“BEDAH ANAK”
Pembimbing
dr. H. Saleh Setiawan, Sp.B
Disusun Oleh
Sally Novrani Puteri
Kepaniteraan klinik stase Ilmu Kedokteran Bedah
Rsij pondok kopi
Fakultas kedokteran universitas muhammadiyah jakarta
2018
1. Penentuan Waktu Operasi Elektif
• Umur yang optimal
• Keadaan anak yang optimal
2
2. Cairan Intravena dan Nutrisi Parenteral
100 cc /kg/24 jam untuk berat badan 10 kg pertama
.
NaCl 0,45% 77 77 - - -
dengan
Dextrose 2,5%
NaCl 0,225% 38 38 - - -
dengan
Dextrose 5%
RL 130 108,7 4 28 2,7
Aminofusin 30 10 25 - 10
Paed
Tutofusin Paed 40 35 5 -
Nutrisi Parenteral
Indikasi Nutrisi Parenteral Penuh
• Reseksi usus ekstensif
• Ileus berkepanjangan
• Fistula usus
• Malabsorpsi dengan diare berkepanjangan
Indikasi Nutrisi Parenteral Parsial
• neonatus, bayi dan anak-anak pasca bedah yang masih di
puasakan sampai hari ke 5 atau lebih.
KEBUTUHAN KALORI
Prematur dan BBLR • 120 kalori/kgBB
BB 10 kg • 100 kalori/kgBB
30 kg 1,0-1,5 gr/kg
10
Pencegahan Infeksi
• Pemasangan infus dilakukan dengan benar
• Ganti botol cairan setiap 24 jam untuk menghindari kontaminasi
• Pada penggunaan kateter vena sentral kemungkinan terjadi septikimia besar.
Setiap kenaikan suhu tubuh yang tidak dapat diterangkan merupakan indikasi
untuk kultur darah, pencabutan kateter dan pemberian antibiotika.
3. INFEKSI BEDAH: ETIOLOGI, PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGANNYA
Jalur Masuk Kuman
Eksogen Endogen
Kontak langsung
Jenis Pembedahan dengan Korelasi Infeksi Pasca Bedah
Bedah Bersih
• Tidak mengandung kuman sebelumnya.
• Bedah kardiovaskular, ortopedi, herniotomi
Bedah Berpotensi Kontaminasi
• Tidak mengandung kuman sebelumnya namun mungkin terjadi kontaminasi.
• Apendektomi, kolesistektomi, reseksi usus dsb.
Bedah Berkontaminasi Nyata
• Daerah mengandung kuman.
• Tifoid perforasi, app peforasi, laparotomi.
Cara untuk menekan insiden infeksi ialah menghindari kontaminasi kuman terhadap luka
insisi dengan teknik pembedahan yang baik.
Bedah Bersih :
Usahakan tetap bersih.
Muntah bermakna yang perlu pemeriksaan lebih lanjut antara lain adalah:
• Muntah hijau ( bercampur empedu)
• Proyektil
• Persisten
• Bercampur darah
• Disertai penurunan berat badan yang berlebihan
Gejala dan tanda lain yang menimbulkan kecurigaan adanya kelainan bedah
• Gangguan evakuasi atau kelainan mekonium.
• Distensi abdominal
• Serangan rasa sakit
5. Stenosis Pilorik Hipertrofik
Etiologi Patologi ;
Etiologi secara pasti belum diketahui menurut teori disebabkan kegagalan
perkembangan atau proses degenerasi ganglion dan serabut saraf. Terjadi
pada 300-900 kelahiran dan wanita : pria = 1: 4
Gejala dan Tanda;
Muntah proyektil, mulai umur 2-3 minggu
Kegagalan pertumbuhan dan kehilangan berat badan
Obstipasi
Pada pemeriksaan fisik kontour dan peristaltik lambung terlihat di abdomen
bagian atas dan teraba tumor di daerah epigastrium atau hipokondrium kanan
Bayi rewel dengan kesan lapar dan selalu ingin minum setelah muntah
Pada stadium lanjut bayi dalam keadaan dehidrasi malnutrisi-hipokalemi serta
hipoalbuminemia
Pemeriksaan Radiologik
‐Pemeriksaan barium-meal jika pada
palpasi tidak teraba tumor. Dan akan
terlihat saluran pilorus kecil dan
memanjang disebut sebagian string-sign.
‐Pada fluoroskopi tampak pengosongan
lambung terlambat. Lambung tampak
membesar dan jelas terlihat gambaran
peristaltis
Terapi
• lambung di bilas dengan NaCl untuk
mengeluarkan sisa barium bila bayi dilakukan
pemeriksaan barium-meal
•Koreksi keadaan dehidrasi, hipokalemi dan
hipoalbuminemia
Pembedahan
• dilakukan pembedahan setelah persiapan
prabedah tercapai yang umumnya memakan
waktu 24-48 jam
•Pembedahan yang dilakukan piloromiotomi
Setelah pembedahan bayi masih
sekali-kali muntah dan sembuh sempurna
setelah 2-3 hari
6. Atresia Duodenum
Terjadi pada bayi antara 5000 sampai 10.000 kelahiran, penderita down sindrom
lebih Sering, keterlambatan diagnosis dan tindakan mengakibatkan bayi aspirasi,
dehidrasi dan hipokalemi karena muntah-muntah.
Patofisiologi
‐ Diperkirakan karena oklusi vaskuler di daerah duodenum dalam perkembangan
fetal
‐ Atresia dan juga stenosis doudenal sering disebabkan oleh kelainan
perkembangan pankreas yang mengelilingi duodenum sehingga tidak tumbuh
normal dan terjadilah stenosis atau atresia
‐ Manifestasi klinik berupa obstruksi usus letak tinggi beberapa jam setelah lahir
bayi muntah hijau
‐ Keterlambatan diagnosis dan tindakan menyebabkan bayi mengalami aspirasi
dehidrasi hiponatremi hipokalemi karena muntah
JENIS ATRESIA DUODENUM
TIPE II :
TIPE I : hilangnya segmen TIPE III :
Tipe ini memiliki lumen proksimal duodenum Pemisahan komplit dari
difragma yang terdiri dan melekat dengan duodenum proksimal
dari lapisan mukosa dan segmen distalnya dengan duodenum distal
submukosa. (92%) melalui fibrous cord. yang collapsed. (7%)
(1%)
Diagnosis
• Kehamilan dengan penyulit polihidramnion dan bayi dengan down sindrom harus
di curigai menderita atresia duodenal
• Beberapa jam setelah lahir bayi akan untah. Muntah berupa proyektil, berwarna
hijau bila letak atresi di distal ampula vateri
• Abdomen kembung sedikit terbatas di bagian atas dan kempes kembali setelah
bayi muntah
Pembedahan
• Anastomosis duodeno-dudenostomi ujung ke ujung merupakan tindakan terpilih
atau anas tomosis duodeno-yeyunostomi.
Gambaran Atresia Duodenum
7. Stenosis Duodenum
‐ Manifestasi klinis stenosis duodenal bergantung pada kaliber lumen yang stenosis.
‐ Dapat timbul langsung seperti atresi duodenal bila lumen stenosis sangat kecil. Pada stenosis
dengan kaliber lumen yang agak lonjong akan timbul setelah bayi berusia beberapa bulan atau
tahun dengan nafsu makan berkurang yang di sertai muntah dan infeksi saluran nafas yang
berulang.
‐ Diagnosis
‐ Pada pemeriksaan fisik terlihat kontur atau peristaltik lambung atau usus di daerah
epigastrium.
‐ Radiologi
‐ Foto polos abdomen dalam posisi tegak terlihat doubel bubble dengan terlihat gelembung-
gelembung udara kevil pada bagian distal.
‐ Peemeriksaan foto dengan barium-meal akan terlihat penyempitan di daerah duodenum.
‐ Foto barium-meal sebaiknya tidak dilakukan pada penderita yang dalam keadaan muntah
Terapi
Reseksi bagian usus yang menyempit dan anastomosis ujung
ke ujung atau tindakan plastik dengan membuat sayatan
memanjang di bagian usus yang menyempit dan menutup
kembali dengan jahitan melintang.
8. Malrotasi dan Volvulus
‐ 75 % penderita dengan gejala dan tanda obstruksi total saluran cerna dalam
masa neonatal karena volvulus, setiap nenonatus dengan muntah hijau dan
tanda-tanda obstruksi saluran cerna letak tinggi harus dicari kemungkinan
malrotasi dan volvulus, kare kelainan ini dapat menyebabkan iskemi dan nekrosis
seluruh usus halus.
‐ Etiologi
‐ Dalam minggu ke 10 sekum dan usus halus kembali ke abdomen dan rotasi ke
kuadran kanan bawah, usus halus rotasi dengan aksis arteri mesentrika superior
dan terfiksasi pada dinding posterior abdomen. Setiap berhenti akan timbul pita
(ladd’s band) yang menyilang duodenum dari sekum yang tidak berotasi
sempurna dan menyebabkan mesentrium usus halus tidak terfiksasi pada dinding
post abdmen sehingga usus bebas bergerak menyebabkan terjadinya volvulus
‐ Diagnosis
‐ Muntah hijau dan lebih sering tidak disertai kembung abdomen
‐ Udara yang telah berada di usus distal duodenum akan keluar atau diabsorpsi
‐ Gejala gangguan pasase saluran cerna setinggi duodenum terjadi segera setelah terjadi malrotasi
‐ Radiologi
• Pemeriksaan foto polos abdomen dengan posisi tegak terlihat gambaran doubel bubble seperti
pada atresia duodenal tetapi dengan disertai gambaran gelembung udara kecil yang minim pada
bagian distal
• Pemeriksaan barium enema terlihat sekum terletak antara kuadran kanan atas di bawah hepar
‐ Terapi
• Pembedahan berupa pemotongan pita yang menyilang duodenum, pembebasan duodenum dan
selanjutnya duodenum diletakan vertikal di sebelah kanan. Sekum dan kolon di letakan di sebelah
kiri. Apendiktomi selalu di kerjakan pada prosedur ini
• Untuk neonatus atau bayi yang datang dengan malrotasi tanpa volvulus sempurna dapat
dilakukan pembedahan seperti di atas.
Gambar Malrotasi dengan volvulus
9. Atresia Usus Halus
‐ Merupakan satu penyebab obstruksi pada neonatus dan terjadi antara 1500-2000 kelahiran.
‐ Patofisiologi
‐ Disebabkan oleh oklusi pembuluh darah mesentrium misalnya akibat volvulus atau invaginasi
sewaktu kehidupan intrauterin. Bagian usus yang tidak mendapatkan aliran darah akan
nekrosis. Karena keadaanya steril maka bagian yang nekrosis ini tidak berkembang ke proses
peritonitis tetapi diabsorpsi dan selanjutnya terjadi atresia atau stenosis.
‐ Diagnosis
• Riwayat hidramnion dalam kehamilan
• Pada atresia usus letak tinggi, akan terjadi muntah yang lebih cepat, distensi abdomen lebih
terbatas di bagian atas dan menghilang setelah bayi muntah
• Adanya pasase mekonium bukan indikasi tidak adanya atresia usus.
‐ Radiologi
• Foto polos abdomen dengan posisi tegak membantu
penegakan diagnosis
Atresia duodenum : terlihat dua gelembung udara
dengan garis-garis permukaan udara cairan di
dalamnya
Atresia yeyunum : terlihat tiga atau beberapa
gelembung udara di dalamnya
Atresia ileum : seluruh abdomen penuh dengan
gelembung udara yang tersebar rata kecuali sedikit di
bagian bawah
‐ Pembedahan
‐ Pada dasarnya tindakan bertujuan menciptakan kontinuitas lumen usus. Bagian
ujung usus yang membesar direseksi dan dianastomosiskan dengan ujung usus
bagian distal dari ujung ke ujung.
Terima Kasih