Syndrome
Nabila 11.115
Definisi
• Penyakit sistem saraf perifer yang ditandai dengan
serangan mendadak paralisis atau paresis otot.
• suatu proses autoimun poliradikulo neuropati yang akut,
progresif, dan biasanya fatal yang menyerang sistem
saraf perifer, dicetuskan oleh proses infeksi akut
(pernapasan dan GIT)
• Terjadi akibat serangan autoimun pada mielin yang
membungkus saraf perifer (demielinasi)
• terjadinya suatu masalah pada sistem saraf
yang menyebabkan kelemahan otot, kehilangan
refleks, dan kebas pada lengan, tungkai, wajah,
dan bagian tubuh lain. Kasus ini terjadi secara
akut dan berhubungan dengan proses auto
imun.
Sinonim
• Polineuritis akut pasca infeksi
• Polineuritis akut toksik
• Polineuritis febril
• Poliradikulopati,dan
• Acute ascending paralysis.
• French polio
Epidemiologi
• Penyakit ini terjadi di seluruh dunia,kejadiannya pada semua
musim.Dowling dkk mendapatkan frekuensi tersering pada akhir
musim panas dan musim gugur dimana terjadi peningkatan kasus
influenza.
• Pada penelitian Zhao Baoxun hampir terjadi pada setiap saat dari
setiap bulan dalam setahun.
• Pada 75% kasus GBS, 1-3 minggu sebelumnya didahului oleh
adanya proses infeksi akut biasanya berasal dari saluran
pernapasan atau gastrointesinal. Yang paling sering ialah Epstein-
Barr Virus (EBV), Campylobacter jejuni, cytomegalovirus (CMV) dan
Mycoplasma pneumoniae.
Etiologi
• BELUM DIKETAHUI SECARA PASTI
• Sekitar 75% dari seluruh kasus onsetnya didahului oleh
infeksi virus atau bakteri.
• Infeksi virus : CMV, EBV, flu, common cold, hepatitis
• Infeksi bakteri : Campilobacter jejuni, Mycoplasma
pneumonie
• Pembedahan
• Penyakit sistemik : SLE, keganasan, tiroiditis
• Pasca vasinasi : Vaksinasi influenza, rabies.
• Mekanisme autoimun !
Px fisik
• Kelainan Motorik
• Manifestasi utama adalah kelemahan otot-otot tubuh
yang berkembang secara simetris sepanjang waktu
dalam beberapa hari atau minggu. Umumnya kelemahan
dimulai dari tungkai bawah lalu meluas ke tubuh, otot-
otot interkostal, leher dan otot-otot wajah atau kranial (N.
Cranial VII,VI,III,V,IX,X) yang terkena belakangan
(Paralisis Ascendens).
• Kelemahan otot terjadi sangat cepat sehingga atrofi otot
tidak terjadi. Tonus otot menurun, refleks-refleks tendon
menurun atau hilang, tidak terdapat refleks patologik.
• Terserangnya saraf kranial dengan adanya
paralisi pada okular, wajah, otot orofaring,
kesukaran berbicara, mengunyah dan menelan
• Gejala biasanya diawali dengan kebas pada jari-
jari tangan dan kaki terjadi kelemahan otot di
kaki dan lengan ± 4 minggu, kebanyakan
pasien membaik.
• Kelainan Sensorik
• Adanya parestesi (kesemutan) pada bagian distal anggota tubuh
bawah yang dapat terjadi bersamaan dengan kelemahan
otot. Sebagian besar kesemutan ini didapat kaki dan kemudian baru
tangan.
• Kadang-kadang terdapat penurunan rasa raba dan nyeri pada
distribusi ”glove”dan ”stocking”.
• Rasa nyeri biasanya jarang dan muncul belakangan.
• Kelainan Otonom
• Gejala yang timbul mempunyai bentuk sesuai dengan saraf otonom yang rusak,
dapat berupa penurunan fungsi simpatis atau parasimpatis atau menunjukan salah
satu fungsi yang berlebihan.
• Sinus takhikardia bahkan sampai terjadi aritmia jantung.
• Postural Hipotensi
• Penurunan tekanan sistolik hilangnya sistem simpatik pada refleks pembuluh
darah atau gangguan sistem aferen dari arteriol baroreseptor.
• Gejala Hipertensi. Diduga ada kaitannya dengan peningkatan aktivitas renin –
angiostensin.
• Inkontinensia urine / Retensio urine.
• Hilangnya fungsi kelenjar keringat
• Flushing pada wajah ( kemerahan ).
Px Penunjang
• Cairan serebrospinal (CSS)
disosiasi sitoalbuminik ↑ jumlah protein (100-1000 mg/dL) tanpa disertai adanya
pleositosis (peningkatan hitung sel). Puncaknya pada 4-6 minggu setelah onset. Derajat
penyakit tidak berhubungan dengan naiknya protein dalam CSS.
• gagal nafas
• pneumonia aspirasi
• kontraktur sendi
• deep vein thrombosis
Treatment