Anda di halaman 1dari 39

ASMA PADA ANAK

Lusia Putri Wijayanti


Ilmu Kesehatan Anak
T, 4 tahun, perempuan

• Pagi: batuk, pilek, tidak demam


• Sore: sesak napas
• Riwayat penyakit sebelumnya:
– Sesak napas 3 kali dalam 3 bulan terakhir
– Membaik dengan “diuap”
• Riwayat keluarga: asma (kakek)
Definisi Asma (PNAA 2015)
• Asma adalah penyakit saluran respiratori
dengan dasar inflamasi kronik yang
mengakibatkan obstruksi dan hiperreaktivitas
saluran respiratori dengan derajat bervariasi
• Gejala asma adalah batuk, mengi, sesak
napas, dada tertekan yang timbul secara
kronik dan atau berulang, reversibel,
cenderung memberat pada malam atau dini
hari, dan biasanya timbul jika ada pencetus.
Pemicu
Alergen, zat kimia,
polusi udara, infeksi virus

Inflamasi

Hiper-responsif Gangguan
saluran napas aliran udara

Pencetus Gejala
Alergen, Batuk , mengi
Olahraga, dada tertekan,
Udara dingin, sesak napas
dll
Adapted from GINA Updated 2014
Features of Asthma
Asthma work up

 Anamnesis
 Pemeriksaan fisik
 Uji fungsi paru
 Rontgen dada (?)
Anamnesis
 Batuk dan/atau mengi berulang
 Gejala didahului oleh pemicu tertentu
 infeksi virus, suhu ruangan, aktivitas fisik
 Gejala membaik dengan pemberian
bronkodilator
 Riwayat atopi pada keluarga, khususnya asma
pada ibu
Pemeriksaan fisik
• Tachypnoea
• Prolonged Expiration
• Accessory muscle
• Wheeze
• Hyperinflation
• Increase AP diameter
Pemeriksaan Penunjang (1)

• Uji fungsi paru


– Spirometri
– Peak flow meter
• Uji cukit kulit (skin prick test), Spirometri
eosinofil total darah,
pemeriksaan IgE spesifik

Peak flow meter


Kriteria Diagnosis Asma
Gejala Karakteristik
Wheezing , batuk , sesak  Biasanya lebih dari 1 gejala respiratori
napas, dada tertekan,  Gejala berfluktuasi intensitasnya seiring waktu
produksi sputum  Gejala memberat pada malam atau dinihari
 Gejala timbul bila ada pencetus

Konfirmasi adanya limitasi aliran udara ekspirasi


Gambaran obstruksi FEV1 rendah (<80% nilai prediksi)
saluran respiratori FEV1 / FVC ≤ 90%
Uji reversibilitas (pasca-
bronkodilator) Peningkatan FEV1 >12%
Variabilitas Perbedaan PEFR harian >13%
Uji provokasi Penurunan FEV1 >20%, atau PEFR >15%
2.The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention 2014. Available from: www.ginasthma.org
Alur Diagnosis Asma (1)

• Outline :

• Lebih rinci pada slide selanjutnya


Alur Diagnosis Asma (2)
Alur Diagnosis Asma (3)
Klasifikasi

Berdasarkan kekerapan timbulnya gejala 1,4


• Asma intermiten
• Asma persisten ringan
• Asma persisten sedang
• Asma persisten berat
Dalam pedoman ini, klasifikasi berdasarkan kekerapan gejala
dipakai sebagai dasar penilaian awal pasien. Ini berubah dari
PNAA sebelumnya yang membagi asma menjadi asma episodik
jarang, asma episodik sering, dan asma persisten.
1. Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.
4. Hamasaki Y, Kohno Y, Ebisawa M, Kondo N, Nishima S, Nishimuta T et al. Japanese Guideline for Childhood Asthma 2014. Allergol Inter 2014;
63:335-56.
Klasifikasi

Klasifikasi kekerapan dibuat pada kunjungan-


kunjungan awal dan dibuat berdasarkan
anamnesis :
Kekerapan Uraian kekerapan gejala asma
Intermiten <6x/tahun atau jarak antar gejala ≥6 minggu
Persisten
>1x/bulan, <1x/minggu
ringan
Persisten
>1x/minggu, namun tidak setiap hari
sedang
Persisten
Gejala asma terjadi hampir tiap hari
berat

1. Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.
4. Hamasaki Y, Kohno Y, Ebisawa M, Kondo N, Nishima S, Nishimuta T et al. Japanese Guideline for Childhood Asthma 2014. Allergol Inter 2014;
Klasifikasi

Kesetaraan klasifikasi PNAA 2004 dengan PNAA 2015


adalah:
PNAA 2004 PNAA 2015
Episodik Jarang Intermiten
Episodik Sering Persisten Ringan
Persisten Sedang
Persisten
Persisten Berat
Klasifikasi

Berdasarkan derajat beratnya serangan2,4


• Asma serangan ringan-sedang
• Asma serangan berat
• Serangan asma dengan ancaman henti napas
Dalam pedoman ini klasifikasi derajat serangan
digunakan sebagai dasar penentuan tatalaksana.

2. The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention 2014. Available from: www.ginasthma.org
4. Hamasaki Y, Kohno Y, Ebisawa M, Kondo N, Nishima S, Nishimuta T et al. Japanese Guideline for Childhood Asthma 2014. Allergol Inter 2014; 63:335-
56.
Klasifikasi
Berdasarkan derajat kendali 1,2,4
• Asma terkendali penuh (well controlled)
– Tanpa obat pengendali : pada asma intermiten
– Dengan obat pengendali : pada asma persisten
(ringan/sedang/berat)
• Asma terkendali sebagian (partly controlled)
• Asma tidak terkendali (uncontrolled)
Dalam pedoman ini, klasifikasi derajat kendali dipakai untuk menilai
keberhasilan tatalaksana yang tengah dijalankan dan untuk penentuan
naik jenjang (step-up), pemeliharaan (maintenance) atau
turun jenjang (step-down) tatalaksana yang akan diberikan.
1. Papadopoulus NG, Arakawa H, Carlsen KH, Custovic A, Gern J, Lemanske R et al. International consensus on (ICON) pediatric asthma. Allergy 2012.
2.The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention 2014. Available from: www.ginasthma.org
4. Hamasaki Y, Kohno Y, Ebisawa M, Kondo N, Nishima S, Nishimuta T et al. Japanese Guideline for Childhood Asthma 2014. Allergol Inter 2014; 63:335-
56.
Derajat kendali asma

A. Penilaian Klinis (Dalam 6-8 minggu)


Terkendali dengan/tanpa Terkendali
obat pengendali Tidak
Manifestasi Klinis sebagian
terkendali
(Bila semua kriteria terpenuhi) (Min. satu)
Gejala Siang Hari Tidak pernah (< 2 kali/minggu) > 2 kali/minggu
Tiga atau lebih
Aktivitas Terbatas Tidak ada Ada kriteria -
Gejala Malam Hari Tidak ada Ada terkendali
sebagian*†
Pemakaian Pereda Tidak ada (< 2 kali/minggu) > 2 kali/minggu

B. Penilaian risiko perjalanan asma (risiko eksaserbasi, ketidakstabilan, penurunan fungsi


paru, efek samping)
Asma yang tidak terkendali, sering eksaserbasi , pernah masuk ICU karena asma, FEV1
yang rendah, paparan terhadap asap rokok, mendapat pengobatan dosis tinggi
Diagnosis Asma
Diagnosis kerja : Asma
 klasifikasi kekerapan
 derajat kendali
 derajat serangan
Tujuan tata laksana
• Mencapai kendali asma sehingga menjamin
tercapainya potensi tumbuh kembang anak secara
optimal
– Aktivitas pasien berjalan normal, termasuk bermain dan
berolahraga
– Gejala tidak timbul pada siang maupun malam hari
– Kebutuhan obat seminimal mungkin dan tidak ada
serangan
– Efek samping obat dapat dicegah untuk tidak atau sesedikit
mungkin terjadi, terutama yang memengaruhi tumbuh
kembang anak
• Apabila tujuan ini belum tercapai maka tatalaksananya
perlu dievaluasi kembali
The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention 2014. Available from:
www.ginasthma.org
Garis besar tatalaksana asma

• Penghindaran pencetus, termasuk


pengelolaan lingkungan
• Tatalaksana medikamentosa
• KIE (komunikasi, informasi, edukasi)
Obat apa yang harus dipakai pada asma?

Bronkodilator

Anti inflamasi
Obat asma

Obat pereda (reliever) Obat pengendali (controller)


• Meredakan serangan atau • Mengatasi masalah dasar asma
gejala asma bila sedang yaitu inflamasi respiratori
timbul kronik
• Digunakan seperlunya, bila • Mencegah serangan asma
gejala reda obat dihentikan • Jangka waktu lama
• β2-agonis kerja pendek, • Steroid inhalasi, antileukotrien,
antikolinergik, steroid kombinasi steroid inhalasi-ß2-
sistemik agonis kerja panjang, teofilin
lepas lambat, anti-
imunoglobulin E

Mark FitzFerald, M. H. R., MD (2012). "Global Strategy for Asthma Management and Prevention Update 2012." GINA.
Mengapa menggunakan inhalasi ?

• Obat inhalasi:
– Dosis obat kecil  efek samping 
– Langsung bekerja ke paru
– Mula kerja cepat
– Praktis
 Direkomendasi oleh GINA (Global Initiative for
Asthma – guideline asma dunia) & guideline asma
Indonesia

Adapted from GINA Updated 2014


Jenis alat inhalasi sesuai usia
Umur Alat inhalasi
 Nebulizer dengan masker
<5 tahun  MDI dengan spacer: aerochamber,
pocketchamber, babyhaler

 Nebulizer dengan mouth piece


5−8 tahun  MDI dengan spacer
 DPI : turbuhaler, swinghaler, diskhaler
 Nebulizer dengan mouth piece

>8 tahun  MDI dengan atau tanpa spacer


 DPI : turbuhaler, swinghaler, diskhaler

Barry PW, Fouroux B, Pederson S, O’Callaghan C. Nebulizers in childhood. Eur Respir Rev 2000; 10: 527−35.
Pemakaian spacer

• Mengurangi deposisi obat dalam mulut (orofaring)


• Jumlah obat yang akan tertelan berkurang sehingga
mengurangi efek sistemik
• Sebaliknya, deposisi obat dalam saluran respiratori
bawah lebih baik sehingga didapatkan efek
terapeutik yang baik
• Spacer dapat dibuat menggunakan gelas plastik atau
botol plastik dengan volume 500 ml yang sama
efektifnya dengan spacer konvensional
Zar HJ, Asmus MJ, Weinberg EG. A 500-ml plastic bottle: An effective spacer for children with asthma. Pediatr Aleergy
Immunol 2002;13:217-22.
Zar HJ, Streun S, Levin M, Weinberg EG, and Swingler GH. Randomised controlled trial of the efficacy of a metered dose
Kapan memulai
pemberian obat pengendali

1. Diagnosis banding asma sudah disingkirkan


2. Tata laksana nonmedikamentosa sudah
dilakukan (penghindaran pencetus)
3. Faktor penyulit asma seperti rinitis alergi,
rinosinusitis, atau GER sudah ditatalaksana
4. Klasifikasi kekerapan asma adalah asma
persisten (ringan, sedang, berat)
Dosis preparat steroid inhalasi pada anak asma

The Global Initiative for Asthma (GINA). Global strategy for asthma management and prevention 2014. Available from:
Pemantauan

• Pengendalian asma harus dimonitor teratur


setiap bulan dan pencapaian perbaikan
setelah 8-12 minggu
• Selain jenis obat, dosis obat, cara pemberian
obat dan kepatuhan, pasien asma perlu
dipantau upaya penghindaran faktor pencetus
dan penyakit penyerta asma
• Penurunan dosis steroid dipertimbangkan
setiap 8-12 minggu, sebesar 25 – 50%
Alat terapi inhalasi_ NEBULISER
Metered Dose Inhaler (MDI) + Spacers
How to use MDI + SPACER
DRY POWDER INHALERS (DPI)

diskus turbuhaler cyclohaler diskhaler

rotahaler
Steroid Inhalasi
INDIKASI: sebagai kontroler pada asma persisten

Manfaat:
• Mengurangi gejala asma
• Meningkatkan kualitas hidup
• Meningkatkan fungsi paru
• Mengurangi risiko eksaserbasi asma
• Mengurangi angka rawat inap karena asma
• Mengurangi angka kematian karena asma

GINA Updated 2014


Efek Steroid pada Asma
Sel radang Sel struktural
Eosinofil Sel epitel
jumlah
(apoptosis)
Mediator
cytokin
Limfosit T
Cytokin
Sel endotel

kebocoran
Sel Mast
Glukokortikoid
jumlah
Otot polos saluran napas
Makrofag
b2-receptors
Cytokin

Kelenjar
Sel dendrit
jumlah Sekresi
mukus
Barnes, Am J Respir Crit Care Med 1998
Penanganan Asma Eksaserbasi di
pelayanan kesehatan primer

RINGAN atau SEDANG BERAT


Bicara dalam frasa Bicara dalam kata
Memilih posisi duduk dibanding Posisi duduk membungkuk ke depan MENGANCAM JIWA
berbaring Gelisah
Tidak gelisah Laju respirasi > 30 kali per menit Mengantuk berat,
Laju respirasi meningkat Otot bantu napas digunakan bingung, atau silent
Otot bantu napas tidak digunakan Denyut jantung > 120 denyut/menit chest
Denyut jantung 100-120 denyut/menit Saturasi O2 (di udara) < 90%
Saturasi O2 (di udara) 90-95% APE ≤ 50% dari angka prediksi atau
APE > 50% dari angka prediksi atau nilai tertinggi
nilai tertinggi TERAPI AWAL
SABA: 4-10 semprot dengan MDI + spacer, PINDAHKAN KE FASILITAS
Ulangi setiap 20 menit selama 1 jam PENANGANAN AKUT (UGD)
Prednisolon: dewasa 1mg/kg, maks. 50 mg, anak 1-2 MEMBURUK
Selama menunggu: berikan
mg/kg, maks. 40 mg SABA, O2, kortikosteroid sistemik
Oksigen (jika ada): target saturasi 93-95% (anak: 94-98%)

LANJUTKAN TERAPI dengan SABA sesuai keperluan


MEMBURUK
PENILAIAN RESPON SETELAH 1 JAM (atau lebih awal)
APE: Arus Puncak Ekspirasi; SABA:Short-Acting Beta2-Agonist GINA Updated 2014
Nilai serangan asma

RINGAN/SEDANG BERAT
• Inhalasi b2
INHALASI B2 INHALASI agonis
AGONIS B2 AGONIS • Kortikosteroid
iv
• Aminofilin iv
Inhalasi b2 agonis
+ antikolinergik • AGD
Kortikosteroid oral • Rontgen dada

Observasi 1 jam RAWAT INAP

PULANG
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai