P EMBIMBING :
D R . C A R L A M I A , S P. K J
D R . I M E L D A I , S P. K J
IDENTITAS PASIEN
Umur : 37 tahun
Agama : Buddha
Pendidikan : SMA
KELUHAN UTAMA:
Pasien sering mengamuk sejak 3 minggu SMRS.
RIWAYAT PSIKIATRIK
RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG
Riwayat pekerjaan
Pasien tidak bekerja sejak tidak melanjutkan studi di
SMA kelas 1
pasien hanya tinggal di rumah orang tua.
Pasien selama ini mendapat uang dari orang tua dan
menurut keterangan pasien, selama ini pasien
mendapat uang dari neneknya yang dikirim melalui
bank.
L ANJ ...
Kehidupan beragama
1 2
Penampilan
Saat wawancara:
Setelah wawancara:
cara berbicara:
Kecerdasan: Rata-rata
Arus pikir
Produktivitas : Normal
G. DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial : Tidak terganggu (pasien tahu bahwa
mencuri itu tidak baik dan berdosa)
2. Uji daya nilai : Tidak terganggu (pasien akan
mengembalikan dompet yang berisi KTP dan uang yang
ditemuinya di tepi jalan kepada tuannya atau menyerahkan
kepada pihak polisi)
3. Daya nilai realitas : Terganggu
H. TILIKAN
Derajat 1
I. RELIABILITAS
1 minggu SMRS pasien sempat mengamuk tanpa sebab yang jelas, terlihat
berbicara dan ketawa sendiri maka ibu pasien memutuskan untuk
memasukkan pasien ke RSKO.
Pasien tidak pernah merasa bersalah yang berlebihan, tidak merasa putus
asa, tidak memiliki ide-ide bunuh diri, dan tidurnya tidak terganggu. Selama
perawatan, pasien sering terlihat mencuci tangan dan berkumur secara
berulang kali. Namun pasien mengaku tidak terganggu dengan kebiasaannya
tersebut.
IKHTISAR PENEMUAN
BERMAKNA
Pasien mulai merokok sejak duduk di bangku SD. Sejak masih duduk di bangku
SMP, pasien mulai mengkonsumsi alkohol dan juga mencoba-coba memakai ganja
dan shabu sejak tahun 1991 hingga 2001. Pasien juga menggunakan putau sejak
tahun 1997, namun pasien sudah berhenti menggunakan zat-zat tersebut sejak
tahun 2001.
Pasien tidak mempunyai riwayat trauma kepala dan penyakit berat sebelumnya.
Menurut keluarga, adik dari Ibu pasien mempunyai gejala penyakit yang mirip
pasien, pasien sudah pernah sebelumnya didiagonosis menderita skizofrenia saat
dirawat di RSKO pada tahun 2008.
Dari status mental didapatkan, penampilan pasien baik, kesadaran neurologik baik
dan kesadaran psikiatrik tampak terganggu. Perilaku sebelum, selama dan setelah
wawancara baik, sangat kooperatif dan pembicaraan sedikit terganggu.
Pada alam perasaan didapatkan mood euthym, pada afek didapatkan arus cepat,
stabil, kedalamannya dalam, skala diferensiasi sempit, pengendalian impuls baik,
ekspresi datar, tidak didapatkan dramatisasi dan empati dapat dirasakan.
EVALUASI MULTIAKSIAL
EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : F.20.5 Skizofrenia residual
Aksis II : Z.03.2 Tidak ada diagnosis di aksis ll
Aksis III : Dermatitis allergi ,Hepatitis C
Aksis IV : - masalah dengan ‘primary support group’ (adik)
- masalah dalam pendidikan yang tidak selesai,
- tidak bekerja dan tidak pernah bekerja
- masalah ekonomi yaitu sumber biaya dari paman.
Aksis V : Global Assessment Functional (GAF) Scale 70-61 yaitu
beberapa gejala ringan dan menetap,disabilitas ringan dalam
fungsi ,secara umum masih baik
PROGNOSIS
Kesimpulan prognosis:
Ad vitam : Bonam
Terapi Farmakologis
Haloperidol 1 x 5 mg
Trihexyphenidyl 2 x 2 mg
Risperidon 2 x 2 mg
PSIKOTERAPI
Psikoterapi suportif
Pendekatan lain yang bisa dilakukan adalah dengan
cara:
1. Ventilasi: memberi kesempatan kepada pasien untuk
meluahkan isi hatinya.
2. Sugesti: menanamkan kepada pasien bahwa gejala-
gejala gangguannya akan hilang.
3. Reassurance: meyakinkan kembali kemampuan
pasien bahwa dia sanggup mengatasi masalahnya.
4. Bimbingan : memberikan bimbingan yang praktis
yang berhubungan dengan masalah kesehatan jiwa
pasien, agar pasien lebih bersemangat
mengatasinya.
PSIKOTERAPI
Psikoterapi edukatif
Psikoterapi edukatif
4.Menasihati pasien supaya lebih banyak mendekati
lingkungan secara perlahan-lahan
5.Memberi penyuluhan kepada keluarga pasien agar
terus memberikan dukungan dan memastikan pasien
berobat secara teratur.
6.Melibatkan pasien dalam kegiatan aktivitas kelompok
di RSKO
7.Melibatkan pasien dalam kegiatan keagamaan di
RSKO
8.Edukasi lingkungan supaya menerima dan tidak
mendiskriminasi pasien dengan gangguan kejiwaan.
Contohnya dalam hal pekerjaan.
L AMPIRAN
T ERIMA KASIH