Anda di halaman 1dari 26

TISA SUSANTI 20174011080

 Nama : Tn. Kry


 Umur : 59 tahun
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Petani
 Status pernikahan : Menikah
 Alamat : Karang Tengah Tuntang Semarang
 Tanggal Masuk : 19 Desember 2017
 Keluhan Utama
Bersin-bersin.
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik THT RSUD Salatiga pada tanggal 19
Desember 2017 dengan keluhan sering bersin-bersin terkadang
hidung mengeluarkan lendir. Keluhan hidung yang
mengeluarkan lendir dan bersin-bersin terutama dirasakan saat
pasien merasa kedinginan. Selain itu pasien juga mengeluhkan
kepala yang terasa pusing. Pasien juga mengatakan bahawa
sebelumna pernah beberapa kali berobat ke poli THT dengan
keluhan yang sama, keluhan-keluhan tersebut sudah dirasakan
pasien terutama sejak sekitar dua setengah tahun yang lalu.
Pasien juga mengatakan saat kedinginana selain akan bersin-
bersin dan hidung mengeluarkan lendir pasien juga merasa
badannya gatal (biduran). Pasien mengaku bahwa dirinya
memiliki alergi terhadap beberapa jenis makanan.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku sering bersin-bersin dan hidung berlendir
saat kedinginan serta memiliki riwayat alergi terhadap
beberapa jenis makanan.
 Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama
atau meninggal karena keluhan yang sama disangkal oleh
pasien.
 Riwayat Personal Sosial
Pasien saat ini tinggal dengan keluarganya. Lingkungan
sekitar rumahnya cukup berdebu. Pasien merupakan
seorang perokok aktif, dalam sehari pasien dapat merokok
hingga 6 batang. Sehari-hari pasien bekerja sebagai petani.
Telinga Dextra Sinistra
Tragus Nyeri tekan (-), edema (- Nyeri tekan (-), edema (-
) )
Aurikula Normotia, hematoma (-), Normotia, hematoma (-),
nyeri tarik aurikula (-) nyeri tarik aurikula (-)

Liang Telinga Lapang, serumen (-), Lapang, serumen (-),


hiperemis (-), edema (-), hiperemis (-), edema (-),
otorhea (-) otorhea (-)

Membran Timpani Intak : retraksi (-), Intak : retraksi (-),


bulging (-), edema (-), bulging (-), edema (-),
cone of light (+) cone of light (+)
Hidung Dextra Sinistra
Bentuk Simetris Simetris
Mukosa Hiperemi (+) Hiperemi (+)
Cavum Nasi Lapang, massa (-) Lapang, massa (-)
Konka Inferior Hipertrofi (-) Hipertrofi (-)
Polip - -
Dischare - -
Septum Nasi Ditengah, tidak ada deviasi, perdarahan (-)
Tenggorokan Dextra Sinistra

Tonsil T1 T1

Dinding Faring Hiperemi (-)

Uvula Ditengah, hiperemi (-), edema (-), bentuk


normal
House Dush Mite Culture Human Grass Pollen Rice Pollen
Dander
- + - - +
BUFER Maize Pollen Mixe Fungi Kecoa Dog Dander Cat Dander
CONTROL - - ++ ++ -
Horse Dander Chicken
Feathers
- -
Bandeng Ayam Kacang Tanah Tomat Nanas
++ ++ ++ - -
Cumi Kuning telur Kedelai Wortel
+ +++ - -
Kakap Putih Telur Gandum
+++ +++ ++
BUFER
Kepiting Coklat Teh
CONTROL
+++ ++ -
Kerang Susu Sapi Kopi
- ++ -
Tongkol Kacang Mete
- ++
Udang (+++)
RINITIS ALERGI
 Tablet Rhinofed 2 x 1 tablet / hari
 Tablet Cetirizin 1 x 10 mg/ hari
 Spray Nasacort 2 x 2 semprotan/hari pada masing-
masing hidung
 Hindari makanan yang menyebabkan alergi.
 Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi
alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi
dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator
kimia ketika terjadi paparan ulang dengan alergen spesifik tersebut .
 Definisi menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and Its Impact on
Asthma) rinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala
bersin-bersin, rinore, rasagatal dan tersumbat setelah mukosa
hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE
Hidung luar berbentuk piramid
dengan bagian-bagian dari atas
ke bawah yaitu:
a) Pangkal hidung (bridge)
b) Batang hidung (dorsum nasi)
c) Puncak hidung (tip)
d) Ala nasi
e) Kolumela
f) Lubang hidung (nares anterior)
HIDUNG DALAM
Struktur ini membentang dari os internun di sebelah anterior hingga
koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung dari nasofaring.
Septum nasi merupakan struktur tulang di garis tengah, secara
anatomi membagi organ menjadi dua hidung. Selanjutnya, pada
dinding lateral hidung terdapat pula konka dengan rongga udara yang
tak teratur di antaranya-meatus superior, media dan inferior.
Sementara kerangka tulang tampaknya menentukan diameter yang
pasti dari rongga udara, struktur jaringan lunak yang menutupi hidung
dalam cenderung bervariasi tebalnya, juga mengubah resistensi, dan
akibatnya tekanan dan volume aliran udara inspirasi dan ekspirasi.
 Jalan napas
 Pengatur kondisi udara
 Penyaring dan pelindung
 Indra Penghidu
 Resonansi suara
 Rinitis alergi muerupakan suatu penyakit inflamasi yang diawali dengan
tahap sensitisasi dan dikuti dengan tahap provokasi/reaksi alergi. Reaksi
alergi terdiri dari dua fase yaitu Immediate Phase Allergic Reaction atau
Reaksi Alergi Fase Cepat (RAFC) yang berlangsung sejak kontak dengan
alergen sampai 1 jam setelahnya dan Late Phase Allergic Reaction atau
Reaksi Alergi Fase Lambat (RAFL) yang berlangsung 2-4 jam dengan
puncak 6-8 jam (fase hiper-reaktivitas) setelah pemaparan dan dapat
berlangsung sampai 24-48 jam.
 Pada RAFC, sel mastosit juga akan melepaskan molekul kemotaktik yag
menyebabkan akumulasi sel eosinofil dan neutrofil di jaringan target.
Respon ini tidak berhenti sampai di sini saja, tetapi gejala akan berlanjut
dan mencapai puncak 6-8 jam setelah pemaparan.
 Pada RAFL ini ditandai dengan penambahan jenis dan jumlah sel inflamasi
seperti eosinofil, limfosit, netrofil, basofil dan mastosit di mukosa hidung
serta peningkatan sitokin seperti IL3, IL4, IL5, GM-CSF dan ICAM1 Pada
fase ini selain faktor spesifik alergen iritasi oleh faktor non spesifik dapat
memperberat seperti asap rokok, bau yang merangsang, perubahan cuaca
dan kelembaban udara yang tinggi.
 Klasifikasi menurut ARIA 2012 berdasarkan karakteristik gejala,
rinitis alergi dapat dibagi menjadi:
 Ringan (mild) harus memenuhi semua hal berikut ini: tidak
ada gangguan tidur, tidak ada gangguan pada aktivitas
sehari-hari, olahraga, rekreasi, tidak ada gangguan pada
aktivitas pekerjaan dan belajar, tidak ada gejala yang berat.
 Sedang-berat (moderate-severe) satu atau lebih dari hal-hal
berikut: gangguan tidur, gangguan pada aktivitas sehari-hari,
olahraga atau rekreasi, gangguan pada pekerjaan dan
belajar, gejala yang berat.
 Berdasarkan frekuensi gejala dibagi menjadi:
 Intermitten: kurang dari 4 hari dalam seminggu atau kurang dari 4
minggu berturut-turut.
 Persisten: lebih dari 4 hari dalam seminggu dan lebih dari 4 minggu
berturut-turut.
 . Gejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya serangan
bersin berulang. Gejala lain ialah keluarnya ingus (rinore)
yang banyak dan encer, hidung tersumbat, hidung dan ata
gatal, kadang disertai dengan banyak air mata keluar
(lakrimasi). Sering kali gejala yang timbul tidak lengkap,
terutama pada anak. Kadang keluhan hidung tersumbat
merupaka keluhan utama atau satu-satunya gejala yang
diutarakan oleh pasien
 Pada pemeriksaan rinoskopi anterior tampak mukosa edem, basah,
disertai adanya sekret encer yang banyak. Bila gejala persisten
mukosa inferior tampak hipertrofi. Pada anak gejala spesifik lainnya
adalah terdapat bayangan gelap di bawah mata yang terjadi karena
stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung (allergic shiner).
Selain itu terdapat allergic salute yaitu menggosok hidung karena
gatal dengan punggung tangan. Allergic crease yaitu timbulnya
garis melintang di dorsum nasi bagian sepertiga bawah akibat
menggosok hidung. Selain itu pada anak dapat terjadi mulut sering
terbuka dengan lengkung langit-langit yang tinggi sehingga
menyebabkan ganguan pertumbuhan gigi geligi (facies adenoid).
Dinding posterior faring tampak granuler dan edema (cobblestone
appearance) serta dinding lateral faring menebal. Lidah tampak
seperti gambaran peta (geographic tongue)
 PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan darah perifer lengkap  eosinofilia
 Sitologi hidung  jumah eosinofil >5/LBP
 Tes alergi (skin prick test)
Frekuensi Derajat Keparahan Tata Laksana*
Intermiten Ringan Antihistamin-H1 oral
Antihistamin-H1 intranasl
Dekongestan
Antileukotrien**
Sedang-berat Antihistamin-H1 oral
Persisten Ringan Antihistamin-H1 intranasal
Kortikosteroid intranasal
Dekongestan
Antileukotriesn**
Sedang-berat Kortikosteroid intranasal
Antihistamin-H1
Antileukotrien**
Konjungtivitis: antihistamin oral, intraokular atau kromon intraokular
MEDIKAMENTOSA
 Antihistamin oral: terapi lini pertama untuk gejala ringan,
contohnya:nCetirizin (10 mg PO 1x/hari), loratadin (10 mg PO
1x/hari), fexofenadin (120 mg 1x/hari), levocetirizin atau
desloratadin.
 Kortikosteroid intranasal untuk gejala sedang berat atau persisten
(gunakan secara 1 bulan untuk mendapat efek terapeutik). Contoh
kortikosteroid intranasal yang dapat digunakan adalah
beclometasone (168-336 µg/hari), budesonide (252 µg/hari),
fluticasone (100-200 µg/hari) dan mometasone furoate (100-200
µg/hari).
 Dekongestan intranasal (pengunaan dibatasi untuk <5 hari) untuk
mencegah rinitis medikamentosa) diberikan jika disertai obstruksi
nasal contohnya yaitu pseudoefedrin, oksimetazolin dan
fenilepinefrin.
Komplikasi rinitis alergi yang sering terjadi ialah:
 Polip hidung
 Otitis media efusi yang sering residif terutama pada
anak-anak
 Rinosinusitis.
 Pada kasus ini pasien didiagnosis dengan Rinitis alergi berdasarkan hasil dari
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis pasien
didapatkan keluhan bersin-bersin serta hidung kadang mengeluarkan cairan
(ingus) yang berwarna bening. Selain itu pasien juga mengakui memiliki riwayat
alergi terhadap beberapa jenis makanan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
mukosa hidung pasien hiperemis. Pemeriksaan penunjang yaitu tes alergi
menunjukkan pasien memiliki alergi bernilai >++ terhadap kecoa, bulu anjing,
kuning telur, putih telur, ayam, bandeng, coklat, susu, kacang mete, kacang tanah
dan udang. Pasien juga mengatakan gejala yang dideritany terjadi kurang dari
empat hari dan tidak terjadi selama 4 minggu berturut-turut, pasien juga tidak
mengeluhkan adanya gangguan pad aktivitasnya sehingga rinitis alergi yang
diderita pasien pada saat pemeriksaan dapat digolongkan pada rinitis alergi
intermitten ringan.
Penatalaksaan konservatif yang dilakukan adalah hindarkan dari
penyebab alergi. Penatalaksanaan medikamentosa pada pasien yaitu
diberikan Cetirizin 10 mg/hari. Cetirizin merupakan obat antihistamin
generasi kedua yang bekerja secara selektif antagonis pada reseptor
histamin H1, Cetirizine berkerja menghambat pelepasan histamin
pada fase awal dan mengurangi migrasi sel inflamasi. Selain itu
digunakan Rhinofed. Pada sediaan tabel rhinofed, di dalamnya
mengandung bahan aktif pseudoephedrine 30 mg dan terfenadine 40
mg. Obat ini tergolong dalam kelompok obat antihistamin yang
bekerja melawan efek mediator peradangan histamin yang timbul
pada proses alergi. Rhinofed secara umum diindikasikan untuk
pengobatan pada kasus peradangan rongga hidung (rinitis), secara
lebih spesifik pada kasus rinitis alergi dan rinitis vasomotor. Obat
Nasacort yang digunakan pada pasien merupakan obat spray yang
meiliki fungsi untuk mencegah dan mengobati gejala alergi pada
hidung dengan cara meredakan inflamasi pada hidung.
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan
oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah
tersensitisasi dengan alergen yang sama serta
dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan
ulang dengan alergen spesifik tersebut (1). Rinitis alergi yang
diderita pasien saat pemeriksaan adalah Rinitis alergi
intermiten ringan. Penatalaksanaan yang dilakukan yaitu
hindari penyebab, medikamentosa dengan pemberian
Rhinofed, Cetirizin dan Nasacort.

Anda mungkin juga menyukai