Anda di halaman 1dari 15

PEMBAHASAN THAHARAH I

(AIR DAN NAJIS)

BY: ICHDA ARCHAMATUR R, S.H.I


Makna Thaharah (Bersuci)

 Secara etimologi adalah bersih dan suci


bebas dari kotoran atau najis hissi (yang
dapat terlihat) seperti kencing atau lainnya,
dan najis ma’nawi (yang tidak terlihat
zatnya) seperti aib dan maksiat
 Secara terminologi adalah bersih dari najis, baik
najis haqiqi, yaitu khabats (kotoran) atau
najis hukmi, yaitu hadats
 Khabats adalah sesuatu yang kotor menurut syara’
Khabats  mencakup badan, pakaian, dan
tempat
 Hadats adalah sifat syara’ yang melekat pada
anggota tubuh dan ia dapat menghilangkan
thaharah (kesucian)
Hadats  khusus pada badan
Tingkatan Thaharah (Bersuci)

Menurut Imam Al Ghazali, bersuci itu ada 4 tingkatan:


1. Membersihkan badan dari hadas dan najis
2. Membersihkan anggota tubuh dari kejahatan dan
dosa
3. Membersihkan hati dari akhlak tercela
4. Menyucikan batin dari selain Allah Ta’ala
Media Thaharah (Bersuci)

1. Air
2. Tanah dan debu
3. Batu
Cara menyucikan hadats

1. Hadats kecil  berwudhu


2. Hadats besar  mandi
3. Bersuci sebagai ganti dari kedua jenis cara bersuci
di atas, apabila memang tidak tidak dapat
dilakukan karena ada udzur  tayamum
Macam-macam air

1. Air suci dan menyucikan (air mutlak)


2. Air suci tapi tidak menyucikan (air musta’mal dan
air suci yang dicampuri barang suci, seperti air
kopi dan air teh)
3. Air suci dan menyucikan, tapi makruh digunakan,
seperti air musyammas
4. Air Mutannajis (air sedikit yang terkena najis,
entah sifatnya berubah atau tidak, dan air banyak
yang terkena najis kemudian merubah bau, rasa,
atau warnanya)
Batasan antara air banyak dan air sedikit

Dalam literatur Fiqh:


 Air sedikit adalah air yang kurang dari 2 kolah
 Air banyak adalah air yang lebih dari 2 kolah

Menurut pendapat mayoritas ulama:


 kadar air 2 kolah dalam ukuran sentimeter (cm)
adalah 60 cm, dan sedangkan dalam ukuran liter
adalah 216 liter
Air yang dihukumi sebagai air najis

Menurut Imam Syafi’i:


 Air sedikit (kurang dari 2 kolah) yang terkena najis,
baik sifatnya (warna, bau, rasa) berubah atau tidak
berubah
 Air banyak (2 kolah atau lebih) yang terkena najis,
kemudian berubah salah satu sifatnya (warna, bau,
rasa)
Tata Cara Menyucikan Air yang Terkena
Najis
1. Air kurang dari 2 kolah
Dengan cara menambahkan air hingga mencapai 2 kolah,
namun bila airnya telah berubah sifatnya, maka selain harus
mencapai 2 kolah, perubahan itu juga harus hilang
2. Air 2 kolah
Dengan cara menambahkan air sampai perubahan tersebut
hilang, atau dengan mendiamkannya dalam jangka waktu
yang cukup lama, hingga perubahan tersebut hilang dengan
sendirinya
3. Air lebih dari 2 kolah
menambahkan air, mengurangi air (dengan catatan sisanya
masih ada 2 kolah), dan membiarkannya (tanpa menambah
atau mengurangi)
NAJIS

 Definisi najis:
Secara bahasa adalah segala sesuatu yang
menjijikkan
Secara istilah adalah setiap sesuatu yang menjijikkan
yang bisa mencegah sahnya shalat
Pembagian Najis dan cara
menyucikannya
Najis terbagi atas 3 bagian:
1. Najis Mugholladzoh (berat), misalnya najis anjing. Benda yang
terkena najis ini harus dibasuh 7 kali, salah satunya dicampur
dengan tanah.
2. Najis Mukhaffafah (ringan), misalnya kencing bayi laki-laki yang
belum makan selain ASI. Menyucikannya dengan memercikan air
pada benda yang terkena najis.
3. Najis Mutawasithoh (pertengahan)
- Najis Hukmiah: yakin najisnya ada, tapi tidak nyata zat, bau,
rasa, dan warnanya, seperti kencing yang sudah kering. Cara
menyucikannya cukup dengan mengalirkan air di atas benda
yang terkena najis
- Najis A’iniyah: masih ada zat, warna, rasa, dan bau.
Cara menyucikannya dengan menghilangkan sifat-sifat di atas.
Hal-hal yang dihukumi najis

 Bangkai (hewan yang tidak disembelih secara syara’)


 Darah (baik dari manusia atau lainnya)
 Nanah (keluar dari luka atau lainnya)
 Babi (hutan atau peliharaan)
 Anjing
 Semua barang cair yang memabukkan
 Kotoran yang keluar dari 2 jalan, baik manusia atau hewan
 Madzi: cairan yang keluar dari jalan depan setelah syahwat
 Wadi: cairan yang keluar dari jalan depan setelah kencing,
atau sewaktu mengangkat barang berat
 Perkara yang keluar dari lambung, misalnya: muntah
 Solat di gunung? Tidak tahu tempatnya suci atau tidak. Bagaimana?
 Sudah wudhu, kemudian makan, apakah wudhunya batal? Boleh solat atau
tidak?
 Apakah bayi laki2 yang asi eksklusif, ketika diminumi air putih, hukum
kencingnya tetap mukhoffafah?
 Bangkai air tawar najis, sedangkan ikan air laut tidak najis, mengapa?
 Air bak WC, apakah boleh dipakai wudhu?
 Air sumur yang ditampung dalam tandon air, apakah boleh digunakan
bersuci?
 Mengapa air kencing bayi laki-laki asi eksklusif berbeda hukumnya dengan
bayi perempuan?
 Apakah kotoran mata dan kotoran hidung itu najis?
 Apakah ingus membatalkan wudhu?
 Tampungan air yang dilewati setelah wudhu, apakah membatalkan wudhu?
 CD terkena percikan kencing, kemudian kita wudhu
dan sholat, nah solatnya bagaimana?
 Bersuci dengan tisu?
 Masih luka dan bernanah, wudhunya sah atau tidak?
 Wudhu tanpa menghapus makeup, wudhu dan
solatnya sah atau tidak?
 Setelah wudhu kemudian ber-make up, sah atau
tidak solatnya?

Anda mungkin juga menyukai