VISI
ISSUE
SOSIAL LINGKUNGAN EKONOMI KELEMBAGAAN
AKTIFITAS
HASIL
Gambaran yang ingin dicapai
Medan
Samudera Pasifik
SINGAPORE (Amerika, Kanada,
Entikong Bontang Manado Amerika Latin)
Gorontalo
Pekanbaru Ternate
Batam
Pontianak
Samarinda Sorong
Jambi Biak
Palangkaraya Palu
Padang
Pangkal Pinang Balikpapan
Jayapura
Palembang Pangkalan Bun Mamuju
Banjarmasin
Bengkulu Kendari Ambon
Lampung Makasar
JAKARTA
Serang Semarang
Surabaya
Bandung
Samudera Hindia
Malang DILLI
(Afrika, Australia) Yogyakarta Merauke
Denpasar Mataram
Pulau Besar Samudera Hindia (Australia,
Kupang
Pola Sebaran Permukiman Selandia Baru)
Gugus Pulau Samudra
Gugus Pulau Pantai Poros Pengembangan Startegis Global/Nasional Jalur Patahan dan Sesar Alur Pelayaran Internasional
Pegunungan Tinggi Poros Pengembangan Strategis Sub Regional Batas Teritorial Kota PKN
Kawasan Andalan Poros Pengembangan Strategis Nasional Batas ZEE
POKOK-POKOK
KERANGKA PENGEMBANGAN STRATEGIS (1)
1. Menetapkan Poros Pengembangan Strategis Global/Nasional meliputi:
Poros global pengembangan koridor timur Sumatra, koridor utara Jawa
sampai ke NTT; poros koridor barat dan timur Kalimantan; poros koridor
barat Sulawesi menerus ke Menado dan Jayapura – Merauke; Poros
Nasional Padang-Pekanbaru, Bengkulu-Palembang; Batam-Pekanbaru,
Pangkal Pinang-Palembang, Bandung Jakarta, Yogya Semarang, Malang
Surabaya, Pangkalan Bun Palangkaraya Banjarmasin, Kendari Makasar
dan Ambon Ternate.
2. Percepatan pengembangan kawasan andalan pada poros
pengembangan, terutama pengembangan kawasan tertentu cepat
tumbuh (Metropolitan Jabodetabek Punjur, Mebidang, Gerbang Kerta
Susila, Maminasata, Bandung Raya)
3. Dukungan pembangunan kawasan perbatasan serta pulau kecil terluar
4. Mengembangkan keterkaitan sosial ekonomi antar daerah terutama
pengembangan sistem jaringan transportasi nasional, termasuk jalan,
yang mempunyai akses yang tinggi ke pelabuhan di sepanjang poros
pengembangan
5. Pengembangan infrastruktur Pelabuhan Laut dengan
menetapkan pelabuhan internasional terutama
penetapan hub internasional, penentuan rute pelayaran
yang efektif dan kompatibel dengan alur pelayaran
internasional, dan pengembangan galangan kapal
b. Pulau-pulau kecil memiliki sejumlah besar spesies-spesies endemik dan keaneka ragaman
hayati yang tipikal yang bernilai tinggi. Apabila terjadi perubahan lingkungan pada daerah
tersebut, maka akan sangat mengancam keberadaan spesies-spesies tadi.
c. Untuk pulau kecil yang letaknya jauh dari pusat pertumbuhan, pembangunannya tersendat akibat
sulitnya transportasi dan SDM. Pulau ini tetap bisa dikembangkan akan tetapi diperlukan biaya
yang lebih besar untuk pengembangannya.
d. Pulau-pulau kecil memiliki daerah tangkapan air yang sangat terbatas sehingga ketersediaan air
tawar merupakan hal yang memprihatinkan. Untuk kegiatan pengembangan seperti pariwisata,
industri dan listrik tenaga air, sebagai contoh, akan sangat terbatas.
e. Pengelolaan pulau-pulau kecil belum terintegrasi dengan pengelolaan daerah pesisir kecuali
pulau-pulau terpencil di gugusan kepulauan di Propinsi Maluku. Hal lain yang sering menjadi
masalaha adalah keterbatasan pemerintah daerah dan kurangnya dana untuk mengembangkan
pulau-pulau sekitar.
f. Sampai dengan saat ini belum ada klasifikasi menyangkut keadaan biofisik, sosial ekonomi
terhadap pulau-pulau kecil yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pengelolaan atas alokasi
sumberdaya alam agar lebih efektif.
g. Ancaman terhadap pembangunan berkelanjutan:
- Pencemaran;
- Kondisi tangkap lebih (Overfishing);
- Degradasi fisik habitat pesisir utama (mangrove dan terumbu karang);
1. Pengaturan ruang Pulau-pulau Kecil sebagai salah satu upaya pengelolaan sumber daya
nasional yang tersedia di wilayah provinsi maupun di wilayah Kota/Kabupaten adalah
kewenangan Daerah;
3. Dalam melaksanakan otonomi daerah di bidang penataan tata ruang pulau-pulau Kecil
perlu direncanakan dan ditetapkan dalam suatu Peraturan Daerah (Perda) yang kelak
mengarahkan berbagai aktivitas pembangunan daerah, baik di tingkat provinsi maupun di
tingkat kabupaten dan/atau kota.
5. Bagaimana perencanaan tata ruang laut diupayakan sebagai suatu rangkaian proses
yang memenuhi kaidah ilmiah yang dipraktekkan relatif dilegitimasi dan berhasil selama
ini.
3. Konsep tata ruang terpadu darat NSI dan laut (Indra, 2002);