Anda di halaman 1dari 33

BAB 6 PEMERIKSAAN KEUANGAN

Puspita Rama Nopiana, S.E.,Ak.,M.M.,CA

Tarlen
130810330

Audit Sektor
Publik

W 203

Aulia Ulfah
150810105

1
2
3
4
5
6
PEMERIKSAAN
KEUANGAN
Tujuan Pembelajaran Khusus :
Menjelaskan tentang tujuan auditing atas
laporan keuangan
Menjelaskan proses atau pelaksanaan
auditing (audit) laporan keuangan
Menjelaskan pendekatan audit
Menjelaskan Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara (SPKN)
Menjelaskan laporan auditing keuangan

7
Pengertian dan Tujuan Pemeriksaan
Keuangan

Pengertian Pemeriksaan Tujuan Pemeriksaan Keuangan


Keuangan
Pemeriksaan atas laporan • Adalah menyatakan pendapat
keuangan (UU RI No. 15 tahun atau opini (pasal 16 UUD No. 15
2004) tentang proses identifikasi tahun 2004)
masalah, analisis dan evaluasi
• Pendapat adalah pernyataan
yang dilakukan secara
independen, objektif, dan profesional sebagai kesimpulan
profesional berdasarkan standar pemeriksa mengenai tingkat
pemeriksaan, untuk menilai kewajaran informasi yang
kebenaran, kecermatan, disajikan dalam laporan keuangan
kredibilitas dan keandalan
informasi mengenai pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan
negara.
8
Tahap Penerimaan Tahap Perencanaan
Penugasan Pemeriksaan Pemeriksaan

Proses
Pemeriksaan
Keuangan

Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaporan Temuan
Pengujian pemeriksaan

9
• Dilakukan oleh auditor pada tahap awal proses
pemeriksaannya dan pada tahap pengkajian atau
Pengujian
Analitik penelaahan menyeluruh terhadap hasil pemeriksaan

• Prosedur audit yang dirancang untuk memverifikasi


Pengujian efektivitas pengedalian intern entitas
Pengendalian

• Prosedur audit yang dirancang untuk menemukan


kemungkinan kesalahan moneter yang secara lansung
Pengujian
Substantif memengaruhi kewajaran penyajian laporan keuangan

10
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara

• Merupakan patokan atau pedoman bagi para pemeriksa


dalam melakukan tugas pemeriksaannya.
• Pada awal 2007, BPK telah berhasil menyusun standar
pemeriksaan yang diberi nama Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara atau disingkat dengan nama SPKN
• SPKN ditetapkan dengan peraturan BPK No. 01 tahun
2007 sebagaimana amanat UU yang ada.
• Menurut pasal 1 peraturan BPK No. 01/2007 terdiri atas
pendahuluan standar pemeriksaan dan tujuh PSP.

11
Tujuh PSP itu adalah sebagai berikut :
 PSP No. 01 tentang standar umum ditetapkan dalam lampiran II
 PSP No. 2 tentang standar pelaksanaan pemeriksaan keuangan ditetapkan
dalam lampiran III
 PSP No. 3 tentang standar pelaporan pemeriksaan keuangan ditetapkan
dalam lampiran IV
 PSP No. 4 tentang standar pelaksanaan pemeriksaan kinerja ditetapkan
dalam lampiran V
 PSP No. 05 tentang standar pelaporan pemeriksaan kinerja ditetapkan
dalam lampiran VI
 PSP No. 06 tentang standar pelaksanaan pemeriksaan dengan tujuan
tertentu ditetapkan dalam lampiran VII
 PSP No. 07 tentang standar pelaporan pemeriksaan dengan tujuan tertentu
ditetapkan dalam lampiran VIII

12
SPKN berlaku bagi : (1) BPK dan (2) Akuntan Publik atau pihak
lainnya yang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara untuk dan atas nama BPK.
1. Pendahuluan Standar Pemeriksaan
Standar ini memuat : persyaratan profesional pemeriksa, mutu
pelaksanaan pemeriksaan, dan persyaratan laporan pemeriksaan
yang profesional.
Pelaksanaan pemeriksaan yang dilaksanakan pada standar
pemeriksaan akan meningkatkan kredibilitas informasi yang
dilaporkan atau diperoleh dari entitas yang diperiksa melalui
pengumpulan dan pengujian bukti secara objektif.

13
14
Adapun Jenis-Jenis Pemeriksaan dalam Standar
Pemeriksaan yaitu :
1. Pemeriksaan Keuangan
Pemeriksaan yang bertujuan untuk memberikan
Keyakinan apakah laporan keuangan telah disajikan
secara wajar
2. Pemeriksaan Kinerja
Pemeriksaan atas laporan keuangan yang terdiri dari
aspek ekonomi dan efisiensi serta efektivitas
3. Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
Pemeriksaan yang meliputi hal-hal lain dibidang
keuangan, pemeriksaan investigative, dan sistem
pengendalian intern
15
Manajemen entitas yang diperiksa bertanggung
jawab untuk :
1. Mengelola keuangan negara secara tertib,
ekonomis, efisien, efektif, transparan dan
bertanggung jawab
2. Menyusun dan menyelenggarakan pengendalian
intern yang efektif
3. Menyusun dan menyampaikan laporan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara
4. Menindaklanjuti rekomendasi BPK

16
Pemeriksa secara profesional bertanggung jawab
untuk :
1. Merencanakan dan melaksanakan
pemeriksaan untuk memenuhi tujuan
pemeriksaan
2. Mempertahankan dan memperluas
kepercayaan publik
3. Menggunakan pertimbangan profesional
dalam menetapkan lingkup dan metodologi
4. Membantu manajemen dan para pengguna
laporan hasil pemeriksaan lainnya

17
Organisasi pemeriksa mempunyai tanggung
jawab untuk menyakinkan :
1. Independensi dan objektivitas dipertahankan
dalam seluruh tahap pemeriksaan
2. Pertimbangan profesional
3. Pemeriksaan dilakukan oleh personil yang
mempunyai kompetensi profesional, keahlian
dan pengetahuan yang memadai
4. Peer-review yang independen dilaksanakan
secara periodik

18
A. Pernyataan Standar Umum Pertama
Pemeriksa secara kolektif harus memiliki
kecakapan profesional yang memadai untuk
melaksanakan tugas pemeriksaan

1. Persayaratan Pendidikan Berkelanjutan


Pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan harus
memelihara kompetensinya melalui pendidikan
profesional berkelanjutan yangn harus
menyelesaikan paling sedikitn 80 jam pendidikan
secara langsung dan 20 jam dari 80 jam harus
diselesaikan dalam 1 tahun dari periode 2 tahun

19
2. Persyaratan Kemampuan/Keahlian Pemeriksa
Pemeriksa yang ditugasi untuk melaksanakan
pemeriksaan menurut Standar Pemeriksaan
harus memiliki :
 Pengetahuan tentang Standar Pemeriksaan yang
dapat diterapkan terhadap jenis pemeriksaan
 Pengetahuan umum tentang lingkungan, entitas,
program dan kegiatan yang diperiksa
 Keterampilan berkomunikasi secara jelas
 Keterampilan yang memadai untuk pemeriksaan
yang dilaksanakan

20
B. Pernyataan Standar Umum Kedua
"Dalam semua hal yang berkaitan dengan
pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan
pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan
penampilan dari gangguan pribadi, ekstern dan
organisasi yang dapat mempengaruhi
independensinya”.

1. Independensi
Pendapat, simpulan, pertimbangan atau
rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang
dilaksanakan tidak memihak dan dipandang
tidak memihak oleh pihak manapun.
Pemeriksa perlu mempertimbangkan tiga
macam gangguan terhadap independensi,
yaitu gangguan pribadi, ekstern, dan atau
organisasi.
21
2. Gangguan Pribadi
Gangguan pribadi yang disebabkan oleh suatu
hubungan dan pandangan pribadi mungkin
mengakibatkan pemeriksa membatasi lingkup
pertanyaan dan pengungkapan atau melemahkan
temuan dalam segala bentuknya. Gangguan pribadi
dan pemeriksa secara individu meliputi antara lain:
a) Memiliki hubungan pertalian darah ke atas, ke
bawah, atau semenda sampai dengan derajat
kedua dengan jajaran manajemen entitas atau
program yang diperiksa atau sebagai pegawai
dari entitas yang diperiksa dalam posisi yang
dapat memberikan pengaruh langsung dan
signifikan terhadap atau program yang
diperiksa.
b) Memiliki kepentingan keuangan baik secara
langsung maupun tidak langsung pada entitas
atau program yang diperiksa. 22
c) Pernah bekerja atau memberikan jasa kepada
entitas atau program yang diperiksa dalam
kurun waktu dua tahun terakhir.
d) Mempunyai hubungan kerja sama dengan
entitas atau program yang diperiksa
e) Terlibat baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam kegiatan objek pemeriksaan.
f) Adanya prasangka terhadap perorangan,
kelompok, organisasi atau tujuan suatu
program.
g) Pada masa sebelumnya mempunyai tanggung
jawab dalam pengambilan keputusan atau
pengelolaan suatu entitas.
.

23
h) Memiliki tanggung jawab untuk mengatur suatu
entitas atau kapasitas yang dapat mempengaruhi
keputusan entitas atau program yang diperiksa,
misalnya sebagai seorang direktur, pejabat atau
posisi senior lainnya dari entitas, aktivitas atau
program yang diperiksa atau sebagai anggota
manajemen dalam setiap pengambilan
keputusan, pengawasan atau fungsi monitoring
terhadap entitas, aktivitas atau program yang
diperiksa.
i) Adanya kecenderungan untuk memihak, karena
keyakinan politik atau sosial
j) Pelaksanaan pemeriksaan oleh seorang
pemeriksa, yang sebelumnya pernah sebagai
pejabat yang menyetujui faktur, klaim dan
pembayaran yang diusulkan oleh suatu entitas
atau program yang diperiksa.
24
k) Pelaksanaan pemeriksaan oleh
seorang pemeriksa, yang
sebelumnya pernah
menyelenggarakan catatan
akuntansi resmi atas entitas/ unit
kerja atau program yang diperiksa.
l) Mencari pekerjaan pada entitas
yang diperiksa selama pelaksanaan
pemeriksaan.

25
3. Gangguan Ekstern
Gangguan ekstern bagi organisasi pemeriksa
dapat membatasi pelaksanaan pemeriksaan
atau mempengaruhi kemampuan pemeriksa
dalam menyatakan pendapat atau simpulan
hasil pemeriksaannya secara independen dan
objektif Independensi dan objektivitas
pelaksanaan suatu pemeriksaan dapat
dipengaruhi apabila terdapat:
a) Campur tangan atau pengaruh pihak
ekstern yang membatasi atau mengubah
lingkup pemeriksaan secara tidak
semestinya
b) Campur tangan pihak ekstern terhadap
pemilihan dan penerapan prosedur
pemeriksaan atau pemilihan sampel
pemeriksaan. 26
c) Pembatasan waktu yang tidak wajar untuk
penyelesaian suatu pemeriksaan.
d) Campur tangan pihak ekstern mengenai
penugasan, penunjukan dan Promosi
pemeriksa.
e) Pembatasan terhadap sumber daya yang
disediakan bagi organisasi pemeriksa, yang
dapat berdampak negative terhadap
kemampuan organisasi pemeriksa tersebut
dalam melaksanakan pemeriksaan

27
f) Wewenang untuk menolak atau mempengaruhi
pertimbangan pemeriksa terhadap isi suatu laporan
hasil pemeriksaan.
g) Ancaman penggantian petugas pemeriksa atas ketidak
setujuan isi laporan hasil pemeriksaan, simpulan
pemeriksa, atau penerapan suatu prinsip akuntansi atau
kriteria lainnya.
h) Pengaruh yang membahayakan kelangsungan pemeriksa
sebagai pegawai, selain sebab-sebab yang berkaitan
dengan kecakapan pemeriksa atau kebutuhan
pemeriksaan.
i) Pemeriksa harus bebas dari tekanan politik agar dapat
melaksanakan pemeriksaan dan melaporkan temuan
pemeriksaan, pendapat dan simpulan secara objektif,
tanpa rasa takut akibat tekanan politik tersebut.

28
4. Gangguan Organisasi
Independensi organisasi
pemeriksa dapat dipengaruhi
oleh kedudukan, fungsi dan
struktur organisasinya.

29
C. Pernyataan Standar Umum Ketiga
“Dalam pelaksanaan pemeriksaan serta penyusunan laporan
hasil pemeriksaan, pemeriksa wajib menggunakan kemahiran
profesionalnya secara cermat dan seksama.“
1) Penggunaan Kemahiran Profesional Secara Cermat dan
Seksama.
Pernyataan standar ini mewajibkan pemeriksa untuk
kemahirannya secara profesional, cermat dan seksama,
memperhatikan prinsip-prinsip pelayanan atas kepentingan
publik serta memelihara integritas, objektifitas, dan
independensi dalam menerapkan terhadap kemahiran
professional terhadap setiap aspek pemeriksaannya.
30
D. Pernyataan Standar Umum Keempat
“Setiap organisasi pemeriksa yang melaksanakan
pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan harus
memiliki system pengendalian mutu yang memadai, dan
sistem pengendalian mutu tersebut harus direviu oleh pihak
lain yang kompeten (pengendalian mutu ekstern).”

31
Pengendalian Mutu
Sistem pengendalian mutu yang disusun oleh
organisasi pemeriksa harus dapat memberikan
keyakinan yang memadai bahwa organisasi
pemeriksa tersebut: (1) telah menerapkan dan
mematuhi standar Pemeriksaan yang telah berlaku;
(2) telah menetapkan dan mematuhi kebijakan dan
prosedur pemeriksaan yang memadai.
Organisasi pemeriksa yang melaksanakan
pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan
harus direviu paling tidak sekali dalam 5 (lima)
tahun oleh organisasi pemeriksa ekstern yang
kompeten, yang tidak mempunyai kaitan dengan
organisasi pemeriksa yang direviu.
32
Terima
kasih

33

Anda mungkin juga menyukai