :
1) Perbaikan struktur gaji PNS didasarkan pada beban kerja
2) Perbaikan rasionalitas kesenjangan gaji terendah dan tertinggi
3) Penataan Tunjangan :
 Jabatan
 Prestasi
 Kemahalan
b. Peningkatan manfaat/benefit :
1) Asuransi kesehatan
2) Tabungan hari tua
3) Taperum
c. Perbaikan sistem pensiun
d. Perbaikan sistem pendanaan pensiun
e. Ketrampilan pada masa MPP dan modal kerjanya

28
29

Anda mungkin juga menyukai