Anda di halaman 1dari 24

M.

FAKHRURROZI
 Dalamasesmen adalah untuk menjawab
pertanyaan yang spesifik dan membuat
keputusan yang relevan.

 Tester
harus mengintegrasikan berbagai
macam data dan memfokuskan dari berbagai
informasi yang diperoleh.
 Cenderung menggunakan tes hanya untuk
mendapatkan data.
 Biasanya lebih mengarahkan pada kegiatan-kegiatan
yang berhubungan dengan aspek teknis dari suatu
tes misal: konstruksi alat tes.
 Pendekatannya = data oriented.
 Hasil akhir berupa serangkaian desikripsi
kemampuan individu dan deskripsi tersebut tidak
menjelaskan keunikan individu secara menyeluruh.
 Berusahamengevaluasi problem individu dan data
yang diperoleh selama asesmen bisa digunakan
untuk membantu problem solving.

 Tes
hanya merupakan metode untuk mendapat data
dan skor tes bukan merupakan hasil akhir, tapi
hanya bersifat menyimpulkan hipotesis.

 Asesmen psikologi menempatkan data dalam


perspektif yang lebih luas dan fokusnya adalah
problem solving serta pengambilan keputusan.
1. TES INDIVIDUAL DAN KLASIKAL
 Perbedaannya adalah pada jumlah individu yang
dites.

TES INDIVIDUAL
 Tes individual biasanya digunakan untuk asesmen
individual mendalam, misal: klien klinis, pasien
rumah sakit.
 Contoh tes individual: TAT, CAT, SAT, Rorschach,
WB, WAIS, WISC, dsb.
 Psi.Klinis dan Psi. Perkembangan
 Tesklasikal biasanya digunakan untuk seleksi
karyawan, seleksi siswa, untuk tujuan riset,
screening, dsb.

 Contohtes klasikal: IST, APM, SPM, CPM,


EPPS, RMIB, TKD, CFIT, KRAEPLIN, PAULI, dsb.

 PIO dan Psi. Pendidikan


 Yang membedakan adalah materi tes yang
digunakan serta aktivitas yang dilakukan
berhubungan dengan tes (cara pengerjaan
tes).

TES VERBAL
 Misal: paper & pencil test, kuesioner, visual
tes, pilihan ganda, dsb.
 Tes
Performance berkaitan dengan aktivitas
motorik.

 Misal:
DAP, HTP, Baum, Wartegg, Bender
Gestalt, sub tes melengkapi gambar, menata
balok dalam tes IQ, dsb.
 Perbedaannya terletak pada luas respon dan kepastian
tugas dari tes.

TES TERSTRUKTUR
 Biasa disebut juga tes objektif, misal: tes benar-salah,
tes pilihan ganda, tes IQ, dsb.
 Lebih mudah diskor dan diinterpretasi

TES TIDAK TERSTRUKTUR


 Memberikan kebebasan testee dan kepastian tugas dari
tes, misal: soal essay, tes projektif (TAT, Ro, Hand Test,
dsb).
 Lebih sulit diskor dan diinterpretasi.
 Testee
mendeskripsikan dirinya misalnya
memberikan cheklist pada sejumlah
pernyataan, atau melengkapi kalimat.

 Misalnya: MMPI, BDI, RMIB, SSCT, EPPS, dsb.


 Testeemenunjukkan penampilan
kepribadiannya, misal: tes projeksi (TAT, Ro,
Hand Test, Grafis (DAP, HTP, BAUM,
WARTEGG), Draw a family, Dragon Test, dsb).
1. ORIENTASI TEORITIS
 Tester lebih baik mengetahui tentang konstruk teori
yang mendasari tes tersebut.
 Bisa dilihat pada manual test.
 Jika dalam manual tidak terdapat informasi yang
cukup tentang hal tersebut, tester harus
mencarinya pada sumber lain.
 Untuk melihat kesesuaian antara item tes dengan
konstruk, dapat dilakukan dengan menganalisa tiap
itemnya apakah sesuai dengan konstruknya.
 Penggunaan lebih berdasarkan pertimbangan
praktis daripada konstruk teorinya.
 Beberapa tes mempunyai durasi waktu yang
lama sehingga dapat menyebabkan kelelahan
dan frustrasi testee. Untuk itu, administrasi
tes dipersingkat (bukan yang berhubungan
dengan batas waktu yang digunakan).
 Ketepatan standardisasi sampel.

 Tiap tes mempunyai norma yang merefleksikan


distribusi skor dari sampel yang standar.

 Skor tes individu berarti bahwa terdapat kesamaan


antara individu yang dites dengan sampel standar.

 Testee dapat dibandingkan dengan sampel jika terdapat


kesamaan karakteristik, misal: sampel adalah
mahasiswa usia 18 – 25 tahun, norma ini hanya bisa
digunakan pada testee yang mempunyai karakteristik
sama seperti sampel.
 Standardisasijuga berlaku pada prosedur
administrasi baik pemberian instruksi serta
cara penyajian tes.

 Proseduradministrasi harus sama antara satu


tester dengan tester yang lain.

 Standardisasijuga meliputi pencahayaan,


setting, tanpa interupsi dan rapport yang
baik.
 Mengacu kepada derajat stabilitas, konsistensi dan
ketepatan tes.
 Skor yang didapat testee akan sama jika individu
tersebut dites lagi dengan tes yang sama pada
kesempatan yang berbeda.
 Perlu diperhatikan derajat error, misal: testee salah
mengerjakan tes, tester salah dalam prosedur tes
atau terjadi perubahan mood testeed, dsb.
 Jika derajat errornya besar maka hasil tes tersebut
kurang reliabel (kurang dapat dipercaya).
Hal yang perlu diperhatikan:
a. Keragaman performance seseorang.

 Pengukuran kepribadian mempunyai variasi


yang lebih besar daripada pengukuran
kemampuan (ability).
 Variabel ability (misal: intelegensi, bakat)
berubah secara perlahan dan dipengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan.
 Pada variabel kepribadian perubahannya lebih
besar salah satunya dipengaruhi oleh mood.

b. Metode psikotes tidak bersifat pasti.


 Ilmu eksak; peneliti bisa secara pasti mengukur
suatu variabel misalnya membandingkan berat
badan seseorang dengan yang lain, dsb.
 Psikologi; seringkali berbagai variabel diukur
secara tidak langsung misalnya: IQ tidak dapat
ditentukan secara langsung tapi diukur melalui
perilaku yang menunjukkan kecerdasan.
 Mengacukepada konsep apakah tes bisa
dengan tepat mengukur suatu variabel.

 Tesyang valid harus mengukur dengan tepat


suatu variabel yang seharusnya diukur dan
dapat memberikan informasi yang
bermanfaat
 Tesdisesuaikan dengan kebutuhan untuk
menjawab permasalahan yang ada baik
individu atau kelompok. Misalnya klien
depresi dites dengan BDI (Beck’s Depression
Inventory), pasien di RS dites dengan MMPI
(Minnesota Multiphasic Personality
Inventory).
 Sesuai dengan pengalaman, kebiasaan
penggunaan dan kecenderungan klinisi.
Klinisi yang familiar dengan TAT, Ro atau yang
lain, biasanya cenderung menggunakan tes
tersebut dalam asesmen yang dilakukannya.
 Pertimbangan praktis baik waktu atau
ekonomis. Biasanya dilakukan pada proses
seleksi atau pada analisis singkat misal
screening pada pasien Rumah Sakit atau
proses rasionalisasi perusahaan.
 Penggunaan Battery Test (terdiri dari
sekumpulan tes yang memberikan informasi
lebih banyak untuk asesmen). Jenis tes
disesuaikan dengan kebutuhan individu.
Misal: untuk keperluan klien yang datang
dengan keluhan bingung mencari pekerjaan
maka tes yang diberikan antara lain: WB,
TAT, Ro, HTP, DAP, Baum, Wartegg, RMIB.
Tujuan dari penggunaan battery test antara
lain:
 Berfungsi sebagai pengecek apabila terdapat
salah satu hasil tes yang menyimpang.
 Untuk menjaring aspek-aspek yang lebih luas
baik kepribadian atau ability individu.

Anda mungkin juga menyukai