Anda di halaman 1dari 35

ASAL TERBENTUKNYA

BATUAN INTRUSIF
INSERT THE TITLE
OF YOUR PRESENTATION HERE

ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts


Pengertian Batuan Beku

Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari proses pendinginan magma gunung berapi y
ang mengeras dengan atau tanpa proses kritalisasi yang berada bawah permukaan bumi yang dis
ebut sebagai batuan instrusif ataupun di atas permukaan bumi disebut sebagai batuan ekstrutifBat
uan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari proses pendinginan magma gunung berapi yang
mengeras dengan atau tanpa proses kritalisasi yang berada bawah permukaan bumi yang disebut
sebagai batuan instrusif ataupun di atas permukaan bumi disebut sebagai batuan ekstrutif.
Batuan beku instrusif (biasa disebut instrusi atau plutonik) adalah batuan beku yang berubah menj
adi kristal dari sebuah lelehan magma dibawah permukaan Bumi. Magma yang membeku di bawa
h tanah sebelum mereka mencapai permukaan bumi disebut dengan nama pluton. Nama Pluto dia
mbil dari nama Dewa Romawi dunia bawah tanah.

Sedangkan batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang terjadi pada proses keluarnya magma
ke permukaan bumi kemudian menjadi lava atau meledak secara dahsyat di atmosfer dan jatuh ke
mbali ke bumi sebagai batuan.
Panas bumi
Secara garis besar bumi ini terdiri dari tiga lapisan utama (Ga
mbar 2.1), yaitu kulit bumi (crust), selubung bumi (mantle) da
n inti bumi (core). Kulit bumi adalah bagian terluar dari bumi.
Ketebalan dari kulit bumi bervariasi, tetapi umumnya kulit bu
mi di bawah suatu daratan (continent) lebih tebal dari yang ter
dapat di bawah suatu lautan.
Lempeng-lempeng tersebut merupakan bentangan batuan setebal 64 – 14
5 km yang mengapung di atas astenosfer. Lempeng-lempeng ini bergerak
secara perlahan-lahan dan menerus. Di beberapa tempat lempeng-lempen
g bergerak memisah sementara di beberapa tempat lainnya lempeng-lem
peng saling mendorong dan salah satu diantaranya akan menujam di baw
ah lempeng lainnya

Adanya material panas pada kedalaman beberapa ribu kilometer di bawah permu
kaan bumi menyebabkan terjadinya aliran panas dari sumber panas tersebut hing
ga ke pemukaan. Hal ini menyebabkan tejadinya perubahan temperatur dari bawa
h hingga ke permukaan, dengan gradien temperatur rata-rata sebesar 30°C/km.
Di perbatasan antara dua lempeng (di daerah penujaman) harga laju aliran panas
umumnya lebih besar dari harga rata-rata tersebut.
Terjadinya sumber energi panas bumi di Indonesia serta karakteristi
knya Ada tiga lempengan yang berinteraksi di Indonesia, yaitu lem
peng Pasifik, lempeng India-Australia dan lempeng Eurasia. Tumbu
kan yang terjadi antara ketiga lempeng tektonik tersebut telah mem
berikan peranan yang sangat penting bagi terbentuknya sumber ene
rgi panas bumi di Indonesia. Tumbukan antara lempeng India-Austr
alia di sebelah selatan dan lempeng Eurasia di sebelah utara mengas
ilkan zona penunjaman (subduksi) di kedalaman 160 - 210 km di ba
wah Pulau Jawa-Nusatenggara dan di kedalaman sekitar 100 km (R
ocks et. al, 1982) di bawah Pulau Sumatera.
Tabel dibawah ini ditunjukkan klasifik
asi sistim panasbumi yang biasa digu
nakan
Klasifikasi Batuan beku
Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan cara terjadin
ya, kandungan SiO2, dan indeks warna. Dengan demikian da
pat ditentukan nama batuan yang berbeda-beda meskipun d
alam jenis batuan yang sama, menurut dasar klasifikasinya.
Menurut Rosenbusch (1877-1976)
a) Klasifikasi Berdasarkan Terjadinya :
Effusive rock, untuk batuan beku yang terbentuk di permukaan.
Dike rock, untuk batuan beku yang terbentuk dekat permukaan.
Deep seated rock, untuk batuan beku yang jauh di dalam bumi. Oleh W.T. Huan
g (1962), jenis batuan ini disebut plutonik, sedang batuan effusive disebut batu
an vulkanik.
b) Klasifikasi Kandungan Mineral, Kandungan Silika dan Tekstur :
Tabel rosenbusch digunakan dalam melakukan pendeterminasian batuan beku.
Tabel Rosenbusch berisi tentang komposisi mineral pada batuan beku yang kem
udian dihubungkan dengan tekstur pada batuan beku. Dengan mencocokan tak
stur batuan dan mineral penyusun batuan yang sedang diuji dengan data-data
yang terdapat pada tabel rosenbusch maka kita dapat dengan mudah mendeter
minasikan batuan beku.
B. Menurut Hamblin
Tabel hamblin ini tidak jauh berbeda dengan tabel rosenbusch karena sama-sa
ma berdasarkan komposisi mineral dan tekstur batuan, bedanya adalah pada ta
bel hamblin tekstur batuan kurang spesifik karena hanya berdasarkan ukuran b
utir sedangkan tabel rosenbusch berdasarkan ukuran butir, derajat kristalisasi da
n keseragaman butir.
Adapun tekstur batuan beku pada tabel hamblin ini adalah sebagai berikut :
a) Faneritik, pada tekstur ini terdapat kristal besar yang dapat dilihat dengan
mata telanjang.
b) Porfiritik-faneritik tekstur, tekstur ini dikarakteriskan oleh 2 kristal, yang ked
uanya bisa dilihat dengan mata telanjang.
c) Afanitik, pada tekstur ini kristal-kristalnya sangat kecil sehingga tidak bisa
dideteksi tanpa bantuan mikroskop.
d) Porfiritik-afanitik, tekstur ini adalah salah satu yang mana fenokris berk
umpul dalam matriks afanitik.
e) Seperti kaca, tekstur ini mirip dengan kaca biasa. Hal ini mungkin dalam u
nit yang besar.
f) Fragmental, tekstur ini terdiri dari pecahan kaku yang mengeluarkan mater
ial beku yang berkisar dari blok-blok besar hingga debu halus.
C. Menurut C.L. Hugnes (1962)
Klasifikasi berdasarkan kandungan SiO2 :
Batuan beku asam, apabila kandungan SiO2 lebih dari 66%.
Contohnya adalah riolit.
Batuan beku intermediate, apabila kandungan SiO2 antara 52% – 66%. Co
ntohnya adalah dasit.
Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara 45% – 52%. Contohnya
adalah andesit.
Batuan beku ultra basa, apabila kandungan SiO2 kurang dari 45%. Contoh
nya adalah basalt.
D. Menurut S.J. Shand (1943)
Klasifikasi berdasarkan indeks warna :
Leucoctaris rock, apabila mengandung kurang dari 30% mineral mafik.
Mesococtik rock, apabila mengandung 30% – 60% mineral mafik.
Melanocractik rock, apabila mengandung lebih dari 60% mineral mafik
E. Menurut S.J. Ellis (1948)
Klasifikasi berdasarkan indeks warna :
Holofelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%.
Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 10% sampai 40%.
Mafelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 40% sampai 70%.
Mafik, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.
F. Menurut Russell B. Travis (1955)
Berdasarkan ukuran butir mineral dan tempat terjadi :
Batuan beku dalam
Bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang menyusun batuan t
ersebut dapat dilihat dengan mata biasa tanpa bantuan alat pembesar. Ter
bentuk kurang lebih 3 – 4 km di bawah permukaan bumi, dan batuan dala
m sering disebut juga batuan plutonik atau batuan abisik. Struktur kristaln
ya adalah holokristalin atau berhablur penuh. Contoh batuannya adalah g
abbro dan granodiorit.
KLASIFIKASI BATUAN BERDASARKAN KOMPOSI
SI KIMIA

Batuan beku disusun oleh senyawa-senyawa kimia yang membentuk miner


al penyusun batuan beku. Salah satu klasifikasi batuan beku dari kimia adal
ah dari senyawa oksidanya, sepreti SiO2, TiO2, AlO2, Fe2O3, FeO, MnO, MgO,
CaO, Na2O, K2O, H2O+, P2O5, dari persentase setiap senyawa kimia dapat m
encerminkan beberapa lingkungan pembentukan meineral.
Pembagian Kimia Batuan Beku (asam & basa) Berdasarkan kandungan kimi
a oksida
Contohnya pada tabel berikut ini :
Kandungan senyawa kimia batuan ekstrusi identik dengan batuan intrusinya, as
alkan dalam satu kelompok

Dasar pembagian ini biasanya adalah kandungan oksida tertentu dalam batuan
seperti kandungan silika dan kandungan mineral mafik (Thorpe & Brown, 1985).
Pembagian batuan beku menurut kandungan SiO2 (silika) pada tabel di bawah :

Penamaan batuan berdasarkan kandungan mineral mafik pada tabel di bawah:


Berdasarkan kandungan kuarsa, alkali feldspar dan feldspatoid :
A. Batuan Felsik : Dominan felsik mineral, biasanya berw
arna cerah.
B. Batuan Mafik : Dominan mineral mafik, biasanya ber
warna gelap.
C. Batuan Ultramafik : 90% terdiri dari mineral mafik.

Komposisi kimia dapat pula digunakan untuk mengetahui beberapa aspek


yang sangat erat hubungannya dengan terbentuknya batuan beku, seperti
untuk mengetahui jenis magma, tahapan diferensiasi selama perjalanan m
agma ke permukaan dan kedalaman zona Benioff.
KLASIFIKASI BATUAN BEKU BERDASARKAN MINERALOGI

Dalam klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russel B. Travis, tekstur batuan beku
yang didasarkan pada ukuran butir mineralnya dapat dibagi menjadi:
a) Batuan Dalam
Batuan Dalam bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang menyusun batua
n tersebut dapat dilihat tanpa bantuan alat pembesar.
b) Batuan Gang
Batuan Gang bertekstur porfiritik dengan massa dasar faneritik.
c) Batuan Gang
Batuan Gang bertekstur porfiritik dengan massa dasar afanitik.
d) Batuan Lelehan
Batuan Lelehan bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak dapat dibedaka
n atau tidak dapat dilihat dengan mata biasa.
Menurut Heinrich (1956) batuan beku dapat diklasifikasikan menjadi beberap
a keluarga atau kelompok yaitu :
keluarga granit –riolit: bersifat felsik, mineral utama kuarsa, alkali felsparnya
melebihi plagioklas.
keluarga granodiorit –qz latit: felsik, mineral utama kuarsa, Na Plagioklas dal
am komposisi yang berimbang atau lebih banyak dari K Felspar
keluarga syenit –trakhit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid tidak dom
inant tapi hadir, K-Felspar dominant dan melebihi Na-Plagioklas, kadang plag
ioklas juga tidak hadir
keluarga monzonit –latit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau foid hadir dal
am jumlah kecil, Na-Plagioklas seimbang atau melebihi K-Felspar
keluarga syenit – fonolit foid: felsik, mineral utama felspatoid, K-Felspar mele
bihi plagioklas
keluarga tonalit – dasit: felsik hingga intermediet, mineral utama kuarsa dan
plagioklas (asam) sedikit/tidak ada K-Felspar
keluarga diorite – andesit: intermediet, sedikit kuarsa, sedikit K-Felspar, plagi
oklas melimpah
keluarga gabbro – basalt: intermediet-mafik, mineral utama plagioklas (Ca), s
edikit Qz dan K-felspar
keluarga gabbro – basalt foid: intermediet hingga mafik, mineral utama felsp
atoid (nefelin, leusit, dkk), plagioklas (Ca) bisa melimpah ataupun tidak hadir
keluarga peridotit: ultramafik, dominan mineral mafik (ol,px,hbl), plagioklas (C
a) sangat sedikit atau absen.
Formasi Batuan
Berdasarkan asal-usul batuan pada umumnya batuan formasi dibedakan menja
di batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.
1. Batuan Beku
Batuan Beku merupakan batuan yang berasal dari hasil pembentukan magma d
ibawah permukaan bumi atau hasil dari pembekuan lava dipermukaan. Pada um
umnya batuan beku memilik sifat atau ciri kristalin, masif, dan interlocking batu
annya rapat. Komposisi mineral dari batuan beku terdiri dari silika yang dijelask
an dari “Bowen Reaction Series”.
2. Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terjadi akibat litifikasi hasil reaksi
kimia tertentu dari hancuran batuan lain yang diendapkan dalam kena
mpakan berlapis pada permukaan lithosfer dan pada kondisi tekanan
dan temperatur rendah. Batuan sedimen terdiri dari batupasir, karbona
t dan lempung.
-Batupasir
Batupasir merupakan bagian dari batuan sedimen klastik detritus dan
sebetulnya yang dimaksud batupasir disini adalah batuan detritus pad
a umumnya berkisar dari lanau sampai konglomerat. Ukuran butir bat
upasir bekisar 1/16 - 2 mm. Batupasir digolongkan menjadi 3 kelomp
ok yaitu orthoquartizes, greywacke, dan arkose.
-Karbonat
Batuan karbonat merupakan batuan yang terjadi akibat proses pengen
dapan atau sedimentasi kimia dan biokimia yang berupa karbonat, sul
fat, silikat, phospat dan lain-lain. Batuan karbonat dikelompokan lagi
menjadi limestone dan dolomit.
-Lempung
Batuan lempung/ shale merupakan batuan yang tersusun dari mineral
clay. Jenis clay yang sering terdapat dalam formasi hidrokarbon, yaitu
Montmorillonite, Illite dan Kaolinite.
3. Batuan Metamorf
Batuan metamorf adalah batuan hasil ubahan dari batu asal (batuan beku,
sedimen atau metamorf) akibat perubahan temperatur, tekanan, atau kedu
anya. Proses ubahan tersebut terjadi dalam suasana padat melalui proses i
sokimia, dimana susunan batuan tidak berubah, tetapi yang berubah hany
a susunan mineralogi sehingga terbentuk mineral baru.
Banyak istilah yang menggunakan kata formasi. misalkan dalam sepak bol
a ada formasi 4-4-2. namun berbeda lagi di bidang geologi. dalam dunia
geologi, terdapat istilah formasi batuan. apakah itu? formasi batuan adala
h suatu unit batuan yang tersusun secara lateral yang memiliki suatu kara
kteristik tertentu sehingga bisa dibedakan dengan formasi yang lain.
TEKSTUR BATUAN BEKU
Pengertian tekstur batuan mengacu pada kenampakan butir-butir mineral
yang ada di dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran butir, bent
uk butir, granularitas, dan hubungan antar butir (fabric).
Tekstur merupakan hasil dari rangkaian proses sebelum, dan sesudah kris
talisasi. Pengamatan tekstur meliputi :
Tingkat kristalisasi
Tingkat kristalisasi batuan beku dibagi menjadi :
Holokristalin, jika mineral-mineral dalam batuan semua berbentuk kristal-k
ristal.
Hipokristalin, jika sebagian berbentuk kristal dan sebagian lagi berupa min
eral gelas.
Holohialin, jika seluruhnya terdiri dari gelas.
Ukuran kristal.
Ukuran kristal adalah sifat tekstural yang paling mudah dikenali.ukuran kri
stal dapat menunjukan tingkat kristalisasi pada batuan.
Granularitas
Pada batuan beku non fragmental tingkat granularitas dapat dibagi menja
di beberapa macam yaitu:
a) Equigranulritas Disebut equigranularitas apabila memiliki ukuran kristal
yang seragam. Tekstur ini dibagi menjadi 2 :
Fenerik Granular bila ukuran kristal masih bisa dibedakan dengan mata tel
anjang.
Afinitik apabila ukuran kristal tidak dapat dibedakan dengan mata telanja
ng atau ukuran kristalnya sangat halus.
b) Inequigranular Apabila ukuran kristal tidak seragam. Tekstur ini dapat di
bagi lagi menjadi : Faneroporfiritik bila kristal yang besar dikelilingi oleh k
ristal-kristal yang kecil dan dapat dikenali dengan mata telanjang.
Porfiroafinitik,bila fenokris dikelilingi oleh masa dasar yang tidak dapat dik
enali dengan mata telanjang.
c) Gelasan (glassy) Batuan beku dikatakan memilimki tekstur gelasan apab
ila semuanya tersusun atas gelas.
Bentuk Butir
a) Euhedral, bentuk kristal dari butiran mineral mempunyai bidang kristal
yang sempurna.
b) Subhedral,bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian bid
ang kristal yang sempurna.
c) Anhedral, berbentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh bidang k
ristal yang tidak sempurna. Fanerik (phaneric)
Didalam pemerian masroskopik, dikenal tekstur-tekstur yang utama batuan yaitu :
Batuan terdiri dari mineral yang dapat diamati secara makroskopik, berbutir (krist
al) kasar, umumnya lebih besar dari 1 mm sampai lebih besar dari 5 mm. Pada pe
ngamatan lebih seksama dibawah mikroskop, dapat dibedakan bentuk-bentuk kri
stal yang sempurna (euhedral), sebagaian sisi kristal tidak baik (subhedral) bentuk
kristal tak baik (anhedral).
Afanitik (aphanitic)
Terdiri dari mineral berbutir (kristal) halus, berukuran mikroskopik, lebih kecil
dari 1 mm, dan tidak dapat diamati dibawah pengamatan biasa.
Porfiritik (Porphyritic)
Tekstur ini karakteristik pada batuan beku, yang memperlihatkan adanya butiran (
kristal) yang tidak seragam (inequigranular), dimana butiran yang besar, disebut s
ebagai fenokris (phenocryst), berbeda didalam masadasar (groundmass) atau mat
riks (matrix) yang lebih halus.
Vesikuler (Vesicular)
Tekstur yang ditujukkan adanya rongga (vesicle) pada batuan, berbentuk lonjong,
oval atau bulat. Rongga-rongga ini adalah bekas gelembung gas yang terperangk
ap pada saat pendinginan. Bila lubang-lubang ini telah diisi mineral disebut amyg
daloidal.
Gelas (glassy)
Tekstur yang menyerupai gelas, tidak mempunyai bentuk kristal (amorph). Bebera
pa tekstur karakteristik yang masih dapat diamati secara makroskopik diantaranya
adalah; tekstur ofitik (ophytic) atau tekstur diabasik (diabasic).
Proses terbentuknya Magma
Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah
bersifat mobile, bersuhu antara 900 ° - 1200 °C atau lebih dan berasal dai ker
ak bumi bagian bawah atau selubung bumi bagian atas.

Komposisi kimiawi magma dari contoh-contoh batuan beku terdiri dari :


Senyawa-senyawa yang bersifat non volatile dan merupakan senyawa oksida
dalam magma. Jumlahnya sekitar 99% dari seluruh isi magma , sehingga mer
upakan mayor element, terdiri dari SiO2, Al2O3, Fe2O3, FeO, MnO, CaO, Na2
O, K2O, TiO2, P2O5.
Senyawa volatil yang banyak pengaruhnya terhadap magma, terdiri dari fraksi
-fraksi gas CH4, CO2, HCl, H2S, SO2 dsb.
Unsur-unsur lain yang disebut unsur jejak (trace element) dan merupakan min
or element seperti Rb, Ba, Sr, Ni, Li, Cr, S dan Pb.

Dally 1933, Winkler berpendapat lain yaitu magma asli (primer) adalah bersifa
t basa yang selanjutnya akan mengalami proses diferensiasi menjadi magma y
ang bersifat lain.
Bunsen mempunyai pandapat bahwa ada dua jenis magma primer, yaitu basal
tis dan granitis dan batuan beku merupakan hasil campuran dari dua magma
ini yang kemudian mempunyai komposisi lain.
EVOLUSI MAGMA
Magma dapat berubah menjadi magma yang bersifat lain oleh proses-proses s
ebegai berikut :
v Hibridasi : Pembentukan magma baru karena pencampuran dua magma ya
ng berlainan jenisnya.
v Sinteksis :Pembentukan magma baru karena proses asimilasi dengan batua
n samping.
v Anateksis : Proses pambentukan magma dari peleburan batuan pada kedala
man yang sangat besar.
Dari magma dengan kondisi tertentu ini selanjutnya mengalami differen
siasi magma. Diferensiasi magma ini meliputi semua proses yang mengubah m
agma dari keadaan awal yang homogen dalam skala besar menjadi masa batu
an beku dengan komposisi yang bervariasi.
Proses-proses diferensiasi magma meliputi :

•Fragsinasi ialah pemisahan kristal dari larutan magma,karena proses kristalis


asi berjalan tidak seimbang atau kristal-kristal pada waktu pendinginan tidak
dapat mengikuti perkembangan. Komposisi larutan magma yang baru ini terj
adi terutama karena adanya perubahan temperatur dan tekanan yang menyo
lok dan tiba-tiba.
•Crystal Settling/Gravitational Settling adalah pengendapan kristal oleh gravit
asi dari kristal-kristal berat Ca, Mg, Fe yang akan memperkaya magma pada
bagian dasar waduk. Disini mineral silikat berat akan terletak dibawah minera
l silikat ringan.
•Liquid Immisibility ialah larutan magma yang mempunyai suhu rendah akan
pecah menjadi larutan yang masing-masing akan membeku membentuk bah
an yang heterogen.
•Crystal Flotation adalah pengembangan kristal ringan dari sodium dan pota
ssium yang akan memperkaya magma pada bagian atas dari waduk magma.
•Vesiculation adalah proses dimana magma yang mengandung komponen se
perti CO2, SO2, S2, Cl2, dan H2O sewaktu naik kepermukaan membentuk gel
embung-gelembung gas dan membawa serta komponen volatile Sodium (Na
) dan Potasium(K).
•Difussion ialah bercampurnya batuan dinding dengan magma didalam wadu
k magma secara lateral
PROSES PEMBENTUKAN MAGMA
Magma dalam kerak Bumi dapat terbentuk sebagai akibat dari perbentura
n antara 2 (dua) lempeng litosfir, dimana salah satu dari lempeng yang be
rinteraksi itu menunjam dan menyusup kedalam astenosfir. Sebagai akibat
dari gesekan yang berlangsung antara kedua lempeng litosfir tersebut, ma
ka akan terjadi peningkatan suhu dan tekanan, ditambah dengan penamb
ahan air berasal dari sedimen-sedimen samudra akan disusul oleh proses
peleburan sebagian dari litosfir (gambar berikut):
Sumber magma yang terjadi sebagai akibat dari peleburan tersebut akan
menghasilkan magma yang bersusunan asam (kandungan unsur SiO2 lebi
h besar dari 55%). Magma yang bersusunan basa, adalah magma yang ter
jadi dan bersumber dari astenosfir. Magma seperti itu didapat di daerah-d
aerah yang mengalami gejala regangan yang dilanjutkan dengan pemisah
an litosfir.
Massa Batuan

Klasifikasi massa batuan dikembangkan untuk mengatasi permasalahan ya


ng timbul di lapangan secara cepat dan tidak ditujukan untuk mengganti
studi analitik, observasi lapangan, pengukuran, dan engineering judgemen
t. Beberapa klasifikasi massa batuan yang dikenal saat ini adalah:
1. Metode klasifikasi beban batuan (rock load)
2. Klasifikasi stand-up time
3. Rock Quality Designation (RQD)
4. Rock Structure Rating (RSR)
5. Rock Mass Rating (RMR)
6. Q-system
1. Metode klasifikasi beban batuan (rock load)
Metode ini diperkenalkan oleh Karl von Terzaghi pada tahun 1946. Merup
akan metode pertama yang cukup rasional yang mengevaluasi beban bat
uan untuk desain terowongan dengan penyangga baja. Metode ini telah d
ipakai secara berhasil di Amerika selama kurun waktu 50 tahun. Akan teta
pi pada saat ini metode ini sudah tidak cocok lagi dimana banyak sekali t
erowongan saat ini yang dibangun dengan menggunakan penyangga bet
on dan rockbolts.

2. Klasifikasi Stand-up time


Metode ini diperkenalkan oleh Laufer pada 1958. Dasar dari metode ini ad
alah bahwa dengan bertambahnya span terowongan akan menyebabkan b
erkurangnya waktu berdirinya terowongan tersebut tanpa penyanggaan.
Metode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan klasifikasi massa
batuan selanjutnya. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap stand-up ti
me adalah: arah sumbu terowongan, bentuk potongan melintang, metode
penggalian, dan metode penyanggaan.
3. Rock Quality Designation (RQD)
RQD dikembangkan pada tahun 1964 oleh Deere. Metode ini didasarkan
pada penghitungan persentase inti terambil yang mempunyai panjang 10
cm atau lebih. Dalam hal ini, inti terambil yang lunak atau tidak keras tida
k perlu dihitung walaupun mempunyai panjang lebih dari 10cm. Diameter
inti optimal yaitu 47.5mm. Nilai RQD ini dapat pula dipakai untuk memper
kirakan penyanggaan terowongan. Saan ini RQD sebagai parameter stand
ar dalam pemerian inti pemboran dan merupakan salah satu parameter d
alam penentuan klasifikasi massa batuan RMR dan Q-system

RQD didefinisikan sebagai:

Berdasarkan nilai RQD massa batuan diklasifikasikan sebagai:


RQD Kualitas massa batuan
< 25% Sangat jelek
25 – 50% Jelek
50 – 75% Sedang
75 – 90% Baik
90 – 100% Sangat baik
4. Rock Structure Rating (RSR)
RSR diperkenalkan pertama kali oleh Wickam, Tiedemann dan Skinner pad
a tahun 1972 di AS. Konsep ini merupakan metode kuantitatif untuk meng
gambarkan kualitas suatu massa batuan dan menentukan jenis penyangga
an di terowongan. Motode ini merupakan metode pertama untuk menent
ukan klasifikasi massa batuan yang komplit setelah diperkenalkannya klasif
ikasi massa batuan oleh Terzaghi 1946.
RSR merupakan penjumlahan rating dari parameter-parameter pembentuk
nya yang terdiri dari 2 katagori umum, yaitu:
• Parameter geoteknik; jenis batuan, pola kekar, arah kekar, jenis bidang le
mah, sesar, geseran, dan lipatan, sifat material; pelapukan, dan alterasi.
• Parameter konstruksi; ukuran terowongan, arah penggalian, metode pen
ggalian
5. Rock Mass Rating (RMR)
Bieniawski (1976) mempublikasikan suatu klasifikasi massa batuan yang di
sebut Klasifikasi Geomekanika atau lebih dikenal dengan Rock Mass Ratin
g (RMR). Setelah bertahun-tahun, klasifikasi massa batuan ini telah menga
lami penyesuaian dikarenakan adanya penambahan data masukan sehingg
a Bieniawski membuat perubahan nilai rating pada parameter yang diguna
kan untuk penilaian klasifikasi massa batuan tersebut. Pada penelitian ini,
klasifikasi massa batuan yang digunakan adalah klasifikasi massa batuan v
ersi tahun 1989 (Bieniawski, 1989). 6 Parameter yang digunakan dalam kla
sifikasi massa batuan menggunakan Sistim RMR yaitu:
1. Kuat tekan uniaxial batuan utuh.
2. Rock Quality Designatian (RQD).
3. Spasi bidang dikontinyu.
4. Kondisi bidang diskontinyu.
5. Kondisi air tanah.
6. Orientasi/arah bidang diskontinyu.
6. Q-system
Q-system diperkenalkan oleh Barton et al pada tahun 1974. Nilai Q didefi
nisikan sebagai:

Dimana:
RQD adalah Rock Quality Designation
Jn adalah jumlah set kekar
Jr adalah nilai kekasaran kekar
Ja adalah nilai alterasi kekar
Jw adalah faktor air tanah
SRF adalah faktor berkurangnya tegangan
• RQD/Jn merepresentasikan struktur massa batuan
• Jr/Ja merepresentasikan kekasaran dan karakteritik gesekan diantara bid
ang kekar stsu material pengisi
• Jw/SRF merepresentasikan tegangan aktif yang bekerja
• Berdasarkan nilai Q kemudian dapat ditentukan jenis penyanggaan yang
dibutuhkan untuk terowongan.

Anda mungkin juga menyukai