Anda di halaman 1dari 47

UJI KUANTITATIF OBAT

GOLONGAN ALKALOID
OLEH :
NUR ALIM,M.Si.,Apt
ALKALOID
• Alkaloid merupakan senyawa organik yang dihasilkan
oleh sejumlah tanaman umumnya bersifat basa karena
mengandung paling sedikit satu atom nitrogen dan
sebagian besar atom nitrogen ini merupakan bagian
dari cincin heterosiklik.
• Alkaloida tidak mempunyai tatanama sistematik,
oleh karena itu, suatu alkaloid dinyatakan dengan
nama trivial, misalnya kuinin, morfin dan strikhinin.
Hampir semua nama trivial ini berakhiran –in yang
mencirikan alkaloida
Penggolongan Alkaloida
• Alkaloid mempunyai struktur dasar yang banyak
jenisnya, oleh karena itu klasifikasi alkaloid dapat
dilakukan berdasarkan beberapa cara yaitu :
1. Berdasarkan jenis cincin heterosiklik nitrogen
yang merupakan bagian dari struktur molekul.
Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloida
dapat dibedakan atas beberapa jenis; seperti
alkaloida pirolidin, alkaloida piperidin, alkaloida
isokuinolin, alkaloida kuinolin, dan alkaloida
indol.
Penggolongan Alkaloida
2. Berdasarkan jenis tumbuhan dari mana alkaloida ditemukan, cara ini
digunakan untuk menyatakan jenis alkaloida yang pertama tama
ditemukan pada suatu jenis tumbuhan. Berdasarkan cara ini, alkaloida
dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu: alkaloida tembakau,
alkaloida amaryllidaceae, alkaloida erythrine dan sebagainya. Cara ini
mempunyai kelemahan yaitu: beberapa alkaloida yang berasal dari
tumbuhan tertentu dapat mempunyai struktur yang berbeda-beda
3. Berdasarkan asal-usul biogenetik, cara ini sangat berguna untuk
menjelaskan hubungan antara berbagai alkaloida yang diklasifikasikan
berdasarkan berbagai jenis cincin heterosiklik. Dari biosintesa alkaloida,
menunjukkan bahwa alkaloida hanya berasal dari beberapa asam amino
tertentu saja. Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloida dapat
dibedakan atas tiga jenis utama yaitu :
1) Alkaloida alisiklik yang berasal dari asam-asam amino ornitin dan
lisin;
2) Alkaloida aromatik jenis fenilalanin yang berasal dari fenilalanin,
tirosin dan 3,4-dihidrofenilalanin;
3) Alkaloida aromatik jenis indol yang berasal dari triptofan.
Alkaloid berdasarkan struktur cincin
atau struktur intinya yang khas
a) Alkaloid Piridin-Piperidin: nikotin, lobelin, konini,
trigonelin,nikotin
b) Alkaloid Tropan : hiosiamin, atropin, kokain
c) Alkaloid Quinolin : kuinin dan kuinidin
d) Alkaloid Isoquinolin : papaverin dan narsein
e) Alkaloid Indol : ergometrin dan vincristin,viblastin
f) Alkaloid Imidazol : pilokarpin
g) Alkaloid steroid : solanidin dan konesin
h) Basa Purin : xantin(kafein,teobromin,teofilin)
i) Alkaloid Amin : efedrin dan kolkisin
Struktur Inti
• Alkaloid Piridin-Piperidin

• Alkaloid Tropan

• Alkaloid Quinolin
Struktur Inti
Alkaloid Isoquinolin

Alkaloid Indol

Alkaloid Imidazol
Struktur inti
• Alkaloid steroid

• Alkaloid Purin

• Alkaloid Amin
Analisis Alkaloid
• Kadar alkaloid dalam tanaman sangat bervariasi
tergantung pada cara penanaman dan waktu
panen
• Kebanyakan metode dalam Farmakope
merupakan metode untuk penetapan kadar
alkaloid total
• Pada kenyataannya, masing-masing alkaloid
mempunyai aktivitas farmakologi berbeda.
• Oleh karena itu, analisis masing-masing alkaloid
perlu diketahui
Alkaloid Kina
• Kina diperoleh dari kulit akar, kulit batang dan
kulit cabang tanaman Cinchona succirubra,
Cinchona ledgeriana dan Cinchona calisaya.
• Alkaloid utama kulit kina adalah kinin, kinidin,
sinkonin, dan sinkonidin dengan kadar bervariasi
tergantung spesies, umur dan tempat tumbuh
dengan kadar kinin 5-15% dan kadar kinidin 0-
0,5%, sinkonin 0,1-1% dan sinkonidin 0,1-1%.
• Disamping itu, masih terdapat sekitar 35 alkaloid
lain dalam jumlah kecil
Alkaloid Kina
• Khasiat masing-masing alkaloid utama juga
berbeda
• Keempat alkaloid ini mempunyai hubungan
struktur yang sangat dekat dan mempunyai 4
atom C asimetris. Secara teoritis ada 16
kemungkinan isomer, tetapi dalam alam hanya
ada empat
• Kinin merupakan stereoisomer dari kinidin,
sedangkan sinkonin merupakan stereoisomer
sinkonidin
Struktur Kinin dan Kinidin
Struktur Sinkonin dan Sinkonidin
Contoh Penggambaran Stereoisomer
Pada bidang optik
Alkaloid Kina
• Di dalam kulit kina, alkaloid tersebut terdapat sebagai garam
dengan asam organik dan sebagai kompleks dengan penyamak
• Oleh karena itu,sebelum dilakukan penyarian dengan pelarut
organik, terlebih dahulu perlu diadakan pemecahan ikatan
kompleks itu dengan penambahan basa atau asam
1. Pemecahan dalam suasana basa
a. Dengan kalsium hidroksida kemudian
disari dengan benzena:amil alkohol
(3:1)
b. Dengan amonia dan disari dengan
eter:kloroform(2:1)
c. Dengan kalsium hidroksida dan natrium hidroksida dan
disari dengan petroleum benzen secara kontinyu
dengan sokhlet
Lanjutan...
2. Pemecahan dalam suasana asam
a. Dengan asam klorida kemudian
dibasakan dengan amonia dan disari dengan
eter:kloroform (3:1)
b. Dengan asam klorida kemudian
dibasakan dengan natrium hidroksida
c. Dengan asam format kemudian
dibasakan dengan natrium hidroksida
Metode penetapan kadar alkaloid Kina
1. Metode penetapan kadar total
- Metode ini merupakan cara pendekatan untuk mengetahui
kadar alkaloid jumlah yang dihitung sebagai kinin dalam
kulit kina.
- Semua alkaloid akan masuk ke dalam penyari pelarut
organik setelah sebelumnya alakaloid ini dipecah ikatannya
dengan asam.
- Jumlah penyari yang ditambahkan harus terukur secara
kuantitatif dan cara yang paling mudah adalah dengan
menimbang berat botol sebelum dan sesudah penambahan
penyari
- Penambahan tragakan dimaksudkan untuk menghilangkan
kemungkinan terbentuknya emulsi
Lanjutan.........
- Ambil sebanyak mungkin penyari dan timbang
- Selisih berat pada penambahan penyari dengan
berat penyari yang diperoleh kembali akan masuk
dalam perhitungan
- Alkaloid ini sukar larut dalam air karenanya perlu
dilarutkan dalam alkohol 50% dan dititrasi
dengan asam sampai titik akhir yang belum
mencapai titik ekuivalen
- Setelah ditambah air, warna titik akhir akan hilang
- Hal ini disebabkan derajat disosiasi alkaloid dalam
alkohol 50% lebih rendah daripada dalam air
Cara kerja penetapan kadar alkaloid total
• Lebih kurang 2,5 gram serbuk (40/60) yang ditimbang seksama
dicampur dengan 1 mL asam format dan 18 mL air
• Panaskan diatas penangas air dalam botol 200 mL selama 30 menit
dan didinginkan
• Campuran ditambahkan 80 gram eter, 40 mL kloroform dan 10 mL
natrium hidroksida 30% lalu dikocok selama 30 menit
• Campuran ditambahkan 4 gram serbuk tragakan dan dikocok kuat-
kuat
• Filtrat disaring sebanyak mungkin ke dalam labu yang telah ditara
lalu ditimbang
• Campuran disuling hingga sisa beberapa mL dan dipanaskan secara
perlahan-lahan dengan pertolongan aliran udara hingga pelarut
habis
• Sisa dilarutkan dalam 10 mL etanol netral dan ditambahkan 10 mL
air bebas karbon dioksida
• Larutan dititrasi dengan asam klorida 0,1 N menggunakan indikator
2 atau 3 tetes merah metil hingga warna menjadi merah
Lanjutan cara kerja......
• Larutan diencerkan dengan 50 mL air bebas
karbon dioksida dan dititrasi hingga warna
kuning tepat berubah.
Tiap mL asam klorida 0,1 N setara dengan
32,41 mg alkaloid jumlah, dihitung sebagai kinin
Metode penetapan kadar alkaloid Kina
2.Metode penetapan kadar masing-masing alkaloid
penyusunnya
Kebanyakan metode analisis menetapkan alkaloid jumlah karena struktur
masing-masing alkaloid sangat mirip. Untuk menetapkan kadar masing-masing
alkaloid utama perlu tahap pemisahan, baik dengan pengendapan maupun dengan
kromatografi. Metode kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi kinerja tinggi
(KCKT) merupakan metode pilihan. Walaupun KLT daya pisahnya lebih rendah
daripada KCKT, tetapi KLT merupakan metode yang sangat sederhana dan tidak
memerlukan waktu lama.
a. Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
1. Alkaloid utama dapat dipisahkan secara KLT (analisis kualitatif) dengan
menggunakan berbagai macam eluen, misalnya campuran kloroform-dietilenamin
(9:1) atau kloroform-etilasetat-isopropanol-dietilamin (20:70:4:6), sedang sebagai
fase diamnya digunakan silika gel. Untuk menaikkan daya pisah dari suatu sistem
dapat dicoba dengan pengeringan antara selama 10 menit dengan mengalirkan
udara dingin dan kemudian dielusi lagi
Lanjutan......
Cara lain adalah dengan menggunakan sistem dua
dimensi dengan menggunakan dua macam eluen yang
berbeda, misalnya : eluen I campuran sikloheksanol-
sikloheksan-n heksan (1:1:1) ditambah dietilamin 5% dan
eluen II campuran kloroform-metanol-dietilamin
(80:20:0,2)
Deteksi bercak dapat dilakukan dengan menyemprotkan
larutan asam sulfat 10% dalam etanol atau diuapi dengan
asam format, kemudian dilihat di bawah lampu ultraviolet
dengan panjang gelombang 365 nm sehingga akan
terlihat berflouresensi
2.Analisis kuantitatif (dilakukan dengan KLT-Densitometri)
• Cara ini dianggap sebagai cara analisis KININ :
- lempeng silika gel GF254 dipanaskan pada suhu
105oC selama 30 menit.
- sebanyak 10 µL sari kasar dan larutan baku
ditotolkan 2 cm dari tepi bawah lempeng
- pelarut dibiarkan menguap
- ke dalam bejana pengembang dilapisi kertas
saring dan diisi eluen, dibiarkan selama 30 menit
- lempeng yang berisi sampel dan baku
dimasukkan ke dalam bejana dan eluen dibiarkan naik
- lempeng dikeringkan pada suhu 100C selama 10
menit untuk menghilangkan aminanya
- lempeng disemprot dengan asam sulfat-etanol
(1:9) dan bercak dilihat pada sinar ultraviolet 365
b. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
c. Spektrofotometri UV
3. Modifikasi metode Comelin
Pada metode ini, serbuk kulit kina dibasakan
dengan kalsium hidroksida dan natrium hidroksida
kemudian disari secara kontinyu dengan soxhlet dengan
pelarut benzen.
Kinin dan sinkonidin diukur dalam bentuk garam
tartratnya dengan polarimeter, setelah sebelumnya
diendapkan sebagai garam tartrat. Kinidin dan sinkonin
yang terlarut diendapkan secara bertahap berdasarkan
kelarutannya. Kelarutan sinkonin dalam eter 1:500,
sedangkan kelarutan kinidin 1:56
Fakta ini digunakan sebagai dasar pengendapan
sinkonin terlebih dahulu. Sementara itu, kinidin
diendapkan sebagai kinidin hidroiodat. Analisis dengan
metode ini memerlukan waktu 3-4 hari.
Alkaloid Xantin
• Xantin merupakan senyawa organik
heterosiklik yang dibangun dari gabungan
cincin pirimidindion dan imidazol
• Xantin merupakan turunan alamiah purina,
yang diisolasi dari bahan tanaman
• Senyawa xantin yang banyak digunakan adalah
kafein, teobromin dan teofilin
Beberapa senyawa xantin dengan
nama kimianya serta berat molekulnya
Nama Nama KImia Berat molekul

Kafein 1,3,7-trimetil xantin 194,19

Teofilin 1,3-dimetil xantin 180,17

Teobromin 3,7-dimetil xantin 180,17

Gambar 2. Teofilin
Sifat kimia xantin
• Senyawa xantin merupakan basa lemah dengan pKb antara
13 sampai 14
• Teofilin dan teobromin merupakan asam lemah dengan pKa
8,6 dan 9,9
• Kafein tidak bersifat asam lemah karena tidak mempunyai
atom hidrogen yang dapat dilepaskan, sehingga kafein
merupakan basa yang sangat lemah dan garamnya mudah
terurai oleh air.
• Berdasarkan sifat tersebut , kafein dapat disari
menggunakan kloroform dari larutan asam atau basa (lebih
mudah dari larutan basa)
• Tetapi, kafein mudah terurai oleh basa kuat, maka larutan
dalam basa harus segera disari
METODE PENETAPAN KADAR ALKALOID
TURUNAN XANTIN
1. Metode Argentometri
2. Metode Iodometri
3. Metode Titrasi Bebas Air (TBA)
4. Metode Spektrofotometri
5. Metode Gravimetri
6. Metode Kromatografi
1. Metode Argentometri
Teobromin dan teofilin dengan perak nitrat
membentuk endapan dalam suasana basa.
Sementara itu, kafein tidak bereaksi dengan perak
nitrat karena tidak mempunyai atom hidrogen yang
dapat dilepas.
Reaksi antara teofilin dan teobromin
dengan perak nitrat
Cara kerja penetapan kadar teobromin
• Sejumlah sampel yang setara dengan kurang lebih 500 mg
teobromin ditimbang secara seksama lalu ditambah 125 mL air
• Larutan ditambah 1 mL larutan merah fenol 0,1% dalam alkohol dan
4mL asam sulfat 1 N( jika perlu larutan ditambah asam lagi sampai
larutan sedikit asam, yang dapat dilihat larutannya berwarna kuning
• Larutan dididihkan selama 10 sampai 15 menit lalu didinginkan
sampai lebih kurang 40oC
• Larutan ditambah natrium hidroksida 1 N sampai berwarna merah
kebiruan dan kemudian ditambah tetes demi tetes asam sulfat 0,1N
sampai berwarna kuning
• Larutan selanjutnya ditambah 40 mL perak nitrat 0,1 N
• Dicampur, lalu dititrasi dengan natrium hidroksida 0,1 N sampai
berwarna merah kebiruan
Tiap mL natrium hidroksida 0,1 N setara dengan 18,02 teobromin
Variasi lain metode argentometri Volhard
dalam penetapan kadar teobromin
• Dengan menyaring endapan garam perak yang
terjadi, dan kelebihan perak nitrat dititrasi
dengan amonium tiosianat
• Garam natriumnya biasa dicampur dengan
natrium asetat, natrium glisinat atau natrium
salisilat (sediaan teofilin kerap kali ditetapkan
dengan cara ini).
• Reaksi antara teobromin dengan perekasi Volhard
(Dengan prinsip yang sama,reaksinya sama antara
teofilin dengan pereaksi metode volhard)
Reaksi antara teofilin dengan metode
Volhard
Cara penetapan kadar teofilin dengan
metode Volhard
• Sebanyak kurang lebih 250 mg teofilin yang ditimbang seksama,
ditambah 50 mL air dan 8 mL amonia encer
• Larutan dihangatkan perlahan-lahan di atas penangas air sehingga
larut sempurna
• Lautan selanjutnya ditambah 20 mL perak nitrat 0,1N dan dicampur
• Pemanasan diatas penangas air diulangi selama 15 menit lagi
• Larutan didinginkan lalu disaring melalui krus penyaring dengan
penghisapan
• Larutan dicuci 3 kali, tiap kali dengan 10 mL air
• Kumpulkan filtrat dan air cucian, diasamkan dengan dengan asam
nitrat pekat
• Larutan selanjutnya ditambah 2 mL besi (III) amonium sulfat 8% dan
dititrasi dengan amonium tiosianat 0,1N
Tiap mL perak nitrat 0,1N setara dengan 18,02 mg teofilin
Prinsip kerja/reaksi yang terjadi pada
penetapan kadar teofilin dengan metode
Volhard
- Dalam larutan amonia panas garam teofilin dengan perak
nitrat membentuk endapan berbentuk kristal.
- Endapan dikumpulkan dan dicuci dengan air untuk
menghilangkan perak nitrat yang melekat.
- Kelebihan perak nitrat dititrasi dengan amonium tiosianat
- Dalam suasana asam, amonium tiosianat bereaksi dengan
perak nitrat membentuk endapan putih perak tiosianat
- Setelah semua perak nitrat terendapkan, kelebihan
amonium tiosianat akan bereaksi dengan besi (III) amonium
sulfat membentuk besi (III) tiosianat yang berwarna merah
- Adanya salisilat harus dihilangkan karena mengganggu titik
akhir titrasi. Adanya asam asetat juga mengganggu,
karenanya asam asetat diuapkan dengan asam sulfat (bila
garam natriumnya dicampur dengan natrium asetat atau
natrium salisilat)
2. Metode Iodometri
Prinsip kerja/reaksi :
- dalam suasana asam, bila kafein
direaksikan dengan iod akan membentuk
endapan periodida, C8H10O2N4.HI.I4 .
(Teobromin bereaksi serupa)
- Jumlah iod yang bereaksi bervariasi,
tergantung dari kelebihan iod selama titrasi
Cara penetapan kadar kafein
menggunakan metode iodometri
• Sejumlah sampel yang setara dengan kurang lebih 500 mg
kafein ditimbang seksama lalu dilarutkan dalam air
secukupnya
• Larutan diencerkan dengan air sampai 100mL, jika perlu
disaring
• Sebanyak 5 mL larutan dipipet dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer bertutup kaca, ditambah 10 mL iodat iodida
0,1N dan 5 mL asam klorida 3,5%, lalu ditutup segera dan
digojog
• Larutan didiamkan selama 20 menit (terlindung dari
cahaya) pada suhu 20oC
• Larutan dipindahkan ke dalam tabung sentrifugal dan
dipusingkan selama 3 sampai 5 menit dengan putaran 2000
putaran per menit
Lanjutan penetapan kadar kafein.....

• Pada 10 mL larutan yang jernih dititrasi


dengan natrium tiosianat 0,1N menggunakan
indikator larutan kanji
• Kadar kafein ditetapkan dengan kurva antara
volume natrium tiosianat terhadap satu seri
larutan baku kafein
• Kondisi pereaksi yang sama harus digunakan
terhadap sampel dan baku
(benzoat dan salisilat tidak mengganggu)
3. Metode Titrasi Bebas Air (TBA)
• Kafein, teobromin, dan teofolin dapat dititrasi
sebagai basa pada pelarut bebas air
• Hasil metode TBA terhadap turunan purin
tidak memuaskan
• Titik akhir pada kafein sukar diamati,
meskipun demikian titrasi secara
potensiometri dengan menggunakan pelarut
asam asetat glasial dan anhidrida asam asetat
didapatkan hasil yang memuaskan
Cara penetapan kadar kafein dengan
metode TBA
• Sejumlah sampel yang setara dengan kurang
lebih 200mg ditimbang seksama, dilarutkan
dalam 10 mL anhidrida asam asetat dan 20 mL
benzen
• Larutan dititrsi secara potensiometri dengan
asam perklorat 0,1 N
Tiap mL asam perklorat 0,1 N setara
dengan 19,42 mg kafein
Reaksi penetapan kadar kafein dengan metode TBA
menggunakan larutan baku asam perklorat
Aminofilin merupakan campuran
teofilin dan etilendiamin
• Aminofilin mengandung tidak kurang dari
78,0% dan tidak lebih dari 83,5% teofilin; tidak
kurang dari 12,8% dan tidak lebih dari 14,1%
etilendiamin, masing-masing dihitung
terhadap zat anhidrat
• Pada aminofilin perlu ditetapkan kadar
keduanya
Cara penetapan kadar etilendiamin
• Sejumlah sampel yang setara dengan lebih
kurang 500 mg etilen diamin yang ditimbang
seksama
• Dilarutkan dalam 30 mL air
• Larutan dititrasi dengan asam klorida 0,1 N
menggunakan indikator brom fenol
Tiap mL asam klorida 0,1 N setara dengan
3,005 mg etilendiamin
Rumus struktur amonifilin
4. Metode Spektrofotometri
• Turunan xantin menyerap kuat terhadap
cahaya ultraviolet pada pH 6
• Kafein, teobromin dan teofilin menunjukkan
absorbansi maksimum pada panjang
gelombang antara 272 samapi 273 nm
• Perubahan pH larutan hanya sedikit merubah
kedudukan maksimumnya
Cara penetapan kadar teofilin dalam aminofilin
menggunakan metode spketrofotometri
• Sejumlah sampel yang setara dengan lebih kurang 500
mg teofilin ditimbang seksama, dilarutkan dalam air
dan diencerkan dengan air sampai 1 liter
• Larutan disaring dan sebanyak 50,0 mL filtrat pertama
dibuang
• Pada 10,0 mL filtrat ditambah 5,0 mL asam klorida
pekat dan diencerkan dengan air sampai 500 mL
• Larutan diukur absorbansinya pada 270 nm terhadap
blanko pelarut
• Kurva baku dibuat dengan larutan teofilin yang telah
diketahui kadarnya
5. Metode Gravimetri
• Teofiin dalam aminofilin dalam larutan asam dapat disari
dengan pelarut yang mengandung 3 volume kloroform dan
1 volume isopropanol
• Walaupun kelarutan teofilin dalam masing-masing pelarut
rendah, tetapi campuran tersebut menaikkan kelarutannya
sangat besar
• Teofilin juga mengendap dengan perak amonium klorida;
kelebihan perak ditetapkan dengan mengasamkan filtrat
dan ditimbang sebagai perak klorida
• Teobromin dapat disari dan ditimbang atau diendapkan
dengan asam silikotungstat
• Kafein mengendap dengan asam silikotungstat; setelah
endapan dibakar, dapat ditimbang untuk menetapkan
kadar kafeinnya

Anda mungkin juga menyukai