Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

SCABIES

Moch Gizky Badawi S.Ked


Novia Nurinta Jayanti Saragih, S.Ked

Preseptor : dr. Surya Nola, M. Ked (DV), Sp. DV


Kepaniteraan Klinik Senior
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
RSUD Meuraxa, Banda Aceh
2018
PENDAHULUAN

Scabies
• Scabies merupakan masalah kesehatan masyarakat yang mendunia.
• Penyakit ini mengenai semua kelompok usia, ras dan sosial-ekonomi.
• Estimasi kasus mencapai 300 juta di seluruh dunia.
• Kepadatan penduduk, keterlambatan diagnosis dan terapi, edukasi publik yang
kurang menyebabkan masalah scabies di negara industri dan negara berkembang.
• Prevalensi meningkat pada anak-anak dan individu yang aktif seksual.
• Penderita gangguan sensori seperti penderita morbus hansen dan imunodefisiensi
karena kondisi post transplantasi, HIV-AIDS, usia tua lebih rentan terkena
scabies.Populasi tersebut menunjukkan lesi atipikal dan sering salah diagnosis.
LAPORAN
KASUS
• Identitas Pasien
• Nama : NF
• Umur : 18 tahun
• Jenis kelamin : Perempuan
• Alamat : Banda Aceh
• Pekerjaan : Pelajar
• Tanggal pemeriksaan : 23 April 2018

Timbul bintik gatal pada tangan dan sela jari sejak 2 bulan yang lalu
Pasien datang ke poliklinik kesehatan kulit dan kelamin RSUD Meuraxa
diantar oleh ibunya dengan keluhan gatal-gatal pada tangan, dan sela jari.
Keluhan dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Gatal dirasakan memberat saat
malam, pasien mengaku menggaruk bagian yang gatal hingga luka. Pasien
juga mengaku seminggu terakhir gatal yang digaruk mengeluarkan nanah.

Pasien merasakan demam dua hari terakhir ini. Pasien mengatakan


teman sebangku juga mengeluhkan keluhan yang sama seperti pasien.
Sekitar dua tahun yang lalu pasien juga mengeluhkan hal seperti ini tapi
tidak sampai demam maupun luka yang bernanah. Pasien tidak ada riwayat
alergi. Dikeluarga pasien juga ada yang mengeluhkan keluhan yang sama
yaitu ibu pasien.
Kesadaran : Compos Mentis

Keadaan Umum : Baik

Nadi : 78 x/menit

RR : 19 x/ menit
• Lokasi : Regio dorsales digitorum dextra et sinistra, dorsum
manus dextra et sinistra, Regio antebrachii anterior
et posterior.

• Ruam primer : Dijumpai papul dan pustul jumlah multiple, ukuran


lentikuler, susunan sisiner dan distribusi bilateral

• Ruam sekunder : Dijumpai krusta dan ekskoriasi


• Kerokan kulit / membuat biopsy irisan (epidermal shave biopsy)
• Mengambil tungau dengan jarum
• Tes tinta pada terowongan (Burrow ink test)
• Dermatoskopi

1. Skabies dengan Infeksi Sekunder


2. Dermatitis Atopik dengan Infeksi Sekunder
3. Dermatitis Kontak dengan Infeksi Sekunder
4. Urtikaria Papular
5. Insect Bite
Non-Medikamentosa
• Edukasi untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
• Dekontaminasi pakaian dan laas tidur dengan suhu 60ºC atau disimpan dalam
kantung plastik tertutup selama beberapa hari
• Pengobatan teratur beserta keluarga terutama yang memiliki kontak erat
dirumah

Medikamentosa
Pengobatan topikal :
• Permetrin 5% diolesi seluruh tubuh pada malam hari sebelum tidur mulai dari
belakang telinga sampai seluruh tubuh kecuali wajah dan kepala, kemudian mandi
di pagi hari diulang setelah satu pekan
• Gentamicin dioleskan pada bagian yang bernanah
Pengobatan sistemik :
• Cefixime 2x200mg selama 3-5 hari
• Citirizine 1x10mg (malam)
Quo ad Vitam : Dubia ad Bonam

Quo ad Functionam : Dubia ad Bonam

Quo ad Sanactionam: Dubia ad Bonam


• Scabies adalah serangan kulit yang sangat gatal disebabkan oleh tungau
spesifik Sarcoptes scabiei var hominis.
• Penyakit mudah diobati namun karena scabies adalah peniru klinis yang
hebat, perawatan pasien yang inadekuat, dan langkah-langkah
pengendalian lingkungan yang tidak tepat menyebabkan pengobatan yang
tertunda.
• Penyakit ini sangat mudah sekali menular dan dipengaruhi oleh hygiene
yang kurang baik.

Sinonim
The itch, gudik, budukan, gatal agogo
• Sekitar 300 juta kasus dilaporkan di seluruh dunia setiap tahun.
• Angka prevalensi untuk skabies di negara berkembang lebih tinggi dari
negara-negara industri. Tingkat prevalensi keseluruhan adalah 31%.
• Bencana alam, perang, dan kemiskinan menyebabkan kepadatan
penduduk berlebih meningkatkan penularan.
• Di negara-negara industri, epidemi skabies terjadi terutama di tempat
institusional, seperti penjara, dan di fasilitas perawatan jangka panjang,
termasuk rumah sakit dan panti jompo.
• Scabies terjadi lebih banyak umumnya di musim gugur dan musim dingin.
Sarcoptes scabei termasuk dalam:
-filum Arthropoda
-kelas Arachnida
-ordo Ackarima
-super famili Sarcoptes.
Pada manusia disebut Sarcoptes scabei
var. hominis. Sarcoptes scabei yang lain,
misalnya pada kambing dan babi. Secara
morfologik merupakan tungau kecil,
berbentuk oval, punggungnya cembung dan
bagian perutnya rata. Tungau ini translusen,
berwarna putih kotor dan tidak bermata.

Ukuran yang betina berkisar antara 330-


450 mikron x 250-350 mikron, jantan lebih
kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200
mikron.
Terdapat 4 tanda kardinal dari skabies
(ditegakkan dengan menemukan 2
dari 4 atau menemukan tanda kardinal
ke - 4):

Pruritus nokturna,
Penyakit ini menyerang manusia
secara kelompok,
Adanya terowongan (kunikulus)
pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan.
Menemukan tungau
Eflorosensinya berupa papula atau vesikel dimana puncaknya terdapat
gambaran yang sebenarnya merupakan lorong-lorong rumah sarcoptes
yang biasanya disebut dengan istilah burrows atau kunikulus. Kunikulus
ini pada pemeriksaan fisik kadang tidak terlihat (tidak ditemukan) karena
sudah hilang akibat garukan kronis. Jika terjadi infeksi sekunder, kunikilus
ini dapat menjadi pustula.
Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekreta dan eksreta
tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan. Dengan garukan dapat timbul
erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.

kelainan oleh skabies pada daerah axilla (sekitar ketiak), glutea (sekitar bokong), dan pada genetalia (penis dan scrotum).
1. Kontak langsung dengan penderitanya.

2. Kontak tidak langsung  pakaian, alat-alat tidur,


dan lain-lain.

3. Sebagai catatan sewaktu terjadi penularan


tersebut, orang yang ditulari tidak merasa gatal-
gatal
(scabies of cultivated)  lesi berupa papul dan
terowongan yang sedikit jumlahnya.

Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan


kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau
tetap ada dan penularan masih bisa terjadi

Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang


gatal. Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia
laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi
hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Nodus mungkin dapat menetap
selama beberapa bulan s/d 1 tahun meskipun telah diberi pengobatan anti
scabies dan kortikosteroid.
Lesi skabies pada anak dapat mengenai
seluruh tubuh dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo,
ektima.

Pada kelompok usia lanjut, diagnosis skabies


mungkin terlewatkan karena sedikitnya perubahan yang terjadi pada
kulit mereka. Gatal yang dirasakan mungkin akan diarahkan
penyebabnya ke ”senile pruritus”, xerosis, obat, dan penyebab psikis l
ainnya.

(skabies krustosa) ditandai oleh lesi yang luas


dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Rasa
gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi sangat
menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak
(ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga
sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat
berkembang biak dengan mudah
Bentuk yang sering dijumpai adalah
skabies berkusta dan skabies papular atipikal.

Hal ini sangat jarang terjadi pada orang


dewasa, namun jika seandainya terjadi maka akan menyertai atau memicu
terjadinya dermatitis seboroik. Skabies di kulit kepala dapat terjadi pada bayi
dan anak – anak, orang tua, penderita AIDS, dan pasien dengan
dermatomiositis.

Gambaran vesikula-bula sering ditemui pada pasien skabies


anak-anak, namun sangat jarang ditemukan pada orang dewasa. Jika terjadi pada
orang dewasa, maka gambarannya sulit dibedakan dengan pemphigoid bullosa.
Dengan adanya keluhan gatal terutama pada malam hari, kelainan
kulit pada tempat predileksi, dan adanya penyakit serupa pada anggota
keluarga yang serumah, sudah dapat diduga bahwa penyakit tersebut
adalah skabies. Terlebih-lebih jika ditemukannya terowongan.

Cara menemukan tungau :


1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat
papul atau vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan diatas
sebuah kaca obyek, lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat
dengan mikroskop cahaya.
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar Diagnosis banding
kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar. 1. Prurigo
3. Dengan membuat biopsy irisan. Caranya: lesi dijepit dengan 2 jari 2. Pedikulosis korporis
kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan 3. Dermatitis
mikroskop cahaya. 4. Insect bite
4. Dengan biopsy eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan H.E. 5. Urtikaria akut
6. Pioderma
Syarat obat yang ideal adalah :
 Harus efektif terhadap semua stadium tungau.
 Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik.
 Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian.
 Mudah diperoleh dan harganya murah.

Prinsip-prinsip umum pengobatan


o Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati (termasuk penderita
yang hiposensitisasi).
o Pakaian, tempat tidur, handuk dan barang-barang lainnya harus dicuci (pada suhu 50 °C
atau lebih tinggi), atau disegel dan disimpan dalam kantong plastik selama 1 minggu.
o Perawatan topikal harus diterapkan ke semua daerah kulit termasuk selangkangan,
pusar, alat kelamin eksternal, jari - jari kaki, kulit di bawah ujung kuku di malam hari
lalu biarkan untuk 8-12 jam.
o Pengobatan dianggap berhasil jika 1 minggu setelah akhir pengobatan tidak ada
manifestasi dari skabies aktif (tidak ada lesi aktif, tidak ada pruritus nokturnal).
Jenis obat topikal yang dapat diberikan kepada pasien adalah :
• Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep atau krim.
Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun. Preparat ini karena tidak efektif
terhadap stadium telur, maka penggunaanya tidak boleh kurang dari 3 hari.Kekurangannya
yang lain ialah berbau dan mengotori pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi.
• Emulsi benzyl-benzoat (10-25%), efektif terhadap semua stadium, diterapkan 1 x tiap malam
hari pada 2 hari berturut-turut lalu diulang setelah 7 hari. Kekurangannya obat ini sulit
diperoleh & sering membuat iritasi .
• Gama Benzena Heksa Klorida 1% (gameksan = gammexane) / lindane krim/lotion, termasuk
obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi
iritasi. Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu
kemudian. Kekurangannya adalah toksis terhadap susunan saraf pusat pada anak < 6 tahun
dan wanita hamil.
• Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan,
mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal namun kurang
efektif.
• Permetrin 5% krim, kurang toksik dibanding gameksan, efektifitasnya
sama, aplikasi hanya sekali dioleskan dari kepala hingga ujung kaki dan
dibersihkan setelah 8–12 jam. Perawatan harus diulang setelah 7–14 hari.
Tidak dianjurkan pada bayi dibawah umur 2 bulan.
• Ivermektin 1% lotion dilaporkan seefektif permethrin krim 5% . Ivermectin
oral (diminum dengan makanan) 200 mikrogram / kg sebagai dua dosis 1
minggu terpisah.
• Gatal pasca pengobatan dapat diobati dengan aplikasi berulang dari
emolien. Antihistamin oral dan kortikosteroid topikal ringan mungkin juga
berguna.
scabies impetigenisata
 Pengobatan dengan pemberian antibiotik oral, yaitu:
• Amoksisilin 4 x 500 mg sehari
• Klindamisin 4 x 150 mg sehari. Pada infeksi berat dosis ditingkatkan
menjadi 4 x 300-450 mg sehari.
• Eritromisin 4 x 500 mg sehari. obat ini kurang efektif dibandingkan
klindamisin dan menyebabkan rasa tak enak dilambung.
• Sefalosporin. Generasi yang berkhasiat untuk kuman gram positif ialah
generasi I dan IV. Contohnya sefadroksil 2 x 500 mg atau 2 x 1000 mg
sehari.

 Pengobatan topikal sekaligus kompres terbuka dengan larutan permanganas


kalikus 1/5000 atau larutan rivanol 1 ‰ atau yodium povidon 7,5 % yang
dilarutkan 10 kali.
• Infeksi sekunder pada scabies terutama oleh Streptococcus pyogenes dan
Staphylococcus aureus. Infeksi sekunder ini disebut scabies impetigenisata.
Erupsi juga dapat berbentuk limfangitis, ektima, selulitis, folikulitis, dan
furunkel jika skabies dibiarkan tidak diobati selama beberapa minggu
sampai beberapa bulan. Dapat timbul infeksi sekunder sistemik yang
memperberat perjalanan penyakit seperti pneumonia piogenik, dan
septikemia.

• Pada anak-anak sering terjadi glomerulonefritis poststreptococcal akut,


demam rematik.
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat
pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi (antara lain hygiene yang
buruk), maka penyakit ini dapat diberantas dan memberi prognosis yang baik.
Gejala mungkin juga menetap sebagai akibat dari hal-hal
berikut:
• Kegagalan pengobatan
• Dermatitis alergi karena obat topikal yang digunakan
• Tungau rumah tangga biasa yang menyebabkan reaktivitas silang mendorong
gejala persisten
• Acarophobia - Parasitosis delusi; membutuhkan intervensi psikiatri
Atas waktu dan perhatiannya kami mengucapkan :

TERIMA Semoga yang disampaikan bermanfaat untuk kita semua

Anda mungkin juga menyukai