Anda di halaman 1dari 45

Tugas Ujian Komprehensif

Katharina L Prastiwi G4A015007


Rosellina A Sugiarta G4A015008
Anatomi dan Fisiologi Nervus
Cranialis
N I - Olfaktorius
Jaras olfaktorius terdiri dari epithelium olfaktorius hidung,
fila olfaktoria (N. I), bulbus olfaktorius, traktus olfaktorius,
dan area kortikal.
• Area di atas rongga hidung, menutupi bagian superior konka nasalis dan
Epithelium septum nasale
• Mengandung sel reseptor, sel penunjang, dan kelenjar (glandula
bowmantempat diuraikannya zat aromatic).

Olfaktorius • Sel-sel olfaktorius (sensorik) adalah sel bipolar yang prosesus perifernya
berakhir di rambut olfaktorius di epithelium olfaktorius

• Berbentuk oval dan memiliki beberapa tipe sel saraf.

Bulbus • Tipe sel yang terbesar adalah sel mitral. Serabut saraf yang datang akan
bersinaps dengan dendrite sel mitral membentuk daerah bulat yang
dinamakan glomeruli sinaptik.

Olfaktorius • Sel-sel saraf lain yang lebih kecil adalah sel rumbai (tufted cell), dan sel
granular yang akan bersinaps dengan sel mitral. Bulbus olfaktorius juga
akan menerima akson dari kontralateral melalui traktus olfaktorius

• Pita substansia alba yang sempit berjalan dari ujung posterior bulbus
olfaktorius. Ketika sampai ke substansia perforate anterior, traktus ini
terbagi dua menjadi stria olfaktoria medialis dan lateralis.

Traktus • Area periamygdalidea dan area prefiriformis dikenal sebagai cortex


olfaktorius primus yang akan mengirimkan serabut saraf ke berbagai pusat
dalam otak guna membentuk hubungan dengan respon emosi dan otonom

Olfaktorius terhadap sensai menghidu.


• Area entorhinal (area 28) gyrus parahipocampi yang menerima banyak
hubungan dari kortex olfaktorius primus disebut cortex olfaktorius
sekundus. Jaras aferen olfaktorik hanya memiliki dua neuron dan mencapai
korteks cerebri tanpa bersinaps di salah satu nuclei talamorum
N II - Optikus
• Retina merupakan reseptor informasi visual. Memiliki sel-sel reseptor sensorik, dan berbagai tipe neuron
jaras visual.
• Lapisan seluler terdalam mengandung fotoreseptor, dan lapisan superficial mengandung neuron bipolar dan
sel-sel ganglion.
• Cahaya akan mencetuskan reaksi fotokimiawi di sel batang dan kerucut saat jatuh tepat diretina. Yang
Retina merangsang pembentukan impuls yang akan dihantarkan ke korteks visual.
• Fovea adalah lokasi penglihatan tertajam di retina dan hanya mengandung sel kerucut

• Sel-sel bipolar retina menerima input ke dendritnya dan menghantarkan impuls kea rah sentral lapisan sel
ganglion.
• Akson panjang sel ganglion diskus nervi optika  nervus optikus. Separuh serabut ini menyilang di
khiasma optikum. Serabut dari separuh bagian temporal masing-masing retina tidak menyilang sedang
N. optikus, serabut dari separuh bagian nasal retina menyilang ke sisi kontralateral.
khiasma optikus, • Sehingga posterior khiasma optikum serabut dari separuh bagian temporal ipsilateral dan separuh bagian
dan traktus nasal retina kontralateral bergabung di traktus optikus
optikus

• Traktus optikus berakhir di korpus genikulatum laterale, membentuk sinaps dengan neuron genikulatum
lateralekeluar dan berjalan di bagian paling belakang kapsula interna  mengelilingi kornu temporal dan
Korpus genikulatum oksipitale ventrikel laterale (radius optikus).
laterale, radiasio • Serabut radius optikus akan berakhir di korteks visual (area broadman 17).
optika, dan korteks
visual
Somatotropik Jaras Visual
• Objek yang terletak dilapang pandang kiri  gambaran
pada separuh bagian nasal retina kiri dan separuh
bagian temporal retina kanan. Serabut yang berasal dari
bagian nasal retina kiri menyilang di sisi kiri khiasma
optikum dan bergabung dengan serabut bagian temporal
retina kanan di traktus optikus kanan.
• Melewati relay di korpus genikulatum laterale kanan dan
melalui radiasio optika kanan ke korteks visual kanan.
Dengan demikian korteks visual kanan akan
mempersepsikan objek di lapang pandang kiri
N III - Okulomotorius
• Nervus okulomotirus memiliki dua nucleus motorik nucleus motorik utama & nucleus parasimpatis
asesorius. Area nucleus motorik utama terletak di substansia grisea periakueduktus mesensefali, ventral
dari akueductus, dan setinggi kolikulus superior.
• Serabut saraf ke anterior melalui nucleus ruber  permukaan anterior mesencephalon di dalam fossa
interpeduncularis. Nucleus motorik utama menerima serabut kortikonuklearis dari kedua hemisfer
serebri. Nucleus ini menerima serabut tektobulbaris dari kolikulus superior, sedangkan informasi dari
korteks visual diterima melalui jaras ini. Nucleus ini juga menerima serabut dari fasciculus longitudinalis
medialis yang menghubungkan dengan nucleus nervi cranialis IV, V, dan VI.
• Nucleus parasimpatis asesorius/Edinger-Westpal terletak di posterior nucleus okulomotorius utama.
Akson sel-sel saraf+serabut okulomotorius  ke orbita, bersinaps di dalam ganglion siliaris, dan serabut
pascaganglionik berjalan melalui nervus siliaris brevis  M. constrictor papillae iridis dan Mm. cilliares.
• Nucleus parasimpatis asesorius menerima serabut kortikonuklearis untuk reflex akomodasi, serta
serabut pretectalis untuk reflex cahaya langsung dan konsensual.
• N. III muncul dari fascies anterior mesensefali. Berjalan diantara arteri cerebri posterior dan arteri
superior cerebeli. Nervus ini berlanjut ke fossa crania media di dinding lateral sinus cavernosus. Disini,
nervus ini akan bercabang menjadi ramus superior dan inferior, masuk ke cavitas orbitalis melalui fissure
orbitalis superior. Nervus ini mempersarafi otot ekstrinsik mata yaitu m. levator palpebrae superioris, m.
rectus superior, m. rectus media, m. rectus inferior, dan m. obliquus inferior. Melalui cabangnya yang
menuju ganglion ciliare dan nn. Ciliare brevis mempersarafi serabut saraf parasimpatis ke otot intrinsic
yaitu m. constrictor pupillae iridis dan m. ciliaris
N IV - Trokhlearis
• Nucleus troklearis terletak pada anterior substansia grisea yang mengelilingi
aqueductus cerebri di mesensefalon, inferior nucleus okulomotorius setinggi
colliculus inferior.
• Serabut radikulernya berjalan disekitar substansia grisea sentralis dan menyilang ke
sisi kontralateral di dalam velum medulare superius. Nervus troklearis keluar dari
permukaan batang otak (satu-satunya nervus yang keluar dari batang otak), muncul
dari tektum mesensefali menuju sisterna quadrigeminalis  ke bagian lateral
mengitari pedunkulus serebri  permukaan ventral batang otak  orbita melalui
fisura orbitalis superior bersama N. III  ke m. obliquus superior yang dipersarafinya.
• Pergerakan yang dipersarafi oleh otot ini diantaranya pergerakan mata kebawah,
rotasi interna (sikloinversi), dan abduksi ringan
N V - Trigeminus
Nervus trigeminus memiliki peran sensorik dan motorik. Nervus ini
memiliki 4 nukleus, yaitu nucleus sensorius principalis, nucleus
spinalis, nucleus mesencephalicus, dan nucleus motorius

Komponen Sensorik

Sensasi sensorik berjalan di akson, terletak di ganglion semilunaris & ganglion


sensorik trigeminus  membentuk radik sensorik nervus V.

Setengah serabut ini akan menjadi cabang acenden dan desenden saat
memasuki pons, sisanya berjalan keatas dan kebawah.

Cabang asenden  di nucleus sensorius principalis nervi trigemini. Cabang


desenden  nucleus spinalis. Sensasi raba dan tekan nucleus sensoris utama.
Sensasi nyeri dan suhu  inferior nucleus spinalis. Serabut dari maksilaris  tengah
nucleus spinalis, dan dari submandibularis superior nucleus spinal.

Impuls propioreseptif dari otot-otot pengunyah, wajah, dan ekstraokular


diteruskan oleh serabut di dalam radiks sensorik n. V.

Akson neuron nucleus sensorius prinsipalis dan nucleus spinalis, serta prosesus
centralis sel didalam nucleus mesensefalis menyilang bidang median dan naik
sebagai lemniscus trigeminalis  sel saraf nucleus ventralis posteromedialis
thalamikapsula interna  gyrus postsentralis corticis serebri
Komponen Motorik
• Kedua hemisfer cerebri, formation retikularis, nucleus ruber, tectum, dan fasciculus longitudinalis
medialis  Nucleus motorius . Membentuk lengkung reflex monosinaptik dan meneruma serabut
dari nucleus mesensefalikus.
• Radiks motorik dibentuk dan mempersarafi otot-otot pengunyah yaitu M. tensor timpani, M. tensor
veli palatine, M. mylohyoideus, dan venter anterior M. digastricus.

Perjalanan N. V
• N. V  fossa crania posterior dan terletak diatas apex pars petrosus ossis temporalis di fossa
crania media.
• Radiks sensorik yang besar membentuk ganglion trigeminus yang terletak dalam duramater
(Meckel cave). Nervus oftalmikus, maksilaris, dan mandibularis muncul dari pinggir anterior
ganglion.
• N. oftalmikus (sensorik) fissure orbitalis superior  cavum orbita. N. maksilaris (sensoris) 
foramen rotundum. N. mandibularis (sensorik dan motorik)  foramen ovale
N VI - Abducens
• Mempersarafi musculus rectus lateralis.
• Nukleusnya terletak dibawah lantai ventrikulus lateralis bagian atas, dekat garis
tengah, dibawah coliculus fascialis.
• Kedua hemisfer cerebri  serabut cortikonuklearis aferen  nukleus
• Menerima traktus tektobulbaris melalui kolikulus superior yang menghubungkannya
dengan korteks visual. Nucleus juga menerima serabut dari fasciculus longitudinalis
medialis yang akan menghubungkannya dengan N. III, N. IV, dan N. VIII.
• Serabut-serabut nervus VI  pons  anterior antara tepi bawah pons dan medulla
oblongatake depan melalui sinus cavernosus  fisura orbitalis superior ke orbita.
• Nervus ini berfungsi motorik murni dan mempersarafi musculus rectus lateralis 
menggerakkan bola mata ke lateral
N VII - Facialis
• Memiliki 3 nukleus: motorik, sensorik,
parasimpatis
• Batang otak  memutari nukleus n.
Abdusens keluar dari batang otak MAI 
kanalis facialis  ganglion gekulatum 
keluar dari tengkorak melalui foramen
stilomastoideumserabut motoriknya
mempersarafi muskulus wajah
• REFLEKS N VII: refleks kornea & refleks
stapedius
• Fungsi parasimpatis: glandula lakrimalis,
glandula mukosa nasalis, glandula
sublingualis dan glandula submandibularis.
• Fungsi sensorik: pengecapan 2/3 anterior
lidah
• Fungsi motorik: m. Orbicularis oris, m.
Orbicularis okuli, m. Businator, m.
Oksipitalis, m. Frontalis, m. stapedius, m.
Platisma, m. Stilohioideus, dan m.
Digastrikus
N VIII - Vestibulocochlearis
• N. Cochlearis: Ganglion spiralelemniskus medialislemniskus
lateralis korpus genikulatumradiasio auditoriagirus temporalis
transversalis (Heschl)
• N. Vestibularis: belum diketahui pasti
1. Impuls langsung ke lobus flokulonodularis serebeli (arkhiserebelum)
melalui traktus juxtarestiformis nukleus fastigialis dan melalui
fasikulus uncinatus kembali ke nukleus verstibularis.
2. Traktus vestibulospinalis lateralis berasal dari nukleus vestibularis
lateralis (Deiters) dan berjalan turun pada sisi ipsilateral di dalam
fasikulus anterior ke motor neuron γ dan α medula spinalis, turun
hingga ke level sakral.
3. Serabut nukleus vestibularis medialis  fasikulus longitudinalis
medialis bilateral  serabut-serabut ini berjalan turun di bagian
anterior medula spinalis servicalis, sel-sel kornu anterior setinggi
servikal dan torakal bagian atas.
4. Semua nukleus vestibularis berproyeksi ke nuklei yang mempersarafi
otot-otot ekstraokular melalui fasikulus longitudinalis medialis
• Kompleks nuklear vestibularis terbentuk oleh nukleus vestibularis
superior (Bekhterev), nukleus vertibularis lateralis (Deiters), nukleus
vestibularis medialis (Schwalbe), dan nukleus vestibularis inferior
(Roller)
N. IX - Glosofaringeus
• Nervus glosofaringeus keluar dari tengkorak mlli
foramen jugulare  kearah m. Stiloglosus 
mempersarafi pangkal lidah, mukosa faring, tonsil,
dan sepertiga posterior lidah.
• Memiliki percabangan sbb
1. Ramus timpanikus
2. Ramus stilofaringeus
3. Ramus faringeus
4. Ramus sinus karotikus
5. Ramus lingualis
N X - Vagus

• Ganglia nervus vagus ganglion superius (jugulare) dan ganglion inferius


(nodosum)
• Ganglion inferius  apertura toracis superior  menyilang arteri
subclaviamelekat ke esofagus dengan serabut trunkus vagalis dextra 
hiatus esofagus diafragma rongga abdomen
• nervus vagus membentuk cabang-cabang sebagai berikut
1. Ramus duralis
2. Ramus aurikularis
3. Ramus faringeus
4. Ramus laringeus superior
5. Nervus laringeus rekurens
6. Rami kardiaci servikales superiores dan rami kardiaci thoracici
7. Rami bronkhiales
8. Rami gastrici posteriores dan anteriores , rami hepatici, rami soeliaci, dan
renales
N. XI - Asesorius
• Bagian spinal nervus asesorius adl motorik murni
(membentang dari C2 hingga C5 atau C6)
• Serabut radiks berjalan naik satu atau dua
segmen di funikulus lateralis  keluar dari medula
spinalis membentuk trunkus komunis 
foramen magnum  foramen jugulare  pars
spinalis bercabang lagi membentuk cabang
eksternal (ramus eskternus), sedangkan pars
kranialis bergabung dengan nervus vagus.
• Ramus eksternus nervus asesorius mempersarafi
muskulus sternokleidomastoideus dan muskulus
trapezius
N. XII - Hypoglossus
• Nervus hipoglosus adalah saraf eferen
somatik (motor).
• Aksonnya berjalan turun di medula dan
keluar dari batang otak  kanalis
hipoglosus  berjalan di regio servikal
bawah  otot lidah
• Otot lidah : m. Stiloglosus, m. Hioglosus,
dan m. Genioglosus
Patofisiologi Kelumpuhan
UMN&LMN N. Cranialis
N I - Olfaktorius
• Gangguan penghidu kualitatif  disfungsi sentral.

Lesi • Disebut parosmia : kakosmia penciuman yang


tidak menyenangkan (bau fekal), hiperosmia 
penciuman pada bau yang kuat secara abnormal.
• Parosmia dapat timbul juga tanpa disertai

sentral kerusakan struktural susunan olfaktorik pada


orang-orang yang mengalami depresi

• Gangguan penghidu kuantitatif  nervus

Lesi olfaktorius di perifer (fila olfaktoria, atau kerusakan


sentral neuron kedua di bulbus olfaktorius dan/
traktur olfaktorius).
• Hiposmia  berkurangnya rasa bau, dan anosmia

perifer  hilangnya bau. Pada anosmia biasanya juga


terjadi gangguan pengecapan.
N II - Optikus
• Nervus optikus dapat mengalami gangguan di papilla, segmen anterior, atau segmen retrobulbarnya.
Lesi di segmen anterior >> vaskulitis. Lesi retrobulbar merupakan temuan utama pada sklerosis
multiple. Gangguan penglihatan dalam jangka waktu singkat pada satu mata yang berlangsung
beberapa detik hingga menit disebut amaurosis fugax biasanya ec mikroemboli retina.
• Pada lesi khiasma optikum yang disebabkan oleh tumor hipofisis, kraniofaringioma atau meningioma
tuberkulum selae, umumnya mengenai serabut yang menyilang dibagian sentral khiasma 
hemianopsia bitemporal. Kadang lesi di khiasma juga dapat menimbulkan hemianopsia binasal.
Lesi • Hemianopsia bitemporal dan binasal  heteronimus. Pada lesi traktus optikus hemianopsia
homonym. Biasanya disebabkan oleh tumor atau meningitis basilaris
sentral • Lesi yang mengenai bagian proksimal radiasio optika juga menyebabkan hemianopsia homonym yang
seringkali tidak total.

• Neuritis optika ec proses radang, demielinisasi, penyakit metabolic, racun eksogen, gangguan
vascular, dan metastasis tumor ganas. Dibagi dua : papilitis dan neuritis retrobulbaris. Pada
papilitis, tampak sembab, infiltrate, dan perdarahan pada papil. Pada tahap lanjut akan
tampak atrofi papil. Jika proses patologis terletak pada serabut yang berada intraocular maka
akan menyebabkan papilitisproses patologis yang terjadi setelah serabut melewati lamina
kribosa tidak menimbulkan gambaran gangguan di fundus sehingga dinamakan neuritis
retrobulbar.
Lesi perifer • Hampir setiap jenis neuritis optika disertai dengan penglihatan hilang secara akut tanpa
disertai rasa nyeri
N III - Okulomotorius
• Kelumpuhan nervus okulomotorius total ptosis, dilatasi pupil,
dan posisi mata terfiksasi. Ptosis ec paralisis m. levator
palpebrae dan kontraksi m. orbikularis okuli yang tidak
teroposisi. Dilatasi pupil ec kehilangan kontraksi m. sfingter
papillae. Reflex cahaya pupil dan reflex akomodasi
menghilang. Posisi mata terfiksasi, melihat kebawah dan

Lesi sentral keluar ec kontraksi m. rektus lateralis dan m. obliquus superior


yang tidak teroposisi.
• Paralisis otot intraocular yang terisolasi oftalmoplegia
interna. Bola mata dapat bergerak secara leluasa namun
terdapat paralisis absolute pada pupil, yaitu hilangnya reflex
cahaya langsung/tak langsung, dan hilangnya reflex
akomodasi  kerusakan pada serabut parasimpatis N. III.

•Oftalmoplegia eksterna motilitas bola mata terhambat tetapi persarafan


otonom tetap intak.

Lesi perifer •Ptosis >>lesi perifer. Saat saraf keluar dari batang otak, serabut pupilomotorik
terletak dibagian terluar dan >> rusak karna kompresi akibat trauma, tumor,
atau aneurisme. Serabut ini << rusak akibat lesi vaskuler.
N IV - Trokhlearis
Lesi nuclear di inti trokhlearis yang
ipsilateral  paralisis otot obliquus
superior kontralateral. Biasanya
Lesi merupakan bagian dari lesi yang lebih
sentral luassalah satu gejala sindrom
oftalmoplegia internuklearis atau sindrom
fasciculus longitudinalis medialis pada
tingkat medulla oblongata

Kelumpuhan langsung otot obliquus


Lesi superior jarang diketahui. Diplopia jarang
perifer disadari karena muskulus obliquus superior
berguna untuk memutarkan bola mata ke
bawah terutama bila bola mata beraduksi
N V - Trigeminus
Hipestesia hemifasialis. Terputusnya serabut-serabut
disekitar nucleus spinalis nervi trigemini akan
menyebabkan sindrom Horner. Gejala yang timbul
bisa terdiri dari hemihipestesia fascialis ipsilateral,
hemihipestesia kontralateralis, dan sindrom horner
Lesi ipsilateral. Hemihipestesia fascialis + hemihipestesia
sentral kontralateralis hemihipestesia alternans. Gejala ini
biasanya ditemukan pada infark lateral medulla
oblongata  sindrom Wallenberg. Selain itu juga
dapat timbul pada tumor serebelo-pontin yang
menekan sudut Monakow.

Flasid pada otot pengunyah.


Lesi Gejala positif sensorik diwajah dibagi menjadi neuralgia
idiopatik dan simptomatis. N. idiopatik hanya nyeri saja
perifer yang dirasakan sementara n. simptomatis disertai
dengan gejala pengiring yang mencerminkan proses
perangsangan.
N VI - Abducens

>>tumor atau lesi vascular. Nervus ini memiliki


perjalanan terpanjang di ruang subarachnoid
dapat disebabkan oleh meningitis atau
Lesi perdarahan subarachnoid, atau peningkatan TIK.
sentral Kelumpuhan unilateral dapat menyertai
hipertensi intracranial generalisata dan bukan
tanda lateralisasi.

Pada arteriosklerosis serebri penekanan dari


arteria terhadap abdusens. Trauma kapitis  pada
pergeseran otak akibat trauma kapitis saraf otak
Lesi mudah robek. Proses mastoiditis  os. Petrosus
sehingga melibatkan jaringan di apeks os
perifer petrosum. Nervus abdusens yang melewati daerah
itu dapat menyebabkan kelumpuhan. Ganglion
gasseri menyebabkan sindrom apeks os
petrosum/ sindrom gradenigo. Nyeri pada pelipis
ipsilateral, dan disekitar orbita dapat terjadi.
N VII - Facialis
• Lesi Sentral
Kelumpuhan wajah yang ditimbulkan tidak
mengganggu otot-otot dahi. Pada lesi sentral
pasien masih dapat menaikkan alisnya dan
memejamkan matanya dengan kuat
• Lesi Perifer
Pada lesi perifer, semua otot ekspresi wajah
pada sisi lesi menjadi lemah. Hal ini seperti
yang terjadi pada Bell’s Palsy
N VIII - Vestibulocochlearis
• Lesi Sentral
Manifestasi: tuli parsial pada sisi
kontralateral, gangguan persepsi arah suara,
vertigo propioseptif, ketidakseimbangan yang
jelas saat berjalan, tanpa nistagmus,
memberat bila mata ditutup.
• Lesi Perifer
Manifestasi: tinnitus, vertigo, atau gangguan
pendengaran
N IX - Glosofaringeus
• Lesi Sentral
Sindrom klinis lesi nervus glossofaringeus ditandai oleh:
1. Gangguan atau hilangnya pengecapan (ageusia) pada sepertiga
posterior lidah
2. Berkurang atau hilangnya refleks muntah dan refleks palatal
3. Anestesia dan analgesia pada bagian atas faring dan area tonsil
serta dasar lidah
4. Gangguan ringan saaat menelan
5. Gangguan salivasi dari glandula parotidea
• b. Lesi Perifer
Pada neuralgia glosofaringeal ditandai oleh nyeri paroksismal yang
hebat di faring, leher, tonsil, atau lidah. Nyeri ini dipicu oleh
menelan, mengunyah, batuk, atau berbicara.
N X - Vagus
• Lesi Sentral
Banyak penyakit dapat menyebabkan lesi vagal
sentral, termasuk malformasi (malformasi Chiari,
sindrom Dandy-Walker, dll), tumor, perdarahan,
trombosis, inflamasi, sklerosis amiotrofik lateral, dan
aneurisma .
b. Lesi Perifer
Terdapat nukleus ambiguus menerima impuls desenden
dari korteks serebri kedua hemisfer. Karena persarafan
bilateral ini, gangguan unilateral pada serabut desenden
sentral ini tidak menimbulkan defisit besar pada distribusi
motorik nukleus ambiguus
N XI - Asesorius
• Lesi Sentral
Pars spinalis nervus asesorius menerima impuls desendens sentral melalui
traktus kortikonuklearis dan traktus kortikospinalis. Impuls-impuls ini
terutama berasal dari hemisfer serebri kontralateral. Sehingga lesi sentral
pada jaras desendens kadang menimbulkan kelemahan m.
Sternokleidomastoideus dan m. Trapezius kontralateral, tetapi kelemahan
hanya terjadi parsial karena persarafan ipsilateral tidak terganggu.
• Lesi Perifer
1. Kerusakan ramus eksternus unilateral setelah keluar dari foramen
jugulare memiliki efek yang berbeda pada m. Sternokleidomastoideus dan
m. Trapezius. M. Sternokleidomastoideus paralisis flacid seluruhnya,
sedangkan m.trapezius hanya terkena separuh bagian atasnya saja,
karena otot ini mendapatkan persarafan dari nervus spinalis segmen C2
hingga C4.
2. Cedera pada nervus asesorius di distal muskulus sternokleidomastoideus
hanya kelemahan pada m.trapezius
N XII - Hypoglossus
• a. Lesi Sentral
Lesi nuklear yang mengenai n.hipoglossus
biasanya bermaniferstasi sebagai paralisis flasid
bilateral pada lidah dengan atrofi dan fasikulasi,
karena nuklei kedua sisi terletak sangat
berdekatan satu dengan yang lain sehingga
biasanya terkena secara bersama-sama.
• b. Lesi Perifer
Lesi perifer menimbulkan paralisis unilateral. Jika
m.genioglossus pada satu sisi lemah, dorongan
dari otot antagonisnya menjadi dominan dan
mendorong lidah ke sisi lesi.

Anda mungkin juga menyukai