Anda di halaman 1dari 51

NI PUTU RAHAYU ARTINI, S.Si., M.

Si

TES FUNGSI HATI


(LFT)
Hati :
 metabolisme protein, lemak, karbohidrat, vitamin
 ganggual faal tes  kelainan pra hepatik
kelainan intrahepatik
kelainan post hepatik
_HEPATOSIT & KUPFER  LOBULUS
FUNGSI HATI MANUSIA
 Vaskuler : menimbun dan filtrasi darah
 Ekskresi : membentuk empedu dan
mengekskresikan ke usus
 Metabolic : karbohidrat, protein, lemak,
vitamin
 pertahanan tubuh : detoksifikasi bahan –
bahan beracun, dengan : konjugasi, reduksi,
metilasi, asetilasi, oksidasi, hidroksilasi sel –
sel kupfer, fagositosis, pembentukan
antibody
Diperiksa menggunakan berbagai parameter
laboratorium yaitu :
 Bilirubin serum
 Bilirubin urin (kualitatif)
 Urobilinogen urin (kualitatif)
 Stercobilin tinja (kualitatif)
 Asam empedu
 Menyuntikkan bahan – bahan : BSP, ICG,
Rose Bengal Radioaktif
 Tes fungsi hati atau lebih dikenal dengan liver
panel atau liver function test adalah sekelompok
tes darah yang mengukur enzim atau protein
tertentu di dalam darah anda.
 Tes fungsi hati umumnya digunakan untuk
membantu mendeteksi, menilai dan memantau
penyakit atau kerusakan hati.
 tes ini dilakukan secara berkala.
 Untuk tes ini diperlukan contoh darah yang
diambil dari pembuluh balik (vena)
Tes Faal Hati >>> :
 hanya beberapa yang bermanfaat secara
klinis
 - < spesifisitasnya
- hati mempunyai fungsi metabolisme
yang beraneka
ragam  perlu kombinasi tes
- Hati mempunyai kapasitas fungsi
cadangan yang sangat besar 
kerusakan yang berat baru diketahui
Kegunaan Tes Faal Hati
 mendeteksi kelainan hati
 menduga penyebab kelainan hati
 Mengetahui derajat beratnya penyakit
 Follow up dari perjalanan penyakit hati,
evaluasi hasil pengobatan
I. LFT berdasarkan fungsi detoksifikasi dan eksresi :
1. Serum Bilirubin
2. Bilirubin Urine
3. Urobilinogen Urine
4. Urobilinogen Tinja
II. LFT berdasarkan fungsi metabolisme :
1. Metabolisme Karbohidrat : Galaktose Tolerance Test ( GTT)
2. Metabolisme Lipid : Cholesterol Total didarah
3. Metabolisme Protein : Albumin, Globulin dan faktor
pembekuan
III. LFT berdasarkan perubahan aktivitas ensim :
1. SGOT/SGPT (transaminase)
2. LDH (Laktat Dehadrogenase)
3. ALP (Alkali Phosphatase)
4. Gamma GT ( GGT)
5. Cholinesterase
6. Dsb
IV. LFT berdasarkan reaksi Immunologi :
1. AFP (Alfa Feto Protein )
2. CEA (Careino Embriogenic Antigen)
 Kelemahan dari LFT :
1. Cadangan fungsi liver cukup besar
2. Setiap macam LFT tidak spesifik
3. Fungsi liver yang beraneka macam,
sehingga harus dilakukan kombinasi
beberapa test.
 Integeritas Sel  Enzim-enzim AST, ALT &
GLDH akan meningkat bila terjadi kerusakan sel
hati.
 Faal Metabolisme/Ekskresi  Tes BSP
(bromsulfonftalein), suatu zat warna,
merupakan tes yang peka terhadap adanya
kerusakan hati.
 Faal Ekskresi  Pemeriksaan kadar bilirubin
serum terutama panting untuk membedakan
jenis-jenis ikterus.
 Faal Sintesa  Albumin disintesa oleh hati.
Pada gangguan faal hati kadarnya di dalam
darah akan menurun.
 Proses Reaktif  Baik enzim GGT, AP, 5-NT
maupun. LAP akan meningkat pada kelainan
saluran empedu Enzim-enzim cholestasis ini
juga akan meningkat dalam kadar yang lebih
rendah pada kerusakan sel parenkin hati.
 Imunologi  Pemeriksaan TTT (tes turbiditas
timol) merupakan salah satu tes labilitas yang
telah lama dikenal (sejak 1944).
Beberapa pemeriksaan faal hati dan
petanda virus yang sering dipergunakan untuk
mendiagnosa penyakit adalah :

O 1. SGOT / AST
O 2. SGPT / ALT
O 3. Urobilinogen
O 4. Bilirubin Urine
O 5. Bilirubin direk/indirek
O 6. Alkali fosfatase
O 7. Gamma GT
O 8. HBsAg & AntiHCV / IgM anti HAV
O 9. Serum Albumin
O 10. Prothrombine time
 SGPT atau juga dinamakan ALT (alanin aminotransferase)
merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel hati
serta efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoseluler.
 Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot
jantung, ginjal dan otot rangka.
 Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada
SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan
pada proses kronis didapat sebaliknya.
 SGPT/ALT serum umumnya diperiksa secara fotometri
atau spektrofotometri, secara semi otomatis atau
otomatis.
 Nilai rujukan untuk SGPT/ALT adalah :
Laki-laki : 0 - 50 U/L
Perempuan : 0 - 35 U/L
Masalah Klinis
 Kondisi yang meningkatkan kadar SGPT/ALT adalah :
Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis
viral akut, nekrosis hati (toksisitas obat atau kimia)

 Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear,


hepatitis kronis aktif, sumbatan empedu ekstra hepatik,
sindrom Reye, dan infark miokard (SGOT>SGPT)

 Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan


hati, sirosis Laennec, sirosis biliaris.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
temuan laboratorium :

 Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat


menurunkan kadar
 Trauma pada proses pengambilan sampel akibat tidak sekali tusuk kena
dapat meningkatkan kadar
 Hemolisis sampel
 Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (klindamisin,
karbenisilin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, mitramisin,
spektinomisin, tetrasiklin), narkotika (meperidin/demerol, morfin,
kodein), antihipertensi (metildopa, guanetidin), preparat digitalis,
indometasin (Indosin), salisilat, rifampin, flurazepam (Dalmane),
propanolol (Inderal), kontrasepsi oral (progestin-estrogen), lead,
heparin.
 Aspirin dapat meningkatkan atau menurunkan kadar.
 SGOT atau juga dinamakan AST (Aspartat aminotransferase)
merupakan enzim yang dijumpai dalam otot jantung dan
hati, sementara dalam konsentrasi sedang dijumpai pada
otot rangka, ginjal dan pankreas.
 Konsentrasi rendah dijumpai dalam darah, kecuali jika
terjadi cedera seluler, kemudian dalam jumlah banyak
dilepaskan ke dalam sirkulasi. Pada infark jantung,
SGOT/AST akan meningkat setelah 10 jam dan mencapai
puncaknya 24-48 jam setelah terjadinya infark.
 SGOT/AST serum umumnya diperiksa secara fotometri atau
spektrofotometri, semi otomatis menggunakan fotometer
atau spektrofotometer, atau secara otomatis menggunakan
chemistry analyzer. Nilai rujukan untuk SGOT/AST adalah :
Laki-laki : 0 - 50 U/L
Perempuan : 0 - 35 U/L
Masalah Klinis
 Kondisi yang meningkatkan kadar SGOT/AST :
Peningkatan tinggi ( > 5 kali nilai normal) : kerusakan
hepatoseluler akut, infark miokard, kolaps sirkulasi,
pankreatitis akut, mononukleosis infeksiosa

 Peningkatan sedang ( 3-5 kali nilai normal ) : obstruksi


saluran empedu, aritmia jantung, gagal jantung kongestif,
tumor hati (metastasis atau primer), distrophia muscularis

 Peningkatan ringan ( sampai 3 kali normal ) : perikarditis,


sirosis, infark paru, delirium tremeus, cerebrovascular
accident (CVA)
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
temuan laboratorium :
 Injeksi per intra-muscular (IM) dapat meningkatkan kadar
SGOT/AST
 Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat
menurunkan kadar SGOT/AST
 Hemolisis sampel darah
 Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (ampisilin,
karbenisilin, klindamisin, kloksasilin, eritromisin, gentamisin,
linkomisin, nafsilin, oksasilin, polisilin, tetrasiklin), vitamin (asam
folat, piridoksin, vitamin A), narkotika (kodein, morfin, meperidin),
antihipertensi (metildopa/aldomet, guanetidin), metramisin,
preparat digitalis, kortison, flurazepam (Dalmane), indometasin
(Indosin), isoniazid (INH), rifampin, kontrasepsi oral, teofilin.
Salisilat dapat menyebabkan kadar serum positif atau negatif yang
keliru.
Gamma-GT
• Gamma-glutamil transferase (gamma-glutamyl
transferase, GGT) adalah enzim yang ditemukan
terutama di hati dan ginjal, sementara dalam jumlah
yang rendah ditemukan dalam limpa, kelenjar prostat
dan otot jantung.
• Gamma-GT merupakan uji yang sensitif untuk
mendeteksi beragam jenis penyakit parenkim hati.
• GGT adalah salah satu enzim mikrosomal yang
bertambah banyak pada pemakai alkohol, barbiturat,
fenitoin dan beberapa obat lain tertentu
Tujuan
• Pemeriksaan Gamma glutamyl transferase
(GGT atau Gamma GT), bertujuan sebagai
indikator untuk para pengguna alkohol.
• Pemeriksaan GGT ini biasa dilakukan
bersamaan dengan pemeriksaan ALP untuk
meyakinkan bahwa kenaikan angka pada
GGT disebabkan karena adanya masalah
pada hati, bukan karena faktor lain.
Metode Pemeriksaan
Metode pemeriksaan untuk tes
GGT adalah spektrofotometri atau
fotometri, dengan menggunakan
spektrofotometer/fotometer atau alat
kimia otomatis. Bahan pemeriksaan
yang digunakan berupa serum atau
plasma heparin.
Nilai Rujukan
DEWASA :
• Pria : 15 - 90 U/L
• Wanita : 10 - 80 U/L
• Lansia : sedikit lebih tinggi

ANAK-ANAK
• Bayi baru lahir : 5 x lebih tinggi daripada dewasa
• Prematur : 10 x lebih tinggi dari dewasa
• Anak : sama dengan dewasa.
Alkali Phosphatase?
Alkali phosphatase adalah
suatu kumpulan enzim yang
serupa, yang dibuat dalam
saluran cairan empedu dan
selaput dalam hati. Enzim ini
di produksi oleh epitel hati
dan osteoblast
Dalam keadaan normal Alkali
fosfatase dapat dijumpai peningkatan
pada anak yang sedang tumbuh.

Aktivitas ALP terdapat pada permukaan sel


jaringan manusia seperti di hepar, tulang,
plasenta dan ginjal.
Prosedur yang digunakan
adalah prosedur
elektroforesis, prosedur
ini dapat membedakan
ALP hati atau ALP tulang.
Jika ditemukan kadar ALP yang tinggi
pada anak sebelum maupun sesudah
mengalami pubertas, normal

“mengapa” ????
Keadaan yang dapat mempengaruhi
temuan laboratorium :

1. Sampel hemolisis

2. Pengaruh obat-obatan tertentu

3. Usia pasien
Nilai normal alkali fosfatase :

Dewasa : 50 – 230 U/L

Anak-anak :
1. Bayi : 40 – 115 U/L
2. Remaja : 42 – 136 U/L
 Terdapat : hati, tulang, ginjal, usus dan placenta
 Nilai rujukan : 30 – 110 U/l
 Abnormal :
>5x : obstruksi bilier total
3-5 x : obstruksi bilier akut, cirrhosis aktif,
mononukleosis infeksiosa, hepatitis virus,
osteomalacia, riketchia
< 3x : hepatitis kronik, kehamilan awal,
penyembuhan fraktur, anak sedang tumbuh,
Vit D dosis tinggi, peny. Jantung kongestif
Menurun : hipofosfatemia, defisiensi protein dan
magnesium, kretin retardasi pertumbuhan
• Enzim yang ditemukan di hampir semua
jaringan tubuh.
• Hal ini memainkan peran penting dalam
respirasi sel (proses dimana glukosa (gula)
dari makanan diubah menjadi energi yang
dapat digunakan untuk sel-sel kita) dengan
konsentrasi yang bervariasi sekitar 1500-5000
kali lebih tinggi di dalam darah.
• Disebut juga enzim Laktat Dehidrogenase
TES LDH

1. Tes LDH umumnya digunakan untuk


menyaring kerusakan jaringan.
2. Kerusakan ini mungkin akut (seperti dalam
kasus cedera traumatik) atau kronis (karena
kondisi jangka panjang seperti penyakit hati
atau beberapa jenis anemia).
3. Hal ini juga dapat digunakan untuk
memantau kondisi progresif, seperti distrofi
otot dan HIV.
1. LDH1 (HHHH) terdapat di jantung,
eritrosit, otak
2. LDH2 (HHHM) terdapat di jantung,
eritrosit, otak
3. LDH3 (HHMM) terdapat di paru, otak,
ginjal, limpa, pankreas, adrenal, tiroid
4. LDH4 (HMMM) terdapat di hati, otot
rangka, ginjal
5. LDH5 (MMMM) terdapat di hati, otot
rangka, ileum
1. Banyak tehnik yang digunakan untuk
mengukur isoenzim-isoenzim LDH, seperti
pemanasan spesifitas substrat,
elektroforesis, dan imunoinhibisi subunit
tertentu.

2. Metode yang terbanyak dilakukan adalah


elektroforesis.

3. Aktifitas LDH total dalam serum dapat


diukur dengan laktat sebagai substrat
1. Spesimen yang diperlukan untuk mengukur aktifitas
LDH adalah serum atau cairan tubuh.
2. Spesimen harus bebas dari hemolisis dan apabila
akan disimpan, spesimen harus dipisahkan dari
bekuan.
3. LDH total dan isoenzim LDH stabil pada suhu kamar
selama beberapa hari, tetapi rusak apabila
dibekukan.
4. Hindari adanya gelembung di dalam sampel.
NILAI NORMAL DEWASA :

LDH Total : 100-190 IU/L, 70-


250 U/L
Isoenzim LDH1 : 14-26%; LDH2 :
27-37%; LDH3 : 13-26%; LDH4 :
8-16%; LDH5 : 6-16%. Perbedaan
sebesar 2-4% dianggap normal.

ANAK :
Neonatus : 300-
1500 IU/L
Anak : 50-150 IU/L,
110-295 U/L.
Bilirubin
• Bilirubin adalah produk utama dari
penguraian sel darah merah yang tua.
Bilirubin disaring dari darah oleh hati, dan
dikeluarkan pada cairan empedu.
Sebagaimana hati menjadi semakin rusak,
bilirubin total akan meningkat.

41
 Produk utama katabolisme hemoglobin
Tujuan tes :
1)Evaluasi fungsi hepatobilier dan eritropoetik
2)DD ikterus dan monitor progresivitasnya
3)DD obstruksi bilier dan anemia hemolitik, terapi
peningkatan bilirubin indirek pada bayi

Nilai rujukan : bilirubin indirek ≤ 0,75 mg/dl


bilirubin direk ≤ 0,25 mg/dl
total bilirubin bayi ≤ 1 – 12,0 mg/dl
Abnormal :
 Bilirubin indirek meningkat : anemia hemolitika,

gangguan hati dan defisiensi enzim kongenital


(penyakit Gilbert), hemoglobinopati, reaksi
transfusi, hepatitis, def G6PD
Bilirubin direk meningkat : obsruksi bilier, hepatitis, cirrhosis

Faktor yg berpengaruh :
Meninggi : steroid, sulfa, obat hepatotoksik
Menurun : sinar matahari, UV
 Menentukan kadar : protein total, albumin, globulin
 Elektroforesis  fraksi albumin, alfa 1 globulin, alfa
2 globulin, beta globulin, gamma globulin
 Tujuan tes : melihat defisiensi protein, penyakit
hati, ginjal, gastrointestinal, keganasan
Nilai rujukan :
Protein total : 6,6 – 8,0 g/dl
Albumin : 3,3 – 5,0 g/dl
Abnormal
 Protein total ↑ : inflamasi kronik - artritis, dehidrasi,
DM asidosis, multiple mieloma,
makroglobulinemia, leukemia
monositik
Albumin ↑ : dehidrasi
Globulin ↑ : peny. Kollagen, Hodgkin, MM, TBC,
peny. Autoimun, inflamasi , nephrosis
Protein total ↓ : gangguan hati, malabsorpsi,
malnutrisi, nephrosis, toksemia gravidarum, luka bakar,
DM, glomerulonefritis, schock

Albumin : peny. Kolagen, diare kronik, alnutrisi,


hipertiroid, peny. Ginjal, hati, darah dan keganasan, AIDS,
malnutrisi
Globulin : gangguan koagulasi, infeksi, alnutrisi
peny. Hati dan ginjal
Klasifikasi Penyakit Hepar (1)
O Penyakit Hepar yang sering dijumpai di
O masyarakat , dibedakan yaitu :
O 1. Penyakit Hati akut
O 2. Penyakit Hati kronik

Penyakit hati akut adalah :


Kemungkinan penyebabnya adalah virus, obat2an, alkohol
dan keadaan ischaemia.
Penyakit hati kronis adalah :
O 1. Hepatitis Kronis
O 2. Sirosis Hati
O 3. Hepatoma
ACUTE VIRAL HEPATITIS.
Adalah penyakit sistemik yang menyerang hati.
Jenis penyakit hepatitis virus ini adalah :
O 1. Hepatitis Virus A (HAV)
O 2. Hepatitis Virus B (HBV)
O 3. Hepatitis Virus C (HCV)
HEPATITIS A VIRUS
Hepatitis A virus tergolong dalam RNA virus (heparna).
Penularan melalui fecal-oral. Hepatitis A ini memiliki masa
inkubasi sekitar 4 minggu. Perkembangbiakan virus terbatas
di hati, virus ditemukan di hati, empedu, feses, dan darah
Respons antibody yang muncul adalah IgM HAV

HEPATITIS B VIRUS.
Hepatitis B virus adalah DNA virus (hepadna virus).
Antigen yang diperiksa :
O 1. HBsAg
O 2. HBcAg
O 3. HBeAg
PARAMETER HEPATITIS B
O HBsAg terdeteksi pada lebih dari 95% pasien
dengan Hepatitis B akut, ditemukan di Serum,
cairan tubuh, sitoplasma hepatosit.
O AntiHBs muncul sebagai respon dari infeksi,
antibodi protektif.
O HBcAg nukleocapsid yang mengandung DNA,
sebagai petanda diagnosa akut, bersama
dengan HBsAg dan IgM anti HBc.
O HBeAg polymerase, ada di nucleus hepatosit.
Sebagai petanda dari replikasi virus
PARAMETER HEPATITIS B
O panduan diagnosis kronis hepatitis : IgG
antiHBc , HBsAg.
O Pada saat ini pemeriksaan HBV DNA telah
menjadi pemeriksaan baku pada saat
seorang pasien diketahui mengidap HBsAg
positif.
O Pemeriksaan HBeAg dan Anti HBe pada saat
ini dilakukan untuk menentukan strategi
pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai