Anda di halaman 1dari 60

STRUKTUR BETON 2

OLEH
JUANITA, ST.,M.Eng
NIDN : 810078403
SISTEM PENILAIAN
 ABSENSI : 10%
 TUGAS/KUIS : 15%
 MID : 30%
 UAS : 45%
MATERI KULIAH
 PENDAHULUAN
 BALOK PERSEGI DAN PLAT BERTULANGAN TARIK SAJA
 PENAMPANG BALOK T DAN BALOK BERTULANGAN
RANGKAP
 PENULANGAN GESER DAN PUNTIR BALOK TERLENTUR
 METODE PERENCANAAN ELASTIK (??????)
 PANJANG PENYALURAN DAN SAMBUNGAN BAJA
TULANGAN
 STRUKTUR BENTANG MENERUS DAN PLAT DUA ARAH
 KEMAMPUAN KELAYANAN
 MID
PENDAHULUAN
SIFAT BAHAN BETON DAN MEKANIKA LENTUR

Beton Agregat halus + Agregat Kasar pasir +


batu/batu pecah + semen + air dengan atau tanpa bahan
tambah
kekuatan beton dan daya tahan (durabillity) :
nilai banding campuran dan mutu bahan susun
metode pelaksanaan pengecoran
pelaksanaan finishing
temperatur
kondisi perawatan pengerasannya
Kuat tarik beton 9-15% dari kuat tekannya.
 fc’ 20 Mpa ke atas : penakaran berat
 Sampai dengan fc’ 20 Mpa : boleh perbandingan volume, dimana
volume tersebut hasil konversi takaran berat sewaktu membuat
campuran
 Tidak lebih dari fc’ 10 mpa : perbandingan volume
 Kuat tekan beton pada umur 28 hari + 10-65 Mpa
untuk struktur beton bertulang kuat tekannya berkisar 17-30 Mpa
untuk beton prategang dibutuhkan kuat tekan lebih tinggi sekitar
30-45 Mpa
untuk keperluan khusus , beton ready mix bisa mencapai 62 Mpa
dan untuk memproduksi beton berkekuatan tinggi tersebut
umumnya dilakukan dengan pengawasan ketat dalam labolatorium.
 Kuat tekan beton pd umur 7 hari mencapai 70% dan kuat tekan
beton pd umur 14 hari mencapai 85%-90% kekuatan beton pada
umur 28 hari
 Alat uji kuat tekan beton ASTM (American Society For
Testing Materials) c 39-86
 Benda uji : silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300
mm
Tegangan (Mpa)

40

30

fc’ maksimum
20

Regangan (mm)

0,001 0,002 0,003 0,004

Tegangan Tekan Benda Uji Beton


 Kuat beton terhadap gaya Tarik
Nilai kuat tekan dan tarik beton tidak berbanding lurus,
setiap usaha perbaikan mutu kekuatan tekan hanya disertai
peningkatan kecil nilai kuat tariknya. Kuat tarik bahan beton
yang tepat sulit sekali diukur. Suatu nilai pendekatan yang
umum dilakukan dengan menggunakan modulus of rupture
adalah tegangan tarik lentur beton yang timbul pada
pengujian hancur balok beton polos (tanpa tulangan), sebagai
pengukur kuat tarik sesuai teori elastisitas.
kuat tarik bahan beton juga di tentukan melalui pengujian split
silinder yg umumnya memberikan hasil yang lebih baik dan
mencerminkan kuat tarik beton yang sebenarnya. Hasil
pengujian berulang mencapai 0,5-0,6 . Sehingga untuk
beton normal di gunakan 0,57 .
 Sifat rangkak dan susut beton
Pada beton yang sedang menahan beban akan terbentuk suatu
hubungan tegangan dan regangan yang merupakan fungsi dari
suatu pembebanan.
beton menunjukkan sifat elastis murni hanya pada waktu
menahan beban singkat. Sedangkan pada beban tidak singkat,
sementara beton mengalami regangan dan tegangan akibat
beban terjadi pula peningkatan regangan sesuai dengan jangka
waktu pembebanan. Hal ini disebut dengan deformasi
rangkak (creep). Rangkak adalah sifat dimana beton
mengalami perubahan bentuk (deformasi) permanen akibat
beban tetap yang bekarja padanya.
besarnya deformasi rangkak sebanding dengan besarnya
beban yang ditahan dan juga jangka waktu pembebanan.
Pada umumnya rangkak tidak mengakibatkan dampak langsung pada kekuatan
struktur, akan tetapi mengakibatkan redistribusi tegangan pada beban kerja dan
kemudian mengakibatkan terjadinya peningkatan lendutan (defleksi).
pada umumnya proses creep (rangkak) selalu dihubungkan dengan susut karena
keduanya terjadi bersamaan dan seringkali memberikan pengaruh yang sama
yaitu deformasi yang bertambah sesuai dengan berjalannya waktu.
faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya rangkak :
1. Sifat bahan dasar seperti komposisi dan kehalusan semen, kualitas adukan dan
kandungan mineral dalam agregat.
2. Rasio air terhadap jumlah semen atau kadar air
3. Suhu pada waktu proses pengerasan
4. Kelembaban nisbi selama penggunaan
5. Umur beton pada saat beban bekerja
6. Lama pembebanan
7. Nilai tegangan
8. Nilai banding luas permukaan dan volume komponen struktur
9. Nilai slump.
sedangkan proses susut didefinisikan sebagai perubahan
volume yang tidak berhubungan dengan beban.
pada umumnya faktor-faktor yang mempengaruhi rangkak
juga mempengaruhi susut, khususnya faktor-faktor yang
berhubungan dengan kehilangan kelembaban.
BAJATULANGAN
Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai
tertentu tanpa mengalami retak-retak. Untuk itu agar
beton dapat bekerja dengan baik dalam suatu sistem
struktur , perlu dibantu dengan memberikan perkuatan
penulangan yang terutama akan mengemban tugas
menahan gaya tarik yang akan timbul dalam sistem.
Agar dapat berlangsung lekatan erat antara baja tulangan
dengan beton, selain batang polos berpenampang bulat
(BJTP) juga di gunakan batang deformasian (BJTD) yaitu
batang tulangan baja yang permukaannya di kasarkan secara
khusus, di beri strip teratur dengan pola tertentu atau batang
tulangan yang dipilin pada proses produksinya.
sifat fisik batang tulangan baja yang paling penting untuk
digunakan dalam perhitungan perencanaan beton bertulang
adalah tegangan luluh (fy) dan modulus elastisitas (Es).
Tegangan luluh (titik luluh) baja ditentukan melalui prosedur
pengujian standart sesuai SII 0136-84 dengan ketentuan
bahwa tegangan luluh adalah tegangan baja pada saat dimana
meningkatnya tegangan tidak disertai dengan peningkatan
regangannya.
Modulus elastisitas baja tulangan ditentukan berdasarkan
kemiringan awal kurva tegangan regangan di daerah elastik
dimana antara mutu baja yang satu dengan yang lainnya tidak
banyak bervariasi.
ketentuan SK SNI T-15-1991-03 menetapkan bahwa nilai
modulus elastisitas baja adalah 200.000 Mpa.
BALOK PERSEGI DAN PLAT BERTULANGAN TARIK
SAJA
 PENDAHULUAN
untuk memperhitungkan kemampuan dan kapasitas dukung
komponen struktur beton terlentur (balok, plat, dinding, dan
sebagainya), sifat bahan utama bahwa bahan beton kurang
mampu menahan tegangan tarik akan menjadi dasar
pertimbangan. Dengan cara memperkuat dengan batang
tulangan baja pada daerah dimana tegangan tarik bekerja akan
didapat apa yang dinamakan struktur beton bertulang.
Apabila dirancang dan dilaksanakan dengan cara yang seksama
struktur beton bertulang dengan susunan bahan seperti
tersebut diatas akan memberikan kemampuan yang dapat
diandalkan untuk melawan lenturan.
Karena tulangan baja dipasang di daerah tegangan tarik
bekerja, didekat serat terbawah, maka secara teoritis balok
disebut sebagai bertulangan baja tarik saja.
harap dicatat bahwa dibagian tekan suatu penampang
umumnya juga dipasang perkuatan tulangan, akan tetapi
dengan pengertian dan mekanisme yang berbeda. Kecuali itu,
agar penulangan membentuk suatu kerangka kokoh yang
stabil umumnya pada masing-masing sudut komponen perlu
dipasangi tulangan baja.
 METODE ANALISIS DAN PERENCANAAN
perencanaan komponen struktur beton dilakukan sedemikian
rupa sehingga tidak timbul retak berlebihan pada penampang
sewaktu mendukung beban kerja, dan masih mempunyai
cukup keamanan serta cadangan kekuatan untuk menahan
beban dan tegangan lebih lanjut tanpa mengalami runtuh.
seperti diketahui untuk bahan yang bersifat sama atau elastic,
distribusi regangan maupun tegangannya linier berupa garis
lurus dari garis netral kenilai maksimum diserat tepi terluar.
meskipun disadari bahwa pada kenyataannya bahan beton
bersifat tidak serba sama (nonhomogeneus) dan tidak
sepenuhnya elastic.
Belakangan ini telah dikenal metode pendekatan lain yang lebih
realistik, ialah bahwa hubungan sebanding antara tegangan dan
regangan dalam beton terdesak hanya berlaku sampai pada suatu
batas keadaan pembebanan tertentu yaitu pada tingkat beban
sedang.
pendekatan ini dinamakan metode perencanaan kekuatan (Ultimate
Strength Design Method, USD Method) atau metode perencanaan kuat
ultimit.
Anggapan-anggapan yang dipakai sebagai dasar untuk metode
kekuatan (ultimit) pada prinsip dasarnya mirip dengan yang
digunakan untuk metode elastic (metode tegangan kerja).
Perbedaannya terletak pada kenyataan yang didapat dari hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa tegangan beton tekan kira-
kira sebanding dengan regangannya hanya sampai pada tingkat
pembebanan tertentu.
Pada tingkat pembebanan ini, apabila beban ditambah terus,
keadaan sebanding akan lenyap dan diagram tegangan tekan
pada penampang balok beton akan berubah bentuk setara
dengan kurva tegangan regangan beton tekan.

pada metode tegangan kerja, beban yang diperhitungkan


adalah service loads (beban kerja), sedangkan penampang
komponen struktur direncanakan dan dianalisa berdasarkan
nilai tegangan tekan lentur ijin yang umumnya ditentukan
bernilai 0,45 fc’, dimana pola distrbusi tegangan tekan linier
atau sebanding lurus dengan jarak terhadap garis netral.
Sedangkan pada metode kekuatan (ultimit), service loads
diperbesar, dikalikan suatu faktor beban dengan maksud
untuk memperhitungkan terjadinya beban pada saat
keruntuhan telah diambang pintu.
Kemudian dengan menggunakan beban kerja yang sudah di
perbesar (beban terfaktor) tersebut, struktur direncanakan
sedemikian rupa sehingga didapat nilai kuat guna pada saat
runtuh yang besarnya kira-kira lebih kecil sedikit dari kuat
batas runtuh yang sesungguhnya.
Kekuatan pada saat runtuh tersebut dinamakan kuat ultimit
dan beban yang bekerja pada atau dekat dengan saat runtuh
dinamakan beban ultimit.
Untuk membahas metode kekuatan lebih lanjut, berikut ini
diberikan tinjauan ulang perilaku balok beton bertulang bentang
sederhana untuk memikul beban yang berangsur meningkat dari
mula-mula kecil sampai pada suatu tingkat pembebanan yang
menyebabkan hancurnya struktur.
pada beban kecil dengan menganggap belum terjadi retak pada
beton,secara bersama-sama beton dan baja tulangan bekerja
menahan gaya-gaya dimana gaya tekan ditahan oleh beton saja.
distribusi tegangan akan tampak seperti gambar dibawah ini,
dimana distribusi tegangannya linier, bernilai nol pada garis netral
dan sebanding dengan regangan yang terjadi.
kasus demikian terjadi bila tegangan maksimum yang timbul pada
serat tarik masih cukup rendah, nilainya dibawah modulus of rupture.
Pada beban sedang, kuat tarik beton dilampaui dan beton
mengalami retak-retak rambut seperti pada gambar.

Karena beton tidak dapat meneruskan gaya tarik melintasi


daerah retak karena terputus-putus, baja tulangan akan
mengambil alih memikul seluruh gaya tarik yang timbul.

Distribusi tegangan untuk penampang pada atau dekat bagian


yang retak tampak seperti gambar dan hal yang demikian
diperkirakan akan terjadi pada nilai tegangan beton sampai
dengan 0,5fc’. Pada keadaan tersebut tegangan beton tekan
masih dianggap bernilai sebanding dengan nilai regangannya.
Pada beban yang lebih besar lagi nilai regangan serta tegangan
tekan akan meningkat dan cenderung untuk tidak saling
sebanding antara keduanya, dimana tegangan beton tekan
akan membentuk kurva nonlinier.

Kurva tegangan diatas garis netral (daerah tekan) berbentuk


sama dengan kurva tegangan regangan seperti gambar
berikut.
Pada gambar tersebut dapat dilihat distribusi tegangan dan
regangan yang timbul pada atau dekat keadaan pembebanan
ultimit, dimana apabila kapasitas batas kekuatan beton terlampaui
dan tulangan baja mencapai luluh, balok mengalami hancur.
sampai dengan tahap ini tampak bahwa tercapainya kapasitas
ultimit merupakan proses yang tidak dapat berulang. Komponen
struktur telah retak dan tulangan baja meluluh, mulur, terjadi
lendutan besar dan tidak dapat kembali ke panjang semula. Bila
komponen lain dimana sistem mengalami hal yang sama, mencapai
kapasitas ultimitnya, struktur secara keseluruhan akan remuk
dalam strata runtuh atau setengah runtuh meskipun belum hancur
secara keseluruhan.
Walaupun tidak dapat dijamin sepenuhnya untuk dspat terhindar
dari keadaan tersebut , namun dengan menggunakan beberapa
faktor aman maka tercapainya keadaan ultimit dapat
diperhitungkan serta dikendalikan.
 ANGGAPAN-ANGGAPAN
Pendekatan dan pengembangan metode perencanaan kekuatan
didasarkan atas anggapan-anggapan sebagai berikut:
1. Bidang penampang rata sebelum terjadi lenturan, tetap rata setelah
terjadi lenturan dan tetap berkedudukan tegak lurus pada sumbu
bujur balok (prinsip bernoulli). Oleh karena itu, nilai regangan
dalam penampang komponen struktur terdistribusi linier atau
sebanding lurus terhadap jarak ke garis netral (prinsip navier).
2. Tegangan sebanding dengan regangan hanya sampai pada kira-kira
beban sedang, dimana tegangan beton tekan tidak melampaui +
0,5fc’. Apabila beban meningkat sampai beban ultimit, tegangan
yang timbul tidak sebanding lagi dengan regangannya berarti
penampangnya berupa garis lengkung dimulai dari garis netral dan
berakhir pada serat tepi tekan terluar. Tegangan tekan maksimum
sebagai kuat tekan lentur beton pada umumnya tidak terjadi pada
serat tepi tekan terluar, tapi agak masuk ke dalam.
3. Dalam memperhitungkan kapasitas momen ultimit komponen
struktur , kuat tarik beton di abaikan (tidak diperhitungkan) dan
seluruh gaya tarik dilimpahkan pada tulangan baja tarik.

Kemudian untuk memperhitungkan letak resultante gaya tarik


yang bekerja pada tulangan baja, baja tulangan di anggap
teregang secara serempak dengan nilai regangan diukur pada
pusat beratnya. Apabila regangan baja tulangan (Ɛs) belum
mencapai luluh (Ɛy), nilai tegangan baj tulangan adalah Esfs. Hal
yang demikian dianggap bahwa tegangan baja tulangan yang
belum mencapai fy, maka tegangan sebanding dengan regangan
yag sesuai hukum hooke. Sedangkan untuk regangan yang sama
atau lebih besar dari Ɛy, maka tegangan baja tidak lagi sebanding
dengan regangannya dan digunakan nilai fy.
Sehubungan dengan anggapan no 3, bentuk penampang di
daerah tarik dan besarnya selimut beton tidaklah
mempengaruhi kekuatan lentur. Tinggi penampang yang
mementukan adalah tinggi efektif (d) yaitu jarak dari serat
tepi tekan terluar terhadap titik berat tulangan tarik.
Regangan beton tekan maksimum pada serat tepi tekan
terluar (Ɛb’) sebagai regangan ultimit ditetapkan sebesar
0,003 (PBI 1971 menggunakan 0,0035). Penetapan nilai
tersebut berdasarkan atas hasil-hasil pengujian yang
menunjukkan bahwa umumnya regangan lentur beton hancur
berada di antara nilai 0,003 dan 0,004. untuk semua keadaan
dianggap bahwa lekatan antara baja tulangan dengan beton
berlangsung sempurna tanpa terjadi gelinciran.
 KUAT LENTUR BALOK PERSEGI

Telah dikemukakan bahwa distribusi tegangan beton tekan


pada penampang berbentuk setara dengan kurva tegangan
regangan beton tekan. Seperti tampak pada gambar di atas,
bentuk distribusi tegangan tersebut berupa garis lengkung
dengan nilai nol pada garis netral dan untuk mutu beton yang
berbeda akan lain pula bentuk kurva dan lengkungannya.
Tampak bahwa tegangan tekan fc’ yang merupakan tegangan
maksimum , posisinya bukan pada serat tepi tekan terluar
akan tetapi agak masuk kedalam.
Pada suatu komponen tertentu balok menahan beban
sedemikian hingga regangan tekan lentur beton maksimum
(Ɛ’b maks) mencapai 0,003 sedangkan tegangan tarik baja
tulangan mencapai tegangan luluh fy. Apabila hal demikian
terjadi, penampang dinamakan mencapai keseimbangan
regangan, atau disebut penampang bertulangan seimbang,
merupakan suatu kondisi khusus yang akan di bahas lebih
lanjut di bab berikutnya. Dengan demikian berarti bahwa
untuk suatu komposisi beton dengan jumlah baja tertentu
akan memberikan keadaan hancur tertentu pula.
Berdasarkan anggapan-anggapan seperti yang telah
dikemukakan diatas dapat dilakukan pengujian regangan,
tegangan dan gaya-gaya yang timbul pada penampang balok
yang bekerja menahan momen batas, yaitu : momen akibat
beban luar yang timbul tepat pada saat terjadi hancur.

kuat lentur suatu balok beton tersedia karena berlangsungnya


mekanisme tegangan-tegangan dalam yang timbul di dalam
balok yang pada keadaan tertentu dapat dapat diwakili oleh
gaya-gaya dalam.
Seperti yang tampak pada gambar dibawah ini :
ND adalah resultante gaya tekan dalam, merupakan resultante
seluruh gaya tekan pada daerah di atas garis netral. Sedangkan NT
adalah resultante gaya tarik dalam merupakan jumlah seluruh gaya
tarik yang di perhitungkan untuk daerah di bawah garis netral.
kedua gaya ini, arah garis kerjanya sejajar, sama besar, tetapi
berlawanan arah dan dipisahkan dengan jarak z sehingga
membentuk kopel momen tahanan dalam dimana nilai maksimumnya
disebut sebagai kuat lentur atau momen tahanan penampang
komponen struktur terlentur.
menentukan momen tahanan dalam merupakan hal yang komplek
sehubungan dengan bentuk diagram tegangan tekan diatas garis
netral yang berbentuk garis lengkung.
Untuk tujuan penyederhanaan, Whitney telah mengusulkan bentuk persegi panjang
sebagai distribusi tegangan beton tekan ekivalen.

Usulan whitney telah digunakan secara luas karena bentuknya berupa empat persegi
panjang yang memudahkan dalam penggunaannya, baik unruk perencanaan ataupun
analisis.
Berdasarkan gambar diatas, intensitas tegangan beton tekan
rata-rata ditentukan sebesar 0,85 fc’ dan dianggap bekerja
pada daerah tekan dari penampang balok selebar b dan
sedalam a yang mana besarannya ditentukan oleh rumus :
a = β1. c
dimana,
c = Jarak serat tekan terluar ke garis netral.
β1= konstanta yang merupakan fungsi dari kelas kuat beton.
standar SK SNI T-15-1991-03 menetapkan nilai β1 diambil
0,85 untuk fc’< 30 Mpa, berkurang 0,008 untuk setiap
kenaikan 1 Mpa kuat beton, dan nilai tersebut tidak boleh
kurang dari 0,65.
Contoh 1:
Tentukan Mn dari suatu balok dengan penampang seperti
tampak pada gambar, dengan tulangan baja tarik saja, fc’ = 30
Mpa, fy = 400 Mpa
b = 250

d = 570

As = 3D25 = 1472,6 mm2


PENAMPANG BALOK BERTULANGAN SEIMBANG, KURANG
ATAU LEBIH
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, meskipun
rumus lenturan tidak berlaku lagi dalam metoda perencanaan
kekuatan akan tetapi prinsip-prinsip dasar teori lentur masih
digunakan dalam analisisi penampang.

untuk letak garis netral tertentu, perbandingan antara


regangan baja dengan regangan beton maksimum dapat di
tetapkan berdasarkan distribusi regangan linier. Sedangkan
letak garis netral tergantung pada jumlah tulangan baja tarik
yang dipasang dalam suatu penampang.
Apabila penampang balok beton bertulang mengandung
jumlah tulangan baja tarik lebih banyak dari yang diperlukan
untuk mencapai keseimbangan regangan, penampang balok
demikian disebut bertulangan lebih (overreinforced).

sedangkan apabila suatu penampang balok beton bertulang


mengandung jumlah tulangan baja tarik kurang dari yang
diperlukan untuk mencapai keseimbangan regangan,
penampang demikian disebut bertulangan kurang
(underreinforced).
PEMBATASAN TULANGAN TARIK
Standart SK SNI T – 15-1991-03 menetapkan pembatasan
penulangan yang perlu diperhatikan. Pada pasal 3.3.3 ditetapkan
bahwa jumlah tulangan baja tarik tidak boleh melebihi 0,75 dari
jumlah tulangan baja tarik yang diperlukan untuk mencapai
keseimbangan regangan.

AS ≤ 0,75 Asb

apabila jumlah batas penulangan tersebut dapat dipenuhi akan


memberikan jaminan bahwa kehancuran daktail dapat berlangsung
dengan diawali meluluhnya tulangan baja tarik terlebih dahulu dan
tidak akan terjadi kehancuran secara getas yg lebih bersifat
memdadak.
Ungkapan pembatasan jumlah penulangan tersebut dapat pula
dihubungkan dalam kaitannya dengan rasio penulangan (ρ)
atau kadang-kadang disebut rasio baja, perbandingan antara
jumlah luas penampang tulangan baja tarik (As) terhadap luas
efektif penamapang (lebar b x tinggi efektif d)

Apabila pembatasan diberlakukan, dimana rasio penulangan


maksimum yang diijinkan dibatasi dengan 0,75 kali rasio
penulangan keadaan seimbang (ρb) sehingga :

Ρmaks = 0,75 ρb
Untuk menentukan rasio penulangan keadaan seimbang (ρb)
dapat di uraikan berdasarkan gambar dibawah ini. Letak garis
netral pada keadaan seimbang dapat ditentukan dengan
menggunakan segitiga sebanding diagram regangan.
b Ɛc = 0,003 0,85fc’

cb a = β 1cb NDb
Garis Netral

d-cb z

As b
NTb

Ɛs = Ɛy =
Diagram tegangan dan kopel momen
dalam
Diagram Regangan

Keadaan Seimbang Regangan


Dengan memasukkan nilai Es = 200.000 Mpa, maka :
Dan, karena ƩH = 0 dan NTb, maka (0,85fc’)β1Cbb = Asb fy

Asb =ρb.b.d
Contoh 2:
Tentukan jumlah tulangan baja tarik yang diperlukan untuk
mencapai keadaan seimbang dimana d= 570 mm, b = 250
mm, Ɛy = 0,002 dengan mengacu pada definisi keadaan
keseimbangan, diagram regangan haruslah seperti gambar
dibawah ini :
Contoh 3 :
Pemeriksaan ulang daktilitas pada permasalahan contoh 1
dengan menggunakan 0,75 ρb sebagai pembatas,
menggunakan Tabel A-6 Apendiks A.
Penyelesaian :

Dari Tabel A-6 Apendiks A untuk fy = 400 Mpa dan fc’ =


30 Mpa, didapat :
ρmaks = 0,75 ρb = 0,0244 > 0,0103
Persyaratan peraturan dapat juga diungkapkan dalam
persamaan As(maks) = 0,75 Asb dimana Asb sudah dihitung pada
contoh 2.
As (maks) = 0,75 (4633) = 3466 mm2 > 1473 mm2
Tabel A-6 pada Apendiks A memberikan nilai 0,75 ρb dan ρ
yang disarankan untuk berbagai kombinasi tegangan luluh
baja dan kuat beton, untuk komponen balok dan plat. Tabel
tersebut dijadikan sebagai acuan praktis untuk menentukan
agar balok memenuhi persyaratan daktilitas yang ditetapkan.
dengan demikian konsep dan kriteria penampang seimbang
digunakan sebagai acuan dan patokan, baik untuk
perencanaan ataupun analisis dlm menentukan cara hancur
yang sesuai dengan peraturan.
Apabila jumlah tulangan baja tarik melebihi tulangan baja
tarik yang diperlukan untuk mencapai keadaan seimbang,
akan terjadi hancur getas. Sedangkan dilain pihak apabila
jumlah luas tulangan baja tarik kurang dari tulangan baja tarik
yang diperlukan untuk mencapai keadaan seimbang, terjadi
hancur daktail.
SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.3.5. persamaan (3.3.3) juga
memberikan batas rasio penulangan sebagai berikut :

Batas minimum penulangan tersebut diperlukan untuk


menjamin tidak terjadinya hancur secara tiba-tiba seperti
yang terjadi pada balok tanpa tulangan.
PERSYARATAN KEKUATAN
Penerapan faktor keamanan dalam struktur bangunan di satu pihak
bertujuan untuk mengendalikan kemungkinan terjadinya runtuh
yang membahayakan bagi penghuni. Di lain pihak harus juga
memperhitungkan faktor ekonomi bangunan. Sehingga untuk
mendapatkan faktor keamanan yg sesuai, perlu ditetapkan
kebutuhan relatif yang ingin dicapai untuk dipakai sebagai dasar
konsep faktor keamanan tersebut.

Struktur bangunan dan kompoen-komponen yang harus


direncanakan untuk mampu memikul beban lebih diatas beban
yang diharapkan bekerja.
Kapasitas lebih tersebut disediakan untuk memperhitungkan
dua keadaan, yaitu kemungkinan terdapatnya beban kerja
yang lebih besar dari yang ditetapkan dan kemungkinan
terjadinya penyimpangan kekuatan komponen struktur akibat
bahan dasar ataupun pengerjaan yang tidak memenuhi syarat.
Kriteria dasar kuat rencana dapat diungkapkan sebagai
berikut :
kekuatan yang tersedia > kekuatan yang dibutuhkan
kekuatan yang dibutuhkan atau disebut kuat perlu menurut
SK SNI T-15-1991-03, dapat diungkapkan sebagai beban
rencana ataupun momen gaya geser dan gaya-gaya lain yg
berhubungan dengan beban rencana.
Untuk beban mati dan hidup berdasarkan SK SNI T-15-1991-03
digunakan persamaan berikut :
U = 1,2D + 1,6 L
dimana U = kuat rencana (kuat perlu)
D = Beban Mati
L = beban hidup
faktor beban berbeda untuk beban hidup, beban mati, beban angin
ataupun beban gempa.
Sebagai contoh beban rencana adalah :
Wu = 1,2 WDL + 1,6 WLL
sedangkan momen perlu atau momen rencana untuk beban hidup
dan mati adalah :
Mu = 1,2 MDL + 1,6 MLL
Pengunaan penggunaan faktor beban adalah usaha untuk memperkirakan
kemungkinan terdapat beban kerja yang lebih besar dari yang ditetapkan,
perubahan pengunaan ataupun urutan dan metoda pelaksanaan yang berbeda.
menurut SNI Beton 2002 pasal 11.3.2 faktor kekuatan Ø adalah :
1. Lentur tanpa beban aksial 0.8
2. Beban aksial dn beban aksial dengan lentur
a. aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur 0,8
b. aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur
i. komponen struktur dengan tulangan spiral 0,7
ii. Komponen struktur lainnya 0,65
3. Geser dan torsi 0,75
4. Tumpuan pada beton 0,65
5. Beton polos struktural 0,55
pemakaian faktor Ø dimaksudkan untuk memperhitungkan kemungkinan
penyimpangan terhadap kekuatan bahan, pengerjaan, ketidaktepatan ukuran,
pengendalian dan pengawasan pelaksanaan, yang sekalipun masing-masing faktor
mungkin masih dalam toleransi persyaratan tetapi kombinasinya memberikan
kapasitas yg lebih rendah.
Dengan demikian apabila faktor Ø dikalikan dengan kuat
ideal teoritik berarti sudah termasuk memperhitungkan
tingkat daktilitas, kepentingan, serta tingkat ketepatan
ukuran suatu komponen struktur sedemikian hingga kekuatan
dapat ditentukan.
dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kuat momen yang
digunakan MR (kapasitas momen) sama dengan kuat momen
ideal Mn dikalikan dengan faktor Ø.
MR = ØMn
ANALISIS BALOK TERLENTUR BERTULANGAN
TARIK SAJA
Analisis penampang balok terlentur dilakukan dengan terlebih
dahulu mengetahui dimensi unsur-unsur penampang balok yang
terdiri dari : jumlah dan ukuran tulangan baja tarik (As), lebar
balok (b), tinggi efektif (d), tinggi total (h), fc’ dan fy. Sedangkan
yang dicari adalah kekuatan balok ataupun manifestasi kekuatan
dlm bentuk yang lain, misalnya menghitung Mn atau memeriksa
kehandalan dimensi penampang balok tertentu terhadap beban
yang bekerja, atau menghitung jumlah beban yang dapat dipikul
balok.
dilain pihak, proses perencanaan balok terlentur adalah
menentukan satu atau lebih unsur dimensi penampang balok yang
belum diketahui, atau menghitung jumlah kebutuhan tulangan
tarik dalam penampangberdasarkan mutu bahan, dan jenis
pembebanan yang sudah ditentukan.
CONTOH 1 :
Buktikan bahwa balok pada gambar dibawah ini telah cukup
memenuhi persyaratan SK SNI 03-2847-2002 beban mati
merata = 12kN/m (diluar berat sendiri), beban hidup merata
= 12 kN/m, beban hidup terpusat = 54 kN (tengah
bentang). Mutu bahan fc’ 30 MPa, fy = 400 MPa, As = 2600
mm2. pembuktian dilakukan dengan cara menghitung kuat
momen praktis MR dengan momen rencana yang ditimbulkan
oleh beban rencana (beban terfaktor) Mu. Jika MR > Mu
maka akan memenuhi persyaratan.
CONTOH 2 :
Hitunglah MR dari balok dengan d=500mm, b=300mm, As
= 6D32 (dua lapis), dan mutu bahan : kuat tekan beton
20MPa, tulangan baja fy = 300 Mpa.
Ringkasan analisis untuk balok persegi terlentur bertulangan
tarik saja, dengan urutan sebagai berikut :
1. Buat daftar hal-hal yang diketahui
2. Tentukan apa yang harus dicari (pekerjaan analisis
umumnya mencari MR, Mn, beban hidup atau mati yang
dapat di dukung)
3. Hitung rasio penulangan (ρ).
4. Bandingkan hasil dari rasio penulangan dengan 0,75ρb atau
ρmaks terhadap ρmin untuk menentukan apakah
penampangnya memenuhi syarat.
5. Hitung kedalaman blok tegangan beton tekan (a).
6. Hitung panjang lengan kopel momen dalam (z).
7. Hitung momen tahanan (momen dalam) ideal Mn.

Anda mungkin juga menyukai