Anda di halaman 1dari 17

IMUNISASI DIFTERI

M ARIEF FADHILLAH AULIA


120100333
PENDAHULUAN

 Difteri adalah suatu penyakit infeksi akut yang sangat menular, disebabkan
oleh karena toksin dari bakteri dengan ditandai pembentukan
pseudomembran pada kulit dan atau mukosa dan penyebarannya
melalui udara. Penyebab penyakit ini adalah Corynebacterium diphteriae.
 Di Indonesia difteri banyak terdapat di daerah berpenduduk padat dan
keadaan lingkungan yang buruk dengan angka kematian yang cukup
tinggi, 50% penderita difteri meninggal dengan gagal jantung. Kejadian
luar biasa ini dapat terjadi terutama pada golongan umur rentan yaitu
bayi dan anak. Tapi akhir-akhir ini berkat adanya Program Pengembangan
Imunisasi (PPI) maka angka kesakitan dan kematian menurun secara
drastis. Imunisasi difteri diberikan pada bayi usia 2,4, dan 6 bulan. Dengan
adanya imunisasi, angka mortalitas dan morbiditas menurun dari 10-20%
menjadi 5-10%.
TINJAUAN PUSTAKA
IMUNISASI DIFTERI
Definisi

 Difteri adalah infeksi akut yang sangat menular disebabkan oleh


Corynebacterium diphteriae. Infeksi biasanya terdapat pada faring, laring,
hidung, dan kadang pada kulit, konjungtiva, genitalia dan telinga. Infeksi
ini menyebabkan gejala-gejala lokal dan sistemik karena eksotoksin yang
dikeluarkan oleh C.diphteriae.
 Difteri sangat menular melalui droplet dan penularan dapat terjadi tidak
hanya dari penderita saja, namun juga dari karier (pembawa) baik anak
maupun dewasa yang tampak sehat kepada orang-orang disekitarnya
Etiologi

 Corynebacterium diphtheriae merupakan kuman batang gram positif,


tidak bergerak, pleomorfik, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, mati
pada pemanasan 60ºC, tahan dalam keadaan beku dan kering.
 Secara umum dikenal 3 tipe utama Corynebacterium diphtheria yaitu tipe
gravis, intermedius dan mitis, namun dipandang dari antigenisitas
sebenarnya basil ini merupakan spesies yang bersifat heterogen dan
mempunyai banyak tipe serologik. Hal ini mungkin bisa menjelaskan
mengapa pada seorang pasien bisa terdapat kolonisasi lebih dari satu jenis
Corynebacterium diphtheriae
Epidemiologi
Tatalaksana

Adapun tujuan pengobatan yaitu:


 Invaktivasi toksin yang belum terikat
secepatnya
 Eliminasi C. difteriae untuk mencegah
penularan
 Mencegah & meminimalkan komplikasi
 Mengobati infeksi penyerta dan penyulit
Isolasi  AB, ADS, Steroid  Pengobatan Kontak
 Pengobatan Karier
KEMENKES RI melakukan
Adanya miskonsepsi respon terhadap
kelompok cepat KLBvaksinasi
dengan
langkah mengadakan
merupakan pemberian
salah satu faktor penyebab outbreak response
terjadinya KLB
diimmunization
Indonesia dan (ORI) pada 12
kelompok inikabupaten/kota
harus didekati secara di 3
Data
provinsi
WHOyang
khusus. menunjukkan
mengalami
Selain itu, petugas naiknya
KLB yakni
cakupan
terkadang Banten, Imunisasi
menundaJawa
DPT di Indonesia
imunisasi padaBarat,
meningkat
anak dan
yang DKI dari
Jakarta.
sakit 72% diVaksin
ringan tahun difteri
1986
KLB menjadi
ini terjadi
memerlukan 85%
karena
padaadanya
pemberian tahun 2013.
kesenjangan
imunisasi Namun
penguat angka
imunitas
untuk
tersebut
atau
tetap tidak merata
immunity
mempertahankan gap pada titerbeberapa
dikalangan provinsi
penduduk
antibodi pada seperti
suatu
ambang
Kalimantan
daerah,Tengah,
pencegahan. yaituSelain
adanya
Sulawesi
itu,kelompok
Tenggara,
kualitas yang
vaksindantidak
dapatPapua
mendapat yang
imunisasi
mempengaruhi hanya atau
mencapaistatus imunisasinya
efektivitasnya. 52,4-74%.
Hal ini sangat tidak
lengkap sehingga
ditentukan oleh rantaitidak terbentuk
dingin kekebalan
distribusi sehingga
terhadap infeksi
diperlukan bakteri difteri,
pemantauan sehingga dan
transportasi mudah
tertular difteri.
penyimpanannya
Imunisasi

 Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang


secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada
antigen yang serupa tidak terjadi penyakit.
 Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu
pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok
masyarakat ( populasi ) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari
dunia seperti pada imunisasi cacar
Imunisasi Difteri

 Vaksin difteri terbuat dari toksin kuman difteri yang telah dilemahkan (toksoid). Biasanya
diolah dan dikemas bersama dengan vaksin tetanus dalam bentuk vaksin DT, atau
dengan vaksin tetanus dan pertusis (DPT).
Vaksin Difteri

 Vaksin DTP merupakan jenis vaksin mati (inactivated) yang dihasilkan


dengan cara membiakkan bakteri atau virus dalam media pembiakan
(persemaian), kemudian dibuat tidak aktif dengan penambahan bahan
kimia (biasanya formalin). Vaksin mati tidak hidup dan tidak dapat tumbuh,
maka seluruh dosis antigen dimasukkan dalam suntikan.
 Vaksin mati dapat diberikan saat antibodi berada di dalam sirkulasi darah.
Vaksin mati selalu memerlukan dosis ganda. Pada umumnya pada dosis
pertama tidak menghasilkan imunitas protektif, tetapi hanya memacu atau
menyiapkan sistem imun. Respons imun protektif baru timbul setelah dosis
kedua atau ketiga.
 Vaksin DTP diberikan saat anak berumur 2, 4, dan 6 bulan. Setelah itu,
dapat dilanjutkan dengan pemberian vaksin kembali saat anak berumur
18 bulan, 5 tahun dan 12 tahun.
 Ulangan booster DTP selanjutnya diberikan satu tahun setelah DTP-3 yaitu
pada umur 18-24 bulan dan DTP-5 pada saat masuk sekolah umur 5 tahun
 Vaksin DTP disuntikan secara Intramuskular pada paha tengah luar dengan
dosis pemberian 0,5 ml
Kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) atau
Adverse events following immunization
(AEFI)
 Kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi baik berupa
efek vaksin ataupun efek samping, toksisitas, reaksi sensitivitas, efek
farmakologis atau kesalahan program, koinsidensi, reaksi suntikan,
atau hubungan kausal yang tidak dapat ditentukan. KIPI yang
dapat muncul pada imunisasi DTP terdiri atas :
 Kejang selain spasme infantile
 Penyakit demielinisasi SSP
 Tuli sensoris
 Eritema multiforme
 Ensefalopati spasme infantile (hanya pada DT)
 Neuritis brakial
 Anafilaksis
Kesimpulan
IMUNISASI DIFTERI
Kesimpulan

 Difteri merupakan penyakit yang harus di diagnosa dan diterapi dengan


segera. Penyebab penyakit difteri adalah bakteri Corynebacterium
diphteriae. Difteri memiliki beberapa tipe manifestasi klinis yaitu difteri
hidung, difteri tonsil faring, difteri laring dan difteri kulit, vulvovaginal,
konjungtiva dan telinga. Difteri bersifat infeksius yang ditularkan melalui
droplet dan memiliki angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Salah
satu pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan imunisasi difteri
yang diberikan saat usia 2,4,6, bulan, kemudian booster diberikan saat usia
18 bulan, 5 tahun dan 12 tahun. Vaksin DTP merupakan jenis vaksin mati
(inactivated) yang berisi antigen yang dilemahkan, sehingga seluruh dosis
antigen dimasukkan dalam suntikan. Vaksin DTP dapat diberikan saat
antibodi berada di dalam sirkulasi darah. Dosis pemberian vaksin DTP yaitu
0,5 ml sebanyak 3 dosis disuntikkan secara intramuskular pada paha
tengah luar.
TERIMA KASIH
IMUNISASI DIFTERI

Anda mungkin juga menyukai