Anda di halaman 1dari 23

BAGIAN ILMU TELINGA, HIDUNG LAPORAN KASUS

DAN TENGGOROKAN (APRIL 2018)


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA

Deviasi Septum

Delfi A. Akihary
[2009-83-041]

Pembimbing
dr. Rodrigo Limmon, Sp. THT-KL, MARS

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2018
 Septum nasi merupakan struktur pada
hidung (nasi) yang terbentuk oleh tulang
dan tulang rawan sehingga membagi
cavum nasi menjadi dua bagian yaitu
cavum nasi kanan dan cavum nasi kiri.
 Selain itu septum berperan sebagai
penyangga hidung dan mempertahankan
bentuk hidung normal. Pada sepertiga
atas septum terdapat mukosa penghidu.

BAB I
PENDAHULUAN
 Deviasi septum merupakan kondisi
dimana terjadi peralihan posisi septum
nasi terhadap posisinya normalnya.
Termasuk didalamnya ialah bentuk
septum yang tidak lurus di tengah cavum
nasi.
Identitas
 Nama : An. Hasan Nanil Alatas
 Jenis Kelamin : Laki-Laki
 Umur : 10 tahun
 Pekerjaan :-
 Tempat tinggal: Rumah Tiga
 Agama : Islam
 Ruangan : Ruangan THT RSUD Dr. M.
Haulussy Ambon
 Tanggal Masuk : 09 April 2018

Laporan Kasus
Anamnesis
 Keluhan Utama : Hidung Tersumbat
 Anamnesis terpimpin
 Keluhan dialami 2 minggu yang lalu. Pasien
mengeluhkan sulit bernapas pada waktu
malam hari dan mengakibatkan pasien sulit
untuk tidur. Pasien selalu bernapas dengan
mulut ketika meerasa tersumbat pada
hidung. Flu (-) Batuk (-) Terkadang pasien
juga merasakan telinga penuh secara
bergantian.
 RPD : Tidak ada
 Riwayat keluarga : Tidak ada
 Riwayat kebiasaan : Tidak ada
 Riwayat pengobatan : Tidak ada
 Pemeriksaan tanda vital:
 Tekanan darah : 100/70 mmHg
 Nadi : 73x/m
 Pernapasan : 20 x/m
 Suhu : 37,5 0C
Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan telinga
 Otoskopi Dekstra Sinistra
 Daun telinga : Nyeri tekan tragus (-) Nyeri tekan tragus (-)
Nyeri tarik aurikula (-) Nyeri tarik aurikula (-)
 Liang telinga : Lapang, Lapang
Sekret (-) Sekret (-)
 Membran timpani : RC (+) Intak (+) RC (+) Intak (+)

Pemeriksaan pendengaran
 Rinne : + +
 Webber : tidak ada lateralisasi
 Swabach : sesuai pemeriksa sesuai
pemeriksa

Pemeriksaan hidung
 Inspeksi hidung Dekstra
Sinistra
 Rinoskopi anterior
 Cavum : Lapang, sekret (+) Lapang,
sekret (-)
 Conca : Hiperemis (+), udem (+) Hiperemis (-), udem (-)
 Septum: Deviasi (+) Deviasi (-)

 Rhinoskopi posterior: Tidak dilakukan


Pemeriksaan Tenggorokan
 Inspeksi
 Tonsil : T1/T1
 Dinding Faring : Hiperemis (-), granuler (-), post
nasal drip (-)
 Uvula : Deviasi (-)

 Laringoskopi indirek : tidak dilakukan

Pemeriksaan Leher :
 Kelenjar Limfe: tidak terdapat pembesaran
 Tyroid : tidak terdapat pembesaran
 Nodul : tidak terdapat pembesaran
RESUME
 Pasien Anak usia 10 tahun datang dengan
keluhan hidung tersumbat. Keluhan
dialami ± 2 minggu lalu, sulit bernapas
pada waktu malam hari dan pasien sulit
untuk tidur. Pada pemeriksaan Rhinoskopi
Anterior : Conca dextra Hiperemis (+),
udem (+) dan deviasi septum (+).
 Diagnosis : Deviasi Septum.
 Diagnosis banding : Rhinitis Alergi, Polip Hidung,
Sinusitis

Terapi :
 Cetrizine 1 x 10 mg
 Iliadin Spray

Anjuran :
 Konsumsi obat sesuai aturan
 Jauhi faktor yang meyebabkan pasien sulit bernapas
 Jangan mengkonsumsi minuman dingin
Deviasi septum ialah suatu keadaan
dimana terjadi peralihan posisi septum nasi
dari letaknya yang berada di garis medial
tubuh.

Defenisi
 Tipe I : benjolan unilateral yang belum mengganggu
aliran udara.
 Tipe II : benjolan unilateral yang sudah mengganggu aliran
udara, namun masih belum menunjukkan gejala klinis yang
bermakna.
 Tipe III : deviasi pada konka media (area osteomeatal dan
meatus media).
 Tipe IV : “S” septum (posterior ke sisi lain, dan anterior ke sisi
lainnya).
 Tipe V : tonjolan besar unilateral pada dasar septum,
sementara di sisi lain masih normal.
 Tipe VI : tipe V ditambah sulkus unilateral dari kaudal-ventral,
sehingga
 menunjukkan rongga yang asimetri.
 Tipe VII : kombinasi lebih dari satu tipe, yaitu tipe I-tipe VI.

Klasifikasi
 Penyebab yang paling sering adalah
trauma. Penyebab lainnya ialah
ketidakseimbangan pertumbuhan. Tulang
rawan septum nasi terus tumbuh,
meskipun batas superior dan inferior telah
menetap, juga karena perbedaan
pertumbuhan antara septum dan
palatum. Dengan demikian terjadilah
deviasi septum.

Etiologi
 Sumbatan pada salah satu atau kedua nostril
 Kongesti nasalis biasanya pada salah satu sisi
 Perdarahan hidung (epistaksis)
 Infeksi sinus (sinusitis)
 Kadang-kadang juga nyeri pada wajah, sakit
kepala, dan postnasal drip.
 Mengorok saat tidur (noisy breathing during
sleep), terutama pada bayi dan anak.

Gejala Klinis
 Deviasi septum biasanya sudah dapat
dilihat melalui inspeksi langsung pada
batang hidungnya. Dari pemeriksaan
rinoskopi anterior, dapat dilihat
penonjolan septum ke arah deviasi.

Diagnosis
 Bila gejala tidak ada atau keluhan sangat
ringan, tidak perlu dilakukan tindakan
koreksi septum.
 Analgesik, digunakan untuk mengurangi
rasa sakit.
 Dekongestan, digunakan untuk
mengurangi sekresi cairan hidung.
 Pembedahan : Septoplasty (Reposisi
Septum), SMR (Sub-Mucous Resection).
Penatalaksanaan
 Komplikasi post-operasi, diantaranya :
 Uncontrolled Bleeding.
 Septal Hematoma.
 Nasal Septal Perforation.
 Saddle Deformity.
 Recurrence of The Deviation.

Komplikasi
 Prognosis pada pasien deviasi septum
setelah menjalani operasi cukup baik dan
pasien dalam 10-20 hari dapat melakukan
aktivitas sebagaimana biasanya

Prognosis
 Gejala yang sering timbul biasanya adalah
sumbatan hidung yang unilateral atau juga
bilateral. Hal ini terjadi karena pada sisi
hidung yang mengalami deviasi terdapat
konka yang hipertrofi.
 Pasien justru datang dengan keluhan telinga
terkadang rasa penuh secara bergantian.
 Pada laporan kasus ini, didapatkan hasil
pemeriksaan fisik (rinoskopi anterior) berupa
deviasi bentuk huruf ‘c’

Diskusi
 Dalam manajemen kasus ini, untuk
memutuskan apakah diterapi konservatif
atau operatif adalah tergantung pada
derajat manifestasi klinis yang muncul.
Deviasi yang ringan biasanya biasanya
memunculkan manifestasi yang ringan
sehingga cukup diberikan terapi
simptomatis. Sementara deviasi yang
berat hingga menimbulkan komplikasi
sebaiknya segera dilakukan operasi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai