Anda di halaman 1dari 50

 Berasal dari istilah Latin

vermis, artinya cacing.


 Vermicomposting = konsumsi bahan
organik oleh cacing tanah
mempercepat proses
dekomposisi dan menyediakan
produk akhir yang kaya nutrisi
vermicompost atau
kascing
Vermicomposting adalah proses biooksidatif
yang bersifat mesofilik dimana cacing tanah
detrivorous berinteraksi secara intensif dengan
m ikroorganisme dan invertebrata tanah, yang
sangat mempengaruhi proses dekomposisi,
mempercepat stabilisasi bahan organik ], dan
sangat memodivikasi sifat-sifat fisik dan
biokimianya (Edwards and Bohlen 1996;
Domínguez 2004; Edwards et al. 2004).
Microorganisme menghasilkan enzym yang
menyebabkan terjadinga dekomposisi bahan
organik secara biokimiawi bsedangkan
cacaing tanah bertindak sebagai pengatur
proses tersebut melalui rangsangan tidak
langsung terhadap populasi bakteri melalui
fragmentasi dan mencerna bahan organik
segar, yang menghasilkan perluasaan
permukaan yang tersedia bagi kolonisasi
mikrobial, jadi meningkatkan aktivitas
Cacing tanah juga memodivikasi biomasa dan aktivitas
mikroba melalui stimulasi, pencernaan, dan penyebarannya di
dalam casting, serta berinteraksi dengan komponen biologis
lain dalam sistem vermicomposting , yang sangat
mempengaruhi struktur komunitas mikroflora dan fauna
(Domínguez et al. 2003; Lores et al. 2006).

Vermicompost,adalah hasil akhirv vermicomposting,yang


memiliki bentuk seperti humus dengan prositas tinggi dan
kapasitas menahan air rendah, nisbah C/N rendah;
mengandung banyak nutrien dalam bentuk yang mudah
diserap tanaman.
Di dalam casting cacing tanah terjadi mineralisasi dalam laju
yang tinggi yang sangat meningkatkan ketersediaan nutrien
inorganik terutama ammonium dan nitrat , juga P, K, C dan Mg
bagi tanaman.

Vermicompost juga mengandung hormon tumbuhan yang


dihasilkan mikroorganisme dan regulator pertumbuhan
tumbuhan seperti kumates, yang tumbuhan pun turut perperan
dalam produksinya
 Pada dasarnya,
cacing tanah
berfungsi sebagai
bioreaktor alami.
 Penggunaan
cacing sebagai
pembusuk
limbah dan
memperbaiki
struktur tanah
sudah dilakukan
berabad abad
silam.
 Cacing tanah di dunia telah
teridentifikasi sebanyak 1.800 spesies.
 2 Spesies, yaitu Lumbricus rubellus (cacing
eropa atau introduksi) dan Pheretima
aspergillum (cacing kalung atau di long),
yang banyak digunakan dalam
pengobatan tradisional.
 L. rubellus telah banyak dibudidayakan
di Indonesia, sedangkan Ph. aspergillum
belum banyak dibudidayakan.
 Cacing tanah termasuk hewan
tingkat rendah karena tidak
mempunyai tulang belakang
(invertebrata).
 Termasuk kelas Oligochaeta.
 Famili terpenting : Megascilicidae dan
Lumbricidae
 Genus Lumbricus, Eiseinia, Pheretima,
Perionyx, Diplocardi dan Lidrillus.
 Kepala cacing tanah terletak pada
bagian yang paling dekat dengan
clitellum. Mereka biasanya bergerak
searah bagian kepala menghadap saat
berpindah tempat.
 Clitellum adalah segmen pada cacing
tanah (mirip korset) tempat kelenjar sel.
Fungsinya untuk membentuk kokon
(kepompong) dari sekresi lendir
dimana sel-sel telur akan diletakkan
nantinya di dalam kokon ini.
 Selama periode kekeringan, beberapa
spesies cacing tanah akan kehilangan
ciri-ciri seksual sekunder untuk
sementara, seperti hilangnya clitellum.
 Saat keadaan membaik, clitellum akan
terbentuk kembali. Clitellum juga bisa
menghilang pada usia tua.
 Cacing bernapas melalui kulit mereka yang tipis.
Kulit cacing harus tetap lembab sepanjang waktu
untuk memungkinkan untuk menghirup oksigen
yang sangat dibutuhkan.
 Oksigen yang masuk lewat kulit akan diikat oleh
hemoglobin dalam darah dan akan diedarkan ke
seluruh tubuh. Jika kulit mereka mengering,
cacing tanah akan mati lemas.
 Kulit cacing tanah sangat sensitif terhadap
cahaya matahari langsung ataupun suhu panas
yang dapat membuat kulit mereka kering.
 Cacing tanah adalah hewan berdarah
dingin (poikiloterm), mereka tidak
mampu menghasilkan panas tubuh.
 Suhu tubuh mereka dipengaruhi oleh
suhu lingkungan
 Spesies cacing tanah yang digunakan
untuk kompos komersial atau budidaya
cacing : Lumbricus rubellus
 Alasan : tinggi toleransi tinggi
terhadap variasi lingkungan,
produktivitas tinggi (PBB, produksi
telur/anakan dan produksi “kascing”)
serta tidak banyak bergerak
 Lumbricus rubellus
 Bentuk tubuh pipih
 cokelat kemerahan
atau ungu
kemerahan, bagian
punggung berwarna-
warni, dan bagian
perut berwarna
kuning pucat.
 Ukuran : panjang 3-
10 cm dengan sekitar
95-105 segmen.
 Biasanya jenis ini kalah bersaing
dengan jenis yang lain sehingga
tubuhnya lebih kecil, tetapi bila
diternakkan besar tubuhnya bisa
menyamai atau melebihi jenis lain.
Pheretima
aspergillum
 segmennya
mencapai 95-150
segmen.
 Klitelumnya terletak
pada segmen 14-16
 Tubuhnya
berbentuk gilig/
silindris (bulat
panjang ) berwarna
merah keunguan
Perionyx
excavatus
 Cacing biru
 berasal dari pergunungan
Himalaya.
 Ukuran tubuh kecil antara
1,15 – 2,75 inci.
 Mampu menghasilkan
kira-kira 20 ekor anak
seminggu dan hanya
membutuhkan 3-5 minggu
kemudian untuk matang.
Eisenia foetida
Eisenia fetida (ejaan lama:
foetida), dikenal dengan
berbagai nama-nama
umum seperti cacing
harimau (tiger worm) dan
cacing jentik-jentik merah,
cacing tanah California
merah
Sifat: menyerupai
Lumbricus rubellus.
Hewan asli Eropa
 Cacing tanah bersifat hermafrodit
cacing jantan dan betina masing-
masing dapat memproduksi telur
dan membuahi telur-telur yang
dihasilkan oleh cacing lain.

 Kapsul telur tahan terhadap


kekeringan, dan menetas ketika ada
cukup kelembaban di dalam tanah.
 Dalam kondisi optimal bibit cacing dewasa
akan menghasilkan telur setiap 7-10 hari,
masing-masing berisi lebih dari 1 lusin anakan.
 Pertumbuhan membutuhkan waktu 14-21 hari.
 Setelah menetas, cacing muda mencapai
kematangan 4-6 minggu populasi cacing
mungkin dua kali lipat setiap bulan.
 Secara teori, 1 kilogram cacing dapat
meningkat menjadi 1.000 kilogram (sekitar
satu juta cacing) dalam setahun.
 Secara alamiah Lumbricus rubellus tinggal di
tanah dataran tinggi atau di limbah
organik/kotoran .
 Cacing tanah membutuhkan kelembaban
tanah dan porositas yang cukup untuk
pertukaran gas .
 Persyaratan lainnya :
faktor abiotik seperti pH : 5,5-8,7 dan
suhu : 510 F (10,60C ).
 Kadar air : 10-17%
 Sebagian besar spesies cacing tanah
photonegative untuk sumber cahaya
yang kuat
 Dalam kondisi tepat, cacing tanah dapat
makan sebanyak berat tubuh mereka per
harinya. Sebagai contoh, 1 kg cacing tanah
dapat makan 1 kg makanan setiap hari.
 Namun disarankan untuk memberikan
makanan setengah dari berat tubuh cacing di
awal pemeliharaan untuk selanjutnya
disesuaikan dengan kemampuan makan
cacing. Jika makanan terlalu banyak, tempat
pemeliharaan akan menjadi bau karena cacing
tidak dapat memproses semua makanan
sebelum makanan membusuk. Terlalu sedikit,
cacing akan kelaparan.
 Cacing tanah akan makan apa saja yang
bersifat organik yang dapat diuraikan dan
harus lembab.
 Cacing tanah tidak bisa makan makanan
kering. Makanan dicerna dalam ampela,
yang bertindak seperti gigi untuk
menggiling makanan.
 Usus memecahnya lebih lanjut dan keluar
sebagai kotoran (castings) yang sangat
bermanfaat bagi tanaman.
 Sebelum diberikan ke cacing tanah,
makanan dapat dipotong, diparut, atau
diblender.
 Semakin kecil potongan makanan, akan
semakin mudah dicerna oleh cacing.
 Pemberian makan sebaiknya paling sedikit
tiga hari sekali
 Makanan seperti sisa daging, makanan
berminyak dan produk susu juga tidak
sebaiknya diberikan ke cacing karena akan
cepat bau dan dapat mengundang hewan
lain seperti semut, tikus dan lalat yang
dapat mengganggu perkembangan cacing.
 Makanan lain yang membahayakan cacing
antara lain cabai, garam, gula, dan kotoran
hewan segar yang belum terfermentasi
(mengandung bakteri berbahaya seperti
Staphylococcus dan Streptococcus yang dapat
membunuh cacing).
 Benda yang tidak dapat diuraikan seperti
plastik, kaca, karet, tulang dan juga bahan
kimia seperti sabun dan obat-obatan.
 Cacing tidak menyukai makanan asam
seperti jeruk, lemon dan tomat.
 Makanan berbau tajam seperti bawang
merah, bawang putih, dan kulit jeruk
membuat cacing tidak nyaman dan secara
naluriah akan menjauhi sumber bau.
 Kondisi yang dapat mengontrol populasi
cacing tanah : ketersediaan pakan,
kebutuhan ruang untuk tumbuh,
lingkungan.
 Kepadatan cacing yang berlebihan akan
mengganggu produksi kokon/telur.
 Eksresi cacing yang berlebihan akan
meracuni kehidupan cacing.
 Pada kondisi lingkungan yang optimal,
cacing dapat hidup sampai 10 tahun.
 Cacing mendegradasi limbah dibantu
oleh mikroorganisme dan organisme
lain, menyerap nutrisi yang mereka
butuhkan dan mengeluarkan sisanya
castings atau vermicompost
 Namun karena bahan yang biasa
dimanfaatkan tidak semua berasal dari
proses degradasi dalam saluran
pencernaan cacing (ada sisa pakan yang
tidak dimakan) maka lebih sering
disebut “kascing”
 Vermicompost dapat dibuat dalam skala kecil
(sederhana) maupun skala besar (industri).
 Pada pembuatan skala kecil digunakan kotak
dari papan kayu atau kotak plastik.
Stirofoarm atau logam tidak dianjurkan untuk
dibuat kotak proses pembuatan
vermikompos, karena dapat mengeluarkan
racun di sekitar lingkungan hidup cacing,
sedangkan logam dapat menyerap panas,
mudah berkarat, dan mengeluarkan logam
berat ke dalam vermikompos.
 Proses pembuatan vermikompos
dilaksanakan melalui tiga tahap :
(1) pengadaan bahan organik;
(2) perbanyakan cacing tanah; dan
(3) proses pengomposan.
 Keberhasilan beternak cacing tanah
tidak terlepas dari pengendalian
terhadap hama dan musuh cacing
tanah.
 Beberapa hama dan musuh cacing
tanah antara lain: semut, kumbang,
burung, kelabang, lipan, lalat, tikus,
katak, tupai, ayam, itik, ular, angsa,
lintah, kutu dan lain-lain.
 Musuh yang juga ditakuti adalah
semut merah yang memakan pakan
cacing tanah yang mengandung
karbohidrat dan lemak. Padahal
kedua zat ini diperlukan untuk
penggemukan cacing tanah.
 Pencegahan serangan semut merah
dilakukan dengan cara disekitar
wadah pemeliharaan (dirambang)
diberi air cukup
 Kascing sebagian besar terdiri dari kotoran cacing
(cantings) ditambah sebagian bahan organik yang
membusuk
 Kascing merupakan bahan yang mempunyai sifat
porositas, aerasi, drainase, kapasitas menahan air dan
mikroba aktivitas (Edwards dan Burrows, 1988;
Edwards,
1998; Atiyeh et al, 1999, 2000).
 Kascing terdiri terutama dari C, H dan O, dan
mengandung nutrisi seperti NO3, PO4, Ca, K, Mg, S
dan mikronutrien yang memperlihatkan efek yang
sama pada pertumbuhan tanaman dan pupuk
anorganik yang biasa diterapkan pada tanah
(Singh et al, 2008.).
 Vemicompost mengandung tinggi proporsi
zat humat (yaitu, asam humat, fulvat asam dan
humin) yang berperan banyak dalam reaksi
kimia, komponen mikroba (diketahui
meningkatkan pertumbuhan tanaman) dan
menekan penyakit melalui kegiatan bakteri
(Bacillus), ragi (Sporobolomyces dan
Cryptococcus) dan jamur (Trichoderma), yang
mempunyai senyawa antagonis sama halnya
dengan fenol dan asam amino (Nagavalemma
et al., 2004)
Bila dibandingkan dengan tanah,
kascing mengandung:
 Nitrogen 5 kali lebih banyak ;
 Fosfor 7 kali lebih banyak ;
 Kalsium 1,5 kali lebih banyak ;
 Kalium 11 kali lebih banyak;
 Magnesium 3 kali lebih banyak.
 Kascing juga kaya asam humid yang
mengkondisikan tanah sehingga
mempunyai pH yang seimbang.
 Mempunyai growth factors
Bedding material
 Temperatur

 Sinar matahari
 Panen cacing dapat dilakukan dengan
berbagai cara salah satunya adalah
dengan mengunakan alat penerangan
seperti lampu petromaks, lampu neon
atau bohlam.
 Cacing tanah sangat sensitif terhadap
cahaya sehingga mereka akan
berkumpul di bagian atas media.
 Kemudian kita tinggal memisahkan
cacing tanah itu dengan medianya.
 Cara lain yang lebih ekonomis
dengan membalikan sarang.
 Dibalik sarang yang gelap ini cacing
biasanya berkumpul dan cacing
mudah terkumpul, kemudian sarang
dibalik kembali dan pisahkan cacing
yang tertinggal.
 Jika pada saat panen sudah terlihat
adanya kokon (kumpulan telur),
maka sarang dikembalikan pada
wadah semula dan diberi pakan
hingga sekitar 30 hari.
 Dalam jangka waktu itu, telur akan
menetas dan cacing tanah dapat
diambil untuk dipindahkan ke
wadah pemeliharaan yang baru dan
kascingnya siap di panen.

Anda mungkin juga menyukai