Anda di halaman 1dari 17

SINDROM

NEFROTIK
NAMA KELOMPOK

YANTI KURNIATI
YULIANA NUR CAHYATI
YUSI RESYIFA
TIARA NOVIA PUTRI
DEFINISI
Sindrom nefrotik
merupakan gangguan klinis yang di
tandai dengan proteinuria, edema,
hipoalbuminemia, hiperlipidemia
ETIOLOGI
Penyebab Sindrom nefrotik yang pasti belum
diketahui. Akhir-akhir ini dianggap sebagai
suatu penyakit autoimun. Pada umumnya
etiologi dibagi menjadi 3 yaitu :

Sindrom Nefrotik Bawaan


Sindrom Nefrotik Sekunder
Sindrom Nefrotik Primer
patofisIOLOGI

1. Pada berbagai kondisi kerusakan


membran kapiler seperti pada
 Glomeluronefritis kronis
 Diabetes mellitus dengan
glomerulosklerosis interkapiler
 Amiloidosis ginjal
 Lupus eritomatosus sistemik (SLE)
 Tumor ganas sekunder (pada orang
dewasa)
LANJUTAN

2. Hipoalbuminemia akibat penurunan


tekanan onkotik, menyebabkan
edema menyeluruh dimana cairan
keluar dari permukaan vascular
3. Penurunan volume sirkulasi dan
penurunan aktivitas sistem renin-
angiotensin yang menyebabkan
retensi sodium dan edema
4. Mekanisme peningkatan lipid yang
tidak diketahui.
MANIFESTASI KLINIS

Kejadian piting edema : berat badan


bertambah

Proteinuria : mengakibatkan kehilangan


protein tubuh

Hiperlipidemia : mengakibatkan
aterosklerosis
KOMPLIKASI

• Hipovolemia
• Komplikasi tromboemboli-thrombosis venal renal
• Trombosis vena dan arteri ekskremitas
• Emboli pulmonal
• Trombosis arteri koronaria
• Trombosis arteri cerebral

• Gangguan metabolism obat berbuhungan


dengan penurunan plasma protein

• Progresif menjadi gagal ginjal


Sindrom nefrotik bukan merupakan penyakit yang berdiri
sendiri, tetapi merupakan suatu petunjuk awal adanya
kerusakan pada unit filtrasi darah terkecil (glomerulus) pada
ginjal, dimana urine dibentuk. Sekitar 20% anak dengan
sindrom nefrotik dari hasil biopsi ginjalnya menunjukkan
adanya deposit pada glomerulus.

Dua penyakit yang sering mengakibatkan


kerusakan pada unit filtrasi :
Glomerulosklerosis Fokal Segmental (GSFS) dan
Glomerulonefritis Membranoproliferatif (GNMP).
Seorang anak yang lahir dengan kondisi tersebut
akan menyebabkan terjadinya Sindrom nefrotik.
kasus
Anak S, laki-laki, usia 2 tahun datang dengan keluhan bengkak pada
seluruh tubuh sejak kurang lebih 2 minggu sebelum masuk rumah
sakit, bengkak terlihat pada awalnya di daerah wajah terutama di
daerah kelopak mata, terlihat jelas pada pagi hari saat bangun tidur
dan bengkak berkurang setelah siang atau sore hari. Bengkak
kemudian menjalar ke wajah, kaki, perut dan akhirnya seluruh tubuh.
Keluhan ini tidak disertai dengan keluhan sesak napas, sakit kepala,
muntah dan kejang-kejang. Pasien juga belum pernah sakit kuning.
Pasien juga mengeluh buang air kecil (BAK) yang menjadi jarang
sejak 1 minggu SMRS, biasanya sehari minimal 5 kali, namun
sekarang menjadi 1 kali dengan kuantitas yang sedikit atau tidak
miksi sama sekali dan berwarna kecoklatan. Selama bengkak,
pasien tidak pernah tampak pucat, lemah, lesu dan kehilangan nafsu
makan. Riwayat alergi obat-obatan dan makanan disangkal. BAB
pasien dikatakan normal oleh ibu pasien. Riwayat demam, muntah,
tidak nafsu makan, nyeri perut disangkal oleh ibu pasien.
kasus
• Pada pemeriksaan fisik didapat keadaan umum tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis, tekanan darah 110/70 mmHg, frekuensi nadi
132 x/menit, frekuensi pernafasan 38 x/menit, suhu 36,80C, BB 13,5 kg,
TB 86 cm. Pada wajah ditemukan edema palpebra pada kedua mata.
• Pada pemeriksaan abdomen didapatkan shifting dulnes dan undulasi
yang merupakan tanda adanya asites. Pada ekstremitas superior dan
inferior ditemukan pitting edema. Pada genitalia eksterna ditemukan
edema pada skrotum. Pada pemeriksaan neurologis dari nervus I-XII
tidak ada kelainan, reflex fisiologis tidak meningkat ataupun menurun,
reflex patologis tidak ada, rangsang selaput otak juga tidak ditemukan
kelainan.
• Pemeriksaan penunjang didapatkan: total protein 3,8 g/dl, albumin 1,2
g/dl, globulin 2,7 g/dl, ureum 14 mg/dl, kreatinin 0,2 mg/dl, kolesterol
total 659 mg/dl, protein urin 500 mg/dl.
• Penatalaksanaan pada kasus ini adalah rawat inap; prednison 2-2-½,
furosemid 10 mg/12 jam; diet rendah garam 1-2 g/hari; intake cairan
dibatasi; memantau tanda vital dan diuresis.
Subjective
Bengkak pada kedua kelopak mata, lalu
bengkak ke kaki, dan perut

Sesak nafas

Sakit kepala

Muntah

Kejang

BAK jarang / sedikit


Objective
• Pada pemeriksaan fisik
keadaan umum : tampak sakit sedang
kesadaran : compos mentis
frekuensi nadi : 132 x/menit
frekuensi pernafasan : 38 x/menit
Suhu : 36,8°C
BB : 13,5 kg
TB : 86 cm
Pada wajah ditemukan edema palpebra pada kedua mata.
Lanjutan objective....

• Pada pemeriksaan abdomen


shifting dulnes dan undulasi yang merupakan tanda adanya asites.
Pada ekstremitas superior dan inferior ditemukan pitting edema.
Pada genitalia eksterna ditemukan edema pada skrotum. Pada
pemeriksaan neurologis dari nervus I-XII tidak ada kelainan, reflex
fisiologis tidak meningkat ataupun menurun, reflex patologis tidak
ada, rangsang selaput otak juga tidak ditemukan kelainan.
• Pemeriksaan penunjang
total protein : 3,8 g/dl ( 6,6 – 8,7 g/dl )
albumin : 1,2 g/dl ( 3,4 – 4,8 g/dl )
globulin : 2,7 g/dl ( 3,2 – 3,9 g/dl )
ureum : 14 mg/dl ( 10 – 50 mg/dl )
Kreatinin : 0,2 mg/dl (0,5 – 1,5 mg/dl)
kolesterol total : 659 mg/dl ( <200 mg/dl )
protein urin : 500 mg/dl ( <30 mg/dl )
Assasment
Diagnosa : sindrom nefrotik
Karakteristik
Subject/Object Terapi Obat DRP
pasien
Bengkak pada furosemid 10 mg/12
Edema -
seluruh tubuh jam

Hipo- Ada indikasi,


albumin : 1,2 g/dl -
albuminemia tidak ada obat

Hiper - kolesterol total : Ada indikasi,


-
kolesterolemia 659 mg/dl tidak ada obat

protein urin : 500


Proteinuria prednison 2-2-½ -
mg/dl
Planning
• Bedrest total
• Diet kalori 130-140 kal/kgbb/hari
Non • Diet tinggi protein3-4gr/kgbb/hari
Farmakologi • Rendah garam

• Selama lima hari, berat badan pasien yang semula


13,5 kg menjadi 12 kg serta protein urin 500 mg/dl
menjadi 150 mg/dl. Hal tersebut membuktikan
bahwa pasien masih memberikan respon yang baik
terhadap terapi sehingga pasien disarankan untuk
melakukan rawat jalan.
Farmakologi • Pada pasien ini tidak diberikan terapi albumin
karena indikasi pemberian albumin 20% 1 g/kgBB
apabila belum juga berespon pemberian obat
diuretik dan nilai albumin <1. Sedangkan pada
pasien ini kadar albuminnya 1,2g/dl dan dengan
pemberian furosemid pasien sudah berespon,
maka pemberian albumin tidak diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai