Pleno 4 Kelompok 17
Pleno 4 Kelompok 17
Malangnya oh anakku
Kelompok 17
FK univ. Tarumanagara
Kelompok 17
• Aditiawan 405100260
• Guntur alam budiman 405100288
• Patricia lestari 405110007
• Santi iskandar 405110081
• Joseph mario lakonage 405110125
• Della kartika wijaya 405110156
• Muhamad bima juliansyah 405110159
• Stephen wijayanto 405110198
• Dharma jaya hartono 405110223
• Jeremy willy henry 405110235
• Jochebet irene 405110249
Malangnya oh anakku
Seorang perempuan 28 tahun dibawa suaminya ke praktek pribadi dokter
spesialis kandungan dengan riwayat telah menikah selama 2 tahun, melakukan
hubungan suami istri dgn normal, tidak pernah keguguran, namun sampai saat
ini belum hamil juga. Pasien mengeluh sering mengalami nyeri di daerah
panggulnya sejak 1 tahun lalu namun hilang timbul. Akhirnya pasien di diagnosa
menderita radang daerah panggul dan diobati. Setelahdiobbati akhirnya pasien
berhasil hamil. Tetapi saat hamil 15 minggu, pasien mengalami perdarahan serta
nyeri perut kemudian dibawa ke ugd RS dan didapat hasil pemeriksaan :
Pemeriksaan fisik : pasie tampak pucat TD 90/60 mmHg, TN 120x/menit,suhu
aksila 36,8°C
Pemeriksaan dalam :tidak ada pembukaan serviks,tidak teraba jaringan,uterus
teraba agak membesar, adneksa tidak dapat dinilai (pasien kesakitan)
Pemeriksaan inspekulo : terlihat perdarahan pada OUE , fluksus (+)
Apa yang dapat kita pelajari dr kasus diatas?
Unfamiliar terms
• Adnexa : jaringan yang berada disekitar
rahim,tuba fallopi/ ovarium
• Fluksus : ?
Rumusan masalah
• Bagaimana hub penyakit dgn riwayat
infertilitas?
• Apa penyebab radang panggul/PID?
• Mengapa terjadi perdarahan dan nyeri perut?
• Interpretasi pemeriksaan fisik,vt,dan
inspekulo?
Curah pendapat
• PID radang di tuba mengenai sikatriks terjadi
perlengketan ovum dan sperma tak bisa bertemu
infertilitas
• PID radang di tuba gangguan motilitas tuba
• PID radang di tuba terjadi perubahan ph
terbentuk ASA sperma mati
• Penyebabnya bisa karena infeksi berulang,trauma,efek
smaping dr alat kontrasepsi, atau infeksi saluran kemih
• Kemungkinan KET, mola hidatidosa, dan Abortus.
Learning objective
• MM infertilitas
• MM PID salphingitis,servisitis,abses
tuboovarium, dll
• MM abortus
LO 1
MM INFERTILITAS
Definisi
Suami: Istri:
•Coitus interruptus •Menggunakan salep a/ obat
•Condom •IUD
•Sterilisasi (vasektomi) •Pil oral
•Injeksi
•Sterilisasi
Infertilitas tidak disengaja
Suami: Istri:
•Gangguan spermatogenesis •Gangguan ovulasi, mis
(aspermia, oligospermia, karena kelainan ovarium
necrospermia) : mis karena a/ gangguan hormonal.
kelainan endokrin. •Kelainan mekanis yg
•Kelainan mekanis sehingga menghalangi
sperma tdk dpt dikeluarkan ke pembuahan, sprti
dlm vagina, (sprti: impotensi, kelainan tuba,
ejakulasi dini, penutupan duktus endometriosis, stenosis
deferens, hypospadia, phimosis). canalis servikalis.
Infertilitas yg Kuman penyebab:
brhubungan dgn • GO
infeksi: • Non-GO
• Chlamydia
trachomatis
• Ureoplasma
urealitikum
Patofisiologi infertilitas pd pria akibat infeksi
•TBC epididimitis & orkhitis spermatogenesis ↓ & sterilitas.
•GO epididimitis (penyebab umum) menyerang cauda epididimis & proximal
duct deferen menimbulkan squale obstruksi.
•E.coli pe↓ motilitas spermatozoa.
•Virus mumps scra lgsg menyerang testis
–Kerusakan sel spermatogenik azoospermia (irreversible)
–Testis bengkak nekrosis atrofi testis
•Epididimitis biasanya diikuti o/ vesikulitis & prostatitis.
Epididimitissumbatan epididimis; prostatitissumbatan duct ejaculatorius.
•Candida albicans azoozpermia, astenozoospermia, & aglutinasi
3. Operatif
3. Lendir serviks: keadaan & sifat lendir serviks sgt
mempengaruhi keadaan spermatozoa.
a. Kentalnya lendir serviks
Lendir cerviks yg cair lbh mudah dilalui spermatozoa. Pd
stad.proliferasi lendir serviks agak cair krna pengaruh
estrogen. Pd stad.sekresi lendir serviks lbh kental krna
pengaruh progesteron.
b. pH lendir serviks
Lendir serviks bersifat alkalis dgn pH ± 9. Pd suasana alkalis,
spermatozoa dpt hidup lebih lama. Suasana menjadi asam pd
cervicitis.
c. Enzym proteolytik: trypsin & chemotrypsin
mempengaruhi viscositas lendir serviks.
5. Pemeriksaan endometrium
Pd hari pertama haid dilakukan mikrokuretase. Endometrium N
harus memperlihatkan gambaran histologik yg khas utk
stad.sekresi. Kalau tdk ditemukan stad.sekresi, maka:
1. Endometrium tdk bereaksi thdp progesteron
1. Hipogonadotropisme
2. Kelebihan estrogen
3. Kelebihan androgen
4. Hiperprolaktinemia
5. Hipotiroid
6. Hipertiroid
7. Diabetes mellitus
Etiologi Infertilitas(testis) pada Pria (79,9%)
1. Kriptorkhismus
2. Radiasi: 600-800 rad (berefek dg sterilitas
permanen)
3. Mumps orkhitis
4. Gonadotoksin
5. Infeksi
6. Varikokele
7. Tumor
8. Genetik
Etiologi Infertilitas(di luar testis) pada Pria
(12,3%)
1. Gangguan motilitas spermatozoa
2. Sumbatan saluran reproduksi
Etiologi Infertilitas(Lain-Lain) pada Pria
• Gangguan spermatogenesis
• Gangguan transportasi spermatozoa dan
kelenjar aksesori
• Gangguan disfungsi ereksi
• Gangguan ejakulasi
• Gangguan sanggama dan fungsi spermatozoa
Faktor-Faktor Infertilitas pada Pria
1. Faktor imunologis: ASA
2. Faktor psikologi: impotensia
3. Faktor ultra struktur: kelainan membran akrosom
4. Faktor endokrin: andorgen insensitivity, hipogonadism,
dll
5. Faktor urologi sdan infeksi: varikokele, epispadia,
hipospadia, orkhitis, prostatitis, trauma, dll
6. Faktor genetik: Klenifelter syndrome(xxy), super
male(xyy), psudo hermaprodite, true hermaprodite, dll.
Diagnosis Infertilitas Pria
1. Pemeriksaan umum(tensi, nadi, dll)
2. Pemeriksaan fisik(skrotum, testis, dll)
3. Pemeriksaan laboratorium(kimia darah,
urine, analisis sperma, ASA, dll)
4. Pemeriksaan khusus(analisa hormon, anlaisa
kromosom, biopsi testis, dll)
Penanganan Infertilitas
1. Obati sesuai penyebabnya
2. Inseminasi intra uterine (dg teknik IBS atau
IBD)
3. Teknologi bantu reproduksi (fetilisasi in vitro):
1. GIFT(Gamet Intra Fallopian Transfer)
2. FIV conventional
3. ICSI(Intra Citoplasmic Sperm Injection(
Nilai N analisis sperma berdasarkan kriteria
WHO
Kriteria Nilai rujukan N
Volume 2 ml atau lebih
Waktu likuefaksi Dalam 60 menit
pH 7,2 atau lebih
Konsentrasi sperma 20 juta per mililiter atau lebih
Jumlah sperma total 40 juta per ejakulat atau lebih
Lurus cepat (gerakan yg progresif dalam 25% atau lebih
60 menit setelah ejakulasi)
Jumlah antara lurus lambat dan lurus 50% atau lebih
cepat
Morfologi normal 30% atau lebih
Vitalitas 75% atau lebih yg hidup
Lekosit Kurang dari 1 juta per ml
Terminologi dan Definisi Analisis
Sperma Berdasarkan Kualitas Sperma
Terminologi Definisi
Normozoospermia Ejakulasi N sesuai WHO
Oligozoospermia Konsentrasi sperma < drpd nilai rujukan WHO
Astenospermia Konsentrasi sperma dg motilitas < drpd nilai
rujukan WHO
Teratozospermia Konsentrasi sperma dg morfologi < drpd nilai
rujukan WHO
Azospermia ⱡ didapatkan sel sperma dalam ejakulat
Aspermia ⱡ didapatkan ejakulat
Kristospermia Jumlah sperma sangat sedikit yg dijumpai setelah
sentrifugasi
Pemeriksaan Infertilitas Dasar di Pusat
Pelayanan Kesehatan Primer
Jenis Kelamin Jenis Pemeriksaan Waktu pemeriksaan
Perempuan LH Fase Folikularis awal (hari ke 3-4)
FSH
TSH
Prolaktin Pagi hari sebelum pukul 9
Testoteron Kecurigaan hiperandrogenisme
SHBG
Serologi rubela Walaupun sudah imunisasi
Pap smear
Lelaki Analisis sperma Sete;ah abstinensia 2-3 hari
Indikasi Rujukan ke Pusat Layanan
Infertilitas Sekunder dan Tersier
Jenis Kelamin Indikator rujukan
Perempuan Usia>35 tahun
Riwayat KE sebelumnya
Riwayat kelainan tuba
Riwayat pembedahan tuba, ovarium, uterus dan
daerah panggul lainnya
Menderita endometriosis
Gangguan haid seperti amenorea atau
oligomenorea
Hirsutisme atau galaktore
Kemoth/
Lelaki Testis andesensus, orkidopeksi
Kemoterapi atau radioterapi
Riwayat pembedahan urogenital
Variokel
Riwayat IMS
LO 2
Pada ibu:
• Perforasiàperdarahan dan peritonitis
• Luka pada serviks uteri
• Pelekatan pada kavum uteri
• Perdarahan
• Infeksi
• Pada janin:
• Kematian
• Cacat fisik
• Secara garis besar tindakan abortus sangat berbahaya bagi ibu dan juga janin
yaitu bisa menyebabkan kematian pada keduanya.
Aspek Hukum dan Medikolegal Abortus Povocatus Criminalis
• Abortus buatan atau abortus provokatus:
• Abortus provocatus therapeticus, karena alasan yang sangat mendasar untuk
melakukannya adalah untuk menyelamatkan nyawa ibu.
• Abortus atas indikasi medik ini diatur dalam
• Beberapa pasal yang terkait adalah :
• * KUHP pasal 299, 346, 347, 348, 349 tentang larangan pengguguran kandungan.
* UU RI No. 1 tahun 1946 menyatakan aborsi merupakan tindakan pelanggaran
hukum.
* UU RI No. 7 tahun 1984 tentanf menghapus diskriminasi pada wanita.
* UU RI No. 23 tahun 1992, pasal 15 : abortus diperbolehkan dengan alasan
medis.
• Pasal 77c : kebebasan menentukan reproduksi
• Pasal 80 : dokter boleh melakukan aborsi yang aman.
Apabila ditinjau dari Human Rights (HAM) :
o Setiap manusia berhak kapan mereka
bereproduksi
o RUU pasal 7 : berhak menentukan kapan
dan jumlah reproduksi.
o RUU Kesehatan pasal 63
Aspek Etika Kedokteran
Benda asing
Uterus kontraksi
PATOFISIOLOGI
• Pada kehamilan < 8 minggu hasil konsepsi keluar
seluruhnya.
• Pada kehamilan 8-14 minggu plasenta tidak
dilepaskan sempurna perdarahan.
• Pada kehamilan > 14 minggu yang dikeluarkan ialah
janin kemudian plasenta.
MACAM ABORTUS
Perdarahan + Kehamilan < 20 M
Dilatasi serviks
Abortus + infeksi
MACAM
DEFINISI DIAGNOSA PENGELOLAAN
ABORTUS
TORCH
CMV
TOXOPLASMA
TOXOPLASMA
MANIFESTASI KLINIK
• Inapparent — subklinikal biasanya asimptomatik
• Apparent (10-20 %) — tidak spesifik
– Generalised tox — flue like illness - demam, fatigue, lemah,
malaise
– Lymphatic tox — demam, generalised lymphadenopathy
(retroperitoneal, liver and spleen enlargement)
– Neurological tox — esefalopati, korioretinitis
– Exanthematous tox — generalised maculopapular
erythramatous patches
– Ocular tox — nyeri di mata, photophobia, blurred vision,
scotoma ("blind spot"), korioretinitis, retinitis, blindness
TOKSOPLASMOSIS KONGENITAL
• Isolasi positif di plasenta menunjukkan infeksi
neonatus
• Diagnosis prenatal umumnya dilakukan pada
usia kehamilan 14-27 minggu
– Kordosentesis dengan tuntunan USG
– Pembiakan darah janin
– Pemeriksaan tambahan enzim liver, platelet,
leukosit dan limfosit
KLASIFIKASI
– Asimptomatik (inapparent)
• 60% of infected
• may suffer from Long Term Sequella up to 90 percent of infected
babies appear normal at birth, 80 to 90 percent will develop
sight-threatening eye infections months to years after birth.
About 10 percent will develop hearing loss and/or learning
disabilities
– Simptomatik
• 40% of infected--About one in 10 infected babies has a severe
Toxoplasma infection that is evident at birth. These newborns
often have severe eye infections, an enlarged liver and spleen,
jaundice (yellowing of the skin and eyes), pneumonia and
other problems. Some die within a few days of birth. Those who
survive sometimes suffer from mental retardation, severely
impaired eyesight, cerebral palsy, seizures and other problems.
• more likely if mother infected in 1st/2nd Trimester
• Severe damage to fetus = stillbirth or abortion
PENATALAKSANAAN
• DOC : Spiramycin / Pyrimethamine + Sulfadiazine
• Treatment
pyrimethamine (Daraprim) + sulfadiazine
- side effects( skin rashes and leukopenia )
• Spiramycin alone before 26 weeks
– pyrimethamine + clindamycin or dapsone
Clindamycin, a similar drug, is often substituted for sulfadiazine in patients with
sulfa allergy
NB : Pyrimethamine can cause low blood counts in some people. To counter
the possible effects of pyrimethamine on the bone marrow, another drug
called leucovorin (folinic acid) is given along with pyrimethamine
• Prophylaxis
TMP-SMX - trimethoprim-sulfamethoxazole
• pyrimethamine plus folinic acid
• dapsone + pyrimethamine
Note that in reinfection, IgM is usually absent or only present transiently at a low level
CMV
• Termasuk golongan virus herpes DNA
• Penularan berlangsung secara:
– Horizontal melalui droplet infection dan
kontak dengan air ludah dan air seni
– Vertikal proses infeksi maternal ke janin
– Hubungan seksual
PATOGENESIS
• Infeksi primer ( asimtomatik dan simtomatik)
infeksi laten disertai multiplikasi virus
pd individu dng supresi imun krn HIV, obat2
an, atau keganasan infeksi rekuren
(reaktivasi/reinfeksi) menekan limfosit sel T
stimulasi antigenik yg kronis
Infeksi CMV pada kehamilan
• Kehamilan < 16 minggu kerusakan yg serius
• Infeksi CMV kongenital : eksogenus ( primer
ibu hamil dng pola imunologik seronegtif; non
primer ibu hamil dengan keadaan
seropositif dan endogenus
DIAGNOSIS
• Diagnosis pranatal
– Dilakukan pada ibu beresiko pada umur kehamilan 20 minggu
– 70% kasus janin # terinfeksi
– Terminasi kehamilan merupakan satu-satunya terapi intervensi
jika terapi antiviral tidak memberikan hasil yang memuaskan
– Dilakukan dengan PCR dan isolasi virus dari cairan ketuban
dengan amniosentesis
– USG oligohidroamnion, polihidroamnion, hidrops non imun,
asites janin, gangguan pertumbuhan janin, mikrosefali,
ventrikulomegali serebral, kalsifikasi intrakranial,
hepatosplenomegali dan kalsifikasi intrahepatik
PENATALAKSANAAN
– Terapi diberikan guna mengobati infeksi CMV yang
serius seperti retinitis, esofagitis pada penderita
dengan AIDS serta tindakan proflaksis untuk
mencegah infeksi CMV setelah transplantasi organ
– Pengobatan ganciclovir, foscarnet, cidofivir,
valaciclovir
– Dapat dipertimbangkan terminasi kehamilan
HERPES SIMPLEX VIRUS
Hepatitis dan HIV
Hepatitis
• Penilaian klinik :
– Demam tinggi yang menetap hingga 2 mgg yang
kemudian diikuti dengan ikterus
– Mual, muntah, pusing, nafsu makan menurun, defisit
cairan, diare
– Pem fisik : nyeri epigastrik dan hepatomegali
– Reaksi imunologik terhadap antigen virus hepatitis
• Transmisi ke janin dapat melalui transplacental,
ASI, dan kontak langsung
Jenis Resiko Potensial
Virus Ibu anak