Anda di halaman 1dari 23

BEBERAPA SISTEM FILSAFAT

MORAL
HEDONISME
1. HEDONISME

Hedonisme adalah pandangan hidup yang


menganggap bahwa kesenangan dan
kenikmatan materi adalah tujuan utama
hidup.

.
• HEDONISME yang berasal dari bahasa Yunani Hedone
yang berarti kesenangan atau kenikmatan.

• konsep moral dari Hedonisme adalah menyamakan


kebaikan dengan kesenangan.

• Pandangan hidup ini mengajarkan pada pengikut atau


mereka yang siap mengikutinya bahwa pemujaan
terhadap kesenangan dan kenikmatan dunia harus
dikejar

• Kesenangan ini seringkali diperoleh dengan


menghalalkan segala cara
Aristippos (433-355 SM)
• “ Yang sungguh baik bagi manusia adalah
kesenangan”
( Apakah semua kesenangan manusia pasti
baik??)
• Kesenangan bersifat badani, aktual, individual,
• Dalam mencari kesenangan manusia harus dapat
mengendalikan diri.
• Manusia harus dapat membatasi diri pada
kesenangan yang mudah tanpa harus bersusah
payah mendapatkan kesenangan tersebut.
Hedonisme di zaman modern
• Bagi para penganut paham ini, bersenang-
senang, pesta-pora, dan jalan-jalan
merupakan tujuan utama hidup, entah itu
menyenangkan bagi orang lain atau tidak

• Kesenangan ini seringkali diperoleh dengan


menghalalkan segala cara
Tiga Macam keinginan
1. Keinginan Alamiah yang perlu
2. Keinginan alamiah yang tidak perlu
3. Keinginan yang sia-sia
• Dua level hedonisme, :
 level individual
Jika berada dalam level individual, maka masih dapat
dikatakan positif, karena bagaimanapun setiap orang berhak
untuk mendapatkan kebahagiaan. Terutama jika didahului
dengan sebuah usaha dan kerja keras.

 level sosial
Hedonisme akan menjadi masalah jika sudah memasuki level
sosial, ketika lingkungan sekitar mengalami krisis dan sekian
banyak kesulitan hidup, tapi ada sebagian orang sibuk
berfoya-foya dengan gaya yang super ‘wah‘ – berkesan tidak
berempati pada kondisi sekitar.
• Paham hedonisme ini akan sangat berbahaya
jika terjadi di kalangan remaja terutama
karena remaja belum memiliki filter diri yang
baik, masih belum memiliki banyak
pengalaman, remaja juga berada dalam masa
pencarian diri sementara mereka belum
memiliki mekanisme pengendalian diri yang
kuat, sehingga lebih rentan terpapar virus
hedonisme.
• Wajar saja memang jika remaja ingin mencoba
sesuatu yang baru, bergaul, dan sebagainya.
Namun semua itu harus memiliki batasan-
batasan, dan batasannya tidak dapat disamakan
dengan yang dimiliki orang dewasa.

• Remaja berada dalam periode yang sangat labil


secara emosional dan dunia mereka tengah
bergeser dari keluarga menjadi lingkungan
pergaulan. Maka jika mereka ‘berbeda’ dengan
kelompoknya, mereka akan merasa tidak
nyaman, takut tidak diterima atau disebut ‘aneh’
dan sebagainya.
Penyebab hedonisme

1. Kesombongan dan Egoisme


• kesombongan dan egoisme adalah penyebab kecenderungan seseorang
kepada kehidupan mewah. Orang sombong akan selalu membanggakan
kekayaan dan kedudukan yang dimilikinya untuk menunjukkan keunggulannya
atas orang lain. Persaingan tidak sehat untuk menunjukkan kemewahan
terkadang menimbulkan perasaan dengki dan iri. Mereka mengira bahwa cara
menunjukkan kelebihan atas orang lain adalah dengan cara bersaing seperti
ini. Orang yang hedonis memandang rendah kepada orang lain.

2. Kepribadian Tidak Sempurna


• Kepribadian tidak sempurna yang dimiliki oleh seseorang. Dari pandangan
psikologi, orang yang cenderung kepada kemewahan berusaha menutupi
kelemahan dirinya yang kurang dari segi ilmu dan spiritual. Pada sebagian
kasus, kita menyaksikan orang-orang kaya yang tidak tahu bagaimana
membelanjakan hartanya. Karena itu, mereka membeli dan mengumpulkan
barang-barang mewah dan pakaian-pakaian yang mahal. Faktor penting
lainnya adalah, pandangan materialis dan cinta dunia.
3. Faktor Budaya dan Lingkungan Masyarakat
• Dalam sebuah masyarakat yang memiliki
budaya hidup mewah, kecenderungan kepada kemewahan
akan menguasai seluruh anggota masyarakat. Dalam hal ini,
kemewahan para pejabat dan tokoh masyarakat akan
memberikan pengaruh yang sangat besar pada gaya
kehidupan ini.

4. Media Massa
• iklan yang terdapat di berbagai sarana media ikut
membantu menciptakan budaya hedonisme. Media-media
ini dalam banyak kasus mengiklankan produk-produk yang
sebenarnya tidak diperlukan. Iklan-iklan ini pula
meninggalkan berbagai dampak psikologis terhadap para
para penganut paham hedonisme.
Penyelesaian Masalah Hedonisme
 Bersikap terbuka terhadap orang lain. Peka dengan keadaaan sekitarnya terutama
mengenai permasalahan yang berhubungan dengan orang lain.

 Berhemat, membuat anggaran pengeluaran untuk membeli kebutuhan yang


memang di perlukan, tidak menghambur-hamburkan uang untuk membeli barang
yang sekiranya tidak diperlukan.

 Memotivasi diri tinggi, belajar menghargai waktu dan tidak menyia-nyiakan waktu.

 Taat beribadah,

 Selektif dalam memilih bergaul.

 Menabung dan menagarial keungan sesuai dengan kebutuhan.

 Mentaati hukum-hukum negara dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

 Lebih menghargai orang lain, mendahulukan kepentingan orang lain daripada


kepentingan diri sendiri.
 Berani dalam mengambil risiko. Tidak membeda-bedakan masalah-
masalah yang di hadapi.
 Lebih mendahulukan kebutuhan yang lebih penting. Dan tidak
didasarkan atas kesenangan semata.
 Lebih tertib dan mentaati aturan-aturan yang berlaku.
 Bersikap lebih rendah hati, dan dermawan dengan menyisihkan
sebagian harta.
 Mampu memahami tentang arti dari modern, jangan terlalu
memaksakan diri mengikuti trend yang sedang marak.
 Menyeleksi kebutuhan, jangan terlalu berambisi untuk menjadi orang
yang lebih fashionable, supaya ingin di perhatikan oleh orang lain.
 Menyadari ada orang yang lebih baik dari kita. Jangan merasa diri lebih
sempurna.
 Menjadi manusia yang lebih produktif.
 Menghargai karya orang lain dengan tidak meniru atau menjiplak
tanpa seijin orangnya.
 Mampu mengahargai perbedaan.
 Memikirkan resiko yang akan terjadi sebelumnya, dengan melakukan
penuh pertimbangan.
2. EUDEMONISME
 Eudemonisme berasal dari kata “ Eudaimonia” yang berarti
kebahagiaan. Pandangan ini berasal dari filsuf Yunani besar,
Aristoteles (384-322 s.M). Dalam bukunya , Ethika
Nikomakheia, dijelaskan bahwa dalam setiap kegiatannya manusia
mengejar suatu tujuan.

 Bisa dikatakan juga, dalam setiap perbuatan kita ingin mencapai


sesuatu yang baik bagi kita.

 apa itu kebahagiaan?.

 Ada yang mengatakan bahwa kesenangan adalah kebahagiaan, ada


yang berpendapat bahwa uang dan kekayaan adalah inti
kebahagiaan dan ada pula yang menganggap status sosial atau
nama baik sebagai kebahagiaan.
 Kebahagiaan itu akan disertai kesenangan juga, walaupun
kesenangan tidak merupakan inti yang sebenarnya dari
kebahagiaan.

 kapan kita bahagia??
apakah dengan memliki harta benda kita
menjadi bahagia??
Apakah bahagia ada batasnya??

kebahagiaan ada pada pikiran kita.


TIGA KUNCI HIDUP
YANG BAHAGIA
•Bersyukur
•Rela memaafkan
•tidak membesar-
besarkan hal-hal kecil.
3. Utilitarianisme

• Utilitarianisme berasal dari kata Latin, utilis yang berarti


“bermanfaat”.

• Utilitarianisme pertama kali dipaparkan oleh Jeremy


Bentham dan John Stuart Mill.
• Utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang
berpendapat bahwa yang baik adalah yang berguna,
berfaedah, dan menguntungkan. Sebaliknya, yang jahat atau
buruk adalah yang tak bermanfaat, tak berfaedah, dan
merugikan

• Baik atau buruk sebuah tindakan diukur dari apakah tindakan


itu menghasilkan tingkat kesenangan atau kebahagian yang
terbanyak, dengan pengorbanan yang paling sedikit.
Tiga konsep dasar mengenai utilitarianisme sebagai berikut :
 Suatu tindakan atau perbuatan atau pengambilan keputusan yang secara
moral adalah benar jika tindakan atau perbuatan atau pengambilan
keputusan itu membuat hal terbaik untuk banyak orang, yang dipengaruhi
oleh tindakan atau perbuatan atau pengambilan keputusan.
Contoh :
 Suatu tindakan atau perbuatan atau pengambilan keputusan yang secara
moral adalah benar jika terdapat manfaat terbaik atas biaya – biaya yang
dikeluarkan, dibandingkan manfaat dari semua kemungkinan yang pilihan
yang dipertimbangkan
Contoh :

 Suatu tindakan atau perbuatan atau pengambilan keputusan yang secara


moral adalah benar jika tindakan atau perbuatan atau pengambilan
keputusan itu secara tepat mampu memberi manfaat, baik langsung
ataupun tidak langsung, untuk masa depan pada setiap orang dan jika
manfaat tersebut lebih besar daripada biaya dan manfaat alternatif yang
ada.
Contoh :
Ciri umum
 Kritis
Menolak untuk taat terhadap norma-norma yang
berlaku begitu saja dan sebaliknya menuntut bertanya
mengapa norma-norma tersebut harus berlaku
 Rasional
berdasarkan pemikiran masuk akal atau tidak dan
bermanfaat atau tidak
 Teleologis
suatu tindakan dikaitkan dengan tujuannya atau
melihat apakah tindakan tersebut lebih banyak baiknya
atau buruknya
 universal
Melihat kepentingan umum
Adakah Letak minus nya paham ini??

Manfaat merupakan konsep yang begitu luas


sehingga dalam kenyataan praktis akan
menimbulkan kesulitan yang tidak sedikit.
4. Deontologi

”Deontologi” ( Deontology ) berasal dari kata dalam Bahasa Yunani yaitu :
deon yang artinya adalah kewajiban. Dalam suatu perbuatan pasti ada
konsekuensinya, dalam hal ini konsekuensi perbuatan tidak boleh menjadi
pertimbangan. Perbuatan menjadi baik bukan dilihat dari hasilnya
melainkan karena perbuatan tersebut wajib dilakukan.

 Deontologi menekankan perbuatan tidak dihalalkan karena tujuannya.


Tujuan yang baik tidak menjadi perbuatan itu juga baik. Di sini kita tidak
boleh melakukan suatu perbuatan jahat agar sesuatu yang dihasilkan itu
baik, karena dalam Teori Deontologi kewajiban itu tidak bisa ditawar lagi
karena ini merupakan suatu keharusan.
Contoh : kita tidak boleh mencuri, berbohong kepada orang lain melalui
ucapan dan perbuatan

 Dalam pemahaman teori Deontologi memang terkesan berbeda dengan


Utilitarisme. Jika dalam Utilitarisme menggantungkan moralitas perbuatan
pada konsekuensi, maka dalam Deontologi benar-benar melepaskan sama
sekali moralitas dari konsekuensi perbuatan

Anda mungkin juga menyukai