Anda di halaman 1dari 19

Pengurangan Risiko Banjir

Upaya Pengendalian Bahaya Banjir


3

Pengurangan Risiko Banjir

• Bahaya (Hazard):
suatu kejadian yang memiliki potensi dapat menimbulkan kerugian fisik dan ekonomi atau
mengancam jiwa manusia dan kesejahteraannya bila terjadi di suatu lingkungan
permukiman, budidaya atau industri

• Kerentanan (Vulnerability):
kondisi yang menentukan apakah suatu bahaya (baik bahaya alam maupun bahaya
buatan) yang terjadi akan dapat menimbulkan bencana (disaster)

• Kapasitas:
sumber daya, kekuatan, kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat sehingga mereka
mampu bertahan, memitigasi dan pulih secara cepat terhadap suatu kejadian bencana.
Kapasitas merupakan aspek-aspek positif yang dapat mengurangi risiko dengan
mengurangi kerentanan yang ada.

Risk = Hazard index x Vulnerability index / Capacity index


Sumber: Promise
4

Pengurangan Risiko Banjir

• Kajian Risiko Bencana Berbasis Masyarakat


• Kajian risiko bencana banjir berbasis masyarakat memanfaatkan mekanisme dan
kemampuan warga masyarakat yang sudah ada.
• Warga masyarakat merupakan pelaku utama dan pertama dalam melakukan kegiatan
mengurangi dampak bencana banjir dan melakukan tanggap darurat bencana banjir.
• Dalam kajian ini, perlu melibatkan aspirasi dan pendapat dari kelompok seperti wanita,
dimana kelompok ini memiliki peran yang besar dalam pengurangan risiko bencana
banjir

Sumber: Promise
5

Pengurangan Risiko Banjir

• Metode kajian risiko bencana


banjir berbasis masyarakat

• Alur Sejarah Kebencanaan: yaitu


mengingat, memaparkan dan mencatat
kejadian banjir dari waktu ke waktu, mulai
dari masa yang lalu sampai dengan saat
ini
• Kalender Musim: adalah menggali
informasi mengenai keadaan dan
permasalahan yang berulang dalam suatu
kurun waktu.

Sumber: Promise
6

Pengurangan Risiko Banjir

• Metode kajian risiko bencana banjir berbasis masyarakat


• Townwatching:
• Merupakan metode pengamatan secara langsung dan wawancara ke lapangan di
daerah rawan bencana.
• Informasi yang dicari antara lain kondisi ekonomi, kondisi bangunan, kondisi sistem
drainase, sistem peringatan dini banjir, jalan/jalur evakuasi, posko, lokasi
ketersediaan air bersih untuk minum, mandi, dll
• Pemetaan:
• Pembuatan peta di tingkat lokal (RT, RW) yang menggambarkan keadaan wilayah
beserta lingkungannya.
• Dengan bersama-sama membuat peta wilayahnya, masyarakat menjadi lebih
mengenali keadaan lingkungan dan sarana/prasarana yang ada di lingkungannya.
• Dalam pemetaan ini tidak diperlukan skala/ukuran gambar, karena yang diutamakan
adalah kondisi yang bisa tergambarkan oleh masyarakat.

Sumber: Promise
7

Penanggulangan Banjir

• Penanggulangan bencana banjir adalah berbagai upaya yang


dapat dilakukan baik oleh pemerintah, masyarakat dan
pemangku kepentingan lainnya (stakeholder) dalam rangka
menanggulangi bencana banjir baik yang dilakukan sebelum
terjadinya banjir, pada saat terjadi maupun setelah terjadi
banjir.

Sumber: Promise
8

Mitigasi Bencana Banjir

• Mitigasi banjir adalah semua tindakan/upaya untuk mengurangi


dampak dari suatu bencana banjir. Upaya mitigasi ini biasanya
ditujukan untuk jangka waktu yang panjang.
• Jenis mitigasi dapat dikelompokkan menjadi mitigasi struktural dan
mitigasi non struktural

Mitigasi struktural oleh Mitigasi struktural oleh masyarakat Mitigasi non-struktural


pemerintah

Sumber: Promise
9

Mitigasi Struktural

• Mitigasi struktural adalah upaya-upaya pengurangan risiko


bencana yang lebih bersifat fisik.

Mitigasi Struktural oleh Pemerintah


• Upaya-upaya mitigasi struktural banjir yang dilakukan oleh
pemerintah antara lain adalah
 Perbaikan dan peningkatan sistem drainase.
 Normalisasi fungsi sungai yang dapat berupa: pengerukan, sudetan.
 Relokasi pemukiman di bantaran sungai.
 Pengembangan bangunan pengontrol tinggi muka air/hidrograf
banjir berupa : tanggul, pintu, pompa, waduk dan sistem polder.
 Perbaikan kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS).

Sumber: Promise
10

Mitigasi Struktural

Mitigasi Struktural oleh Masyarakat


• Mitigasi struktural yang dapat dilakukan oleh masyarakat di kawasan
rawan banjir antara lain
 Membantu upaya peningkatan kapasitas resapan air di wilayahnya
baik dengan menanam lebih banyak pohon maupun membuat sumur
resapan.
 Membantu penyusunan peta zonasi/risiko banjir.
 Membangun rumah sesuai dengan peraturan tata guna lahan.
 Membuat rumah lebih tinggi dari muka air banjir.
 Melengkapi sistem sanitasi rumah dengan klep/penutup banjir

Sumber: Promise
11

Mitigasi Struktural

Contoh upaya peningkatan kapasitas resapan air

Sumber: Minnesota Pollution Control Agency


12

Mitigasi Struktural

Contoh upaya membuat rumah lebih tinggi dari muka air banjir

Sumber: Promise
13

Mitigasi Non-Struktural

• Mitigasi non struktural adalah segala upaya pengurangan risiko


bencana yang dilakukan yang bersifat non fisik, organisasional dan
sosial kemasyarakatan
• Upaya-upaya mitigasi non struktural banjir yang dilakukan pemerintah
antara lain
 Membuat master plan pembangunan yang berbasis pengurangan
risiko bencana.
 Membuat PERDA mengenai penanganan risiko bencana banjir yang
berkelanjutan.
 Mengembangkan peta zonasi banjir dan sistem peringatan dini
 Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai bencana banjir
melalui pendidikan dan pelatihan.
 Mengembangkan building code bagi daerah banjir
Sumber: Promise
14

Mitigasi Non-Struktural

• Mitigasi non fisik dapat pula dilakukan melalui kegiatan pendidikan


lingkungan dan mewujudkan budaya masyarakat untuk:
 Memahami fenomena banjir dan menjaga kapasitas/kelestarian daya
serap (DAS),
 Berperan serta dalam menjaga fungsi sistem pembuangan air
(drainase) dan pengendalian banjir.
 Tidak membuang sampah/sedimen/limbah ke sungai, saluran dan
bangunan air lainnya.
 Melakukan gerakan penghijauan/penanaman kembali tumbuh
tumbuhan di lahan kosong dan memeliharanya dengan baik.
 Mengarus-utamakan upaya pengurangan risiko bencana banjir
kedalam kurikulum pendidikan

Sumber: Promise
15

Kesiapsiagaan (Preparedness) menghadapi Bahaya Banjir

• Adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka mengantisipasi bencana


banjir sehingga tindakan yang dilakukan pada saat dan setelah terjadi
banjir dilakukan secara tepat dan efektif. Misalkan:
 Memasang tanda ancaman pada jembatan yang rendah agar tidak
dilalui masyarakat pada saat banjir.
 Mempersiapkan keperluan darurat selama banjir, seperti peralatan
untuk tindakan penyelamatan, misalnya perahu karet, kendaraan dan
bahan bakarnya; persediaan bahan pokok, dll.
 Melakukan perencanaan untuk melakukan evakuasi
 Mengorganisasikan sistem keamanan pada keadaan darurat,
khususnya rumah hunian yang ditinggal mengungsi
 Menempatkan barang barang elektronik serta barang berharga (ijasah,
sertifikat tanah, dll) di tempat yang tinggi
Sumber: Promise
16

Sistem Peringatan Dini

Sumber: Promise
17

Rencana Tindak Berbasis Masyarakat

Sumber: Promise
18

Prinsip Pengelolaan Risiko Banjir Perkotaan

• Setiap skenario risiko banjir berbeda: tidak ada cetak biru pengelolaan
banjir
• Rancangan untuk pengelolaan banjir harus dapat menyesuaikan
dengan perubahan dan ketidakpastian di masa depan
• Tindakan-tindakan struktural dengan rekayasa tinggi dapat
menyebabkan transfer risiko di hilir dan hulu
• Kemungkinan untuk meniadakan risiko banjir secara keseluruhan
adalah mustahil
• Tindakan pengelolaan banjir dapat memiliki keuntungan berganda
• Penting untuk mempertimbangkan konsekuensi sosial dan ekologis
secara lebih luas dalam pembiayaan pengelolaan banjir
• Perlunya kejelasan mengenai siapa yang bertanggung jawab untuk
konstruksi dan pengelolaan program-program risiko banjir
Sumber: World Bank
19

Prinsip Pengelolaan Risiko Banjir Perkotaan

• Implementasi tindakan-tindakan pengelolaan risiko banjir memerlukan


kerjasama dari para pemangku kepentingan
• Perlu adanya komunikasi yang berlangung secara terus menerus
untuk meningkatkan kesadaran dan memperkuat kesiapan
• Rencanakan pemulihan secara cepat setelah terjadi banjir dan
gunakan proses pemulihan untuk meningkatkan kapasitas
masyarakat

Sumber: World Bank

Anda mungkin juga menyukai