Anda di halaman 1dari 30

Farmakologi

Obat Analgetik
Definisi

 Analgetik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi


atau menghilangkan rasa sakit atau obat-obat penghilang
nyeri tanpa menghilangkan kesadaran dan akhirnya akan
memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita.
 Nyeri sebenarnya berfungsi sebagai tanda adanya penyakit
atau kelainan dalam tubuh dan merupakan bagian dari
proses penyembuhan (inflamasi). Nyeri perlu dihilangkan
jika telah mengganggu aktifitas tubuh. Analgetik
merupakan obat yang digunakan untuk menghilangkan
nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Jenis Obat

Morfin HCl
Kodein
Analgetik
Fentanil HCl
Nekrotik
Petidin
Tramadol

Obat Analgetik

Analgetik Non Ibupropen


Nekrotik Paracetamol
Asam Mefenamat
Cara Kerja Obat

 Mekanisme kerja Analgetik Opioid

 Mekanisme kerja utamanya ialah dalam menghambat enzim sikloogsigenase


dalam pembentukan prostaglandin yang dikaitkan dengan kerja
analgetiknya dan efek sampingnya.

 Efek depresi SSP beberapa opioid dapat diperhebat dan diperpanjang oleh
fenotiazin, penghambat monoamine oksidase dan antidepresi trisiklik.
Mekanisme supreaditif ini tidak diketahui dengan tepat mungkin
menyangkut perubahan dalam kecepatan biotransformasi opioid yang
berperan dalam kerja opioid. Beberapa fenotiazin mengurangi jumlah
opioid yang diperlukan untuk menimbulkan tingkat analgesia tertentu.
Tetapi efek sedasi dan depresi napas akibat morfin akan diperberat oleh
fenotiazin tertentu dan selain itu ada efek hipotensi fenotiazin.
 Mekanisme Kerja Obat Analgesik Non-Nakotik

 Hipotalamus merupakan bagian dari otak yang berperan dalam mengatur


nyeri dan temperature. AINS secara selektif dapat mempengaruhi
hipotalamus menyebabkan penurunan suhu tubuh ketika demam.
Mekanismenya kemungkinan menghambat sintesis prostaglandin (PG) yang
menstimulasi SSP. PG dapat meningkatkan aliran darah ke perifer
(vasodilatasi) dan berkeringat sehingga panas banyak keluar dari tubuh.

 Efek analgetik timbul karena mempengaruhi baik di hipotalamus atau di


tempat cedera. Respon terhadap cedera umumnya berupa inflamasi, udem,
serta pelepasan zat aktif seperti brandikinin, PG dan histamin. PG dan
brandikinin menstimulasi ujung saraf perifer dengan membawa impuls nyeri
ke SSP. AINS dapat menghambat sintesis PG dan brandikinin sehingga
menghambat terjadinya perangsangan reseptor nyeri. Obat-obat yang banyak
digunakan sebagai analgetik dan antipiretik adalah golongan salisilat dan
asetominafin (parasetamol).
Antalgin
 Indikasi:
Karena risiko efek sampingnya, penggunaannya sebagai analgesik-
antipiretik sangat dibatasi yaitu: - Nyeri akut hebat sesudah luka atau
pembedahan. - Nyeri karena tumor atau kolik. - Nyeri hebat akut atau
kronik bila analgesik lain tidak menolong. - Demam tinggi yang tidak bisa
diatasi antipiretik lain.

 Kontra Indikasi:
Alergi dipiron, granulositopenia, porfiria intermiten, defisiensi G6PD, payah
jantung, bayi < 3 bulan, hamil trisemester pertama dan 6 minggu terakhir.

 Komposisi:
Tiap tablet mengandung Antalgin 500 mg.
 Dosis:
Oral
Dewasa: 500 - 1000 mg 3 - 4 kali sehari (maksimum 3 gram sehari).
Anak-anak: 250 - 500 mg 3 - 4 kali sehari (maksimum 1 gram untuk < 6 tahun dan 2 gram untuk
6 - 12 tahun).

 Parental
500 - 1000 mg sekali suntik. Jangan lebih dari 1 gram karena dapat menimbulkan syok.
Perhatian:
Pengobatan harus segera dihentikan bila timbul gejala pertama turunnya jumlah sel darah atau
granulositopenia atau sakit tenggorokan atau tanda infeksi lain.
Hati-hati pada penderita yang pernah memiliki penyakit darah.
Jangan digunakan untuk kelainan yang ringan, masih ada obat lain yang lebih aman.
 Efek Samping:
Infeksi lambung, hiperhidrosis.
Retensi cairan dan garam.
Reaksi elaergi cukup sering: reaksi kulit dan edema angioneurotik.
Efek samping yang berat: agranulositosis, pansitopenia dan nefrosis.

Interaksi Obat:
Bila digunakan bersama dengan klorpromazine, dapat menimbulkan hipotermia yang
berat.
Penggunaan pada ibu hamil dan menyusui:
Jangan diberikan pada wanita hamil karena potensi karsigonik dari metabolit
nitrosamin.
Penggunaan pada anak:
Jangan diberikan pada bayi kurang dari 3 bulan (atau BB < 5 kg).
Calapol Suspensi
 Indikasi:
Calapol diindikasikan untuk pengobatan terhadap rasa sakit yang ringan sampai
sedang dan sebagai antipiretika, untuk menghilangkan gejala-gejala seperti:
sakit kepala, sakit gigi dan sakit pada saat tumbuh gigi, sakit tenggorokan, dan
demam. Calapol juga untuk menghilangkan rasa sakit pada saat
menstruasi/haid.
 Kontra Indikasi:
Calapol merupakan kontra indikasi pada penderita yang hiprsensitif terhadap
parasetamol.
 Presentasi:
adalah suspensi berwarna merah muda yang keruh dengan rasa strawberry.
Setiap 5 ml Calapol mengandung Parasetamol BP 120 mg.
 Dosis dan Cara Penggunaan:
Calapol sebaiknya diberikan 4 kali sehari dengan jarak waktu 4 jam atau lebih antara
setiap dosis.

Dosis Standar:
Diberikan setiap 4 jam:
3 - 12 bulan: 1/2 - 1 sendok teh.
1 - 6 tahun: 1 - 2 sendok teh.
6 - 12 tahun: 2 - 4 sendok teh.

Di bawah 3 bulan tidak dianjurkan.

Dosis Optimal:
Orang dewasa dan anak-anak di atas 12 tahun:
Antara 500 mg - 1 gram parasetamol (minimum 325 mg, maksimum 1 g per kali),
diberikan tiap 4 jam dan dosis maksimum adalah 4 g sehari.

Peringatan dan Perhatian:


Parasetamol sudah digunakan secara luas, dan pada dosis yang dianjurkan, efek
sampingnya ringan dan jarang terjadi. Laporan mengenai efek yang tidak diinginkan,
jarang. Kebanyakan laporan dari efek samping parasetamol berhubungan dengan dosis
yang berlebihan.
Parasetamol harus digunakan dengan hati-hati pada penderita payah hati dan disfungsi
ginjal.
 Efek Samping:
Kasus terjadinya thrombocytopenic purpura dan haemolytic
anaemia dan agranulocytosis pernah tercatat.
Dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati.
Hepatik nekrosis kronis pernah dilaporkan pada penderita yang menggunakan
parasetamol dengan dosis teraputik hariannya selama 1 tahun, tetapi suatu penilaian
kembali dari sekelompok penderita dengan chronic active hepatitisgagal membuktikan
perbedaan-perbedaan pada kelainan fungsi hati pada penderita yang menggunakan
parasetamol dalam jangka panjang, maupun tidak menunjukkan perbaikan setelah
parasetamol dihentikan.
Efek nefrotoksik jarang terjadi pada dosis teraputik parasetamol yang dianjurkan,
kecuali pada pemakaian jangka panjang pernah dilaporkan.

Interaksi Obat:
Penderita yang menggunakan obat yang merangsang mikrosomal hepar termasuk
barbiturat, triciclic antidepresan, dan alkohol menunjukkan pengurangan kemampuan
untuk memetabolisisr parasetamol dalam dosis yang besar, waktu paruh plasmanya dapat
diperpanjang. Alkohol dapat memperbesar hepatotoksisitas parasetamol pada dosis yang
berlebihan dan mungkin dapat menyebabkan pankreatitis akut yang telah dilaporkan
terjadi pada seorang penderita yang kelebihan dosis.
Dexamethasone 0,5 mg
 Indikasi:
Dexamethasone Harsen adalah obat anti inflamasi dan anti alergi yang sangat kuat.
Sebagai perbandingan Dexamethasone 0.75 mg setara obat sbb: 25 mg Cortisone, 20 mg
hydrocortisone, 5 mg prednisone, 5 mg prednisolone.
 Kontra Indikasi:
- Dexamethasone Harsen tidak boleh diberikan pada penderita herpes simplex pada
mata; tuberkulose aktif, peptio ulcer aktif atau psikosis kecuali dapat menguntungkan
penderita. - Jangan diberikan pada wanita hamil karena akan terjadi hypoadrenalism
pada bayi yang dikandungnya atau diberikan dengan dosis yang serendah-rendahnya.
 Komposisi:
Tiap tablet Dexamethasone Harsen mengandung:
a. Dexamethasone ................. 0.5 mg.
b. Dexamethasone ................. 0.75 mg.
Tiap ml injeksi Dexamethasone Harsen mengandung:
Dexamethasone Sodium phosphat ..... 5 mg.
 Uraian dan Penggunaan:
Dexamethasone Harsen adalah obat anti inflamasi dan anti alergi yang sangat kuat.
Sebagai perbandingan Dexamethasone 0.75 mg setara obat sbb: 25 mg Cortisone, 20
mg hydrocortisone, 5 mg prednisone, 5 mg prednisolone.
Dexamethasone Harsen praktis tidak mempunyai aktivitas mineral conticoid dari
cortisone dan hydrocortisone, sehingga pengobatan untuk kekurangan adrenocotical
tidak berguna.
Obat ini digunakan sebagai glucocorticoid khususnya: untuk anti inflamasi, pengobatan
rheumatik arthritis dan penyakit colagen lainnya, alergi dermatitis dll, penyakit kulit,
penyakit inflamasi pada masa dan kondisi lain dimana terapi glukocorticoid berguna
lebih menguntungkan seperti penyakit leukemia tertentu dan lymphomas dan inflamasi
pada jaringan lunak dan anemia hemolytica.

Efek Samping:
- Pengobatan yang berkepanjangan dapat mengakibatkan efek katabolik steroid seperti
kehabisan protein, osteoporosis dan penghambatan pertumbuhan anak.
- Penimbunan garam, air dan kehilangan potassium jarang terjadi bila dibandingkan
dengan beberapa glucocorticoid lainnya.
- Penambahan nafsu makan dan berat badan lebih sering terjadi.
Dosis:
Dewasa:
Oral: 0.5 mg - 10 mg per hari
(rata-rata 1.5 mg - 3 mg per hari)
Parenteral: 5 mg - 40 mg per hari
Untuk keadaan yang darurat diberikan intra vena atau intra muskular.
Anak-anak: 0.08 mg - 0.3 mg/kg berat badan/perhari dibagi dalam 3 atau 4
dosis.

Perhatian:
- Kekurangan adrenocotical sekunder yang disebabkan oleh pengobatan dapat
dikurangi dengan mengurangi dosis secara bertahap.
- Ada penambahan efek Corticosteroid pada penderita dengan hypothyroidism
dan chirrhosis.
Dexamethasone 0,75 mg
 Indikasi:
Dexamethasone Harsen adalah obat anti inflamasi dan anti alergi yang sangat
kuat. Sebagai perbandingan Dexamethasone 0.75 mg setara obat sbb: 25 mg
Cortisone, 20 mg hydrocortisone, 5 mg prednisone, 5 mg prednisolone.
 Kontra Indikasi:
- Dexamethasone Harsen tidak boleh diberikan pada penderita herpes simplex
pada mata; tuberkulose aktif, peptio ulcer aktif atau psikosis kecuali dapat
menguntungkan penderita. - Jangan diberikan pada wanita hamil karena akan
terjadi hypoadrenalism pada bayi yang dikandungnya atau diberikan dengan
dosis yang serendah-rendahnya.
 Komposisi:
Tiap tablet Dexamethasone Harsen mengandung:
a. Dexamethasone ................. 0.5 mg.
b. Dexamethasone ................. 0.75 mg.
Tiap ml injeksi Dexamethasone Harsen mengandung:
Dexamethasone Sodium phosphat ..... 5 mg.
 Dosis:
Dewasa:
Oral: 0.5 mg - 10 mg per hari
(rata-rata 1.5 mg - 3 mg per hari)
Parenteral: 5 mg - 40 mg per hari
Untuk keadaan yang darurat diberikan intra vena atau intra
muskular.
Anak-anak: 0.08 mg - 0.3 mg/kg berat badan/perhari dibagi dalam 3
atau 4 dosis.

Perhatian:
- Kekurangan adrenocotical sekunder yang disebabkan oleh
pengobatan dapat dikurangi dengan mengurangi dosis secara
bertahap.
- Ada penambahan efek Corticosteroid pada penderita dengan
hypothyroidism dan chirrhosis.
 Uraian dan Penggunaan:
Dexamethasone Harsen adalah obat anti inflamasi dan anti alergi yang sangat kuat.
Sebagai perbandingan Dexamethasone 0.75 mg setara obat sbb: 25 mg Cortisone, 20 mg
hydrocortisone, 5 mg prednisone, 5 mg prednisolone.
Dexamethasone Harsen praktis tidak mempunyai aktivitas mineral conticoid dari cortisone
dan hydrocortisone, sehingga pengobatan untuk kekurangan adrenocotical tidak berguna.
Obat ini digunakan sebagai glucocorticoid khususnya: untuk anti inflamasi, pengobatan
rheumatik arthritis dan penyakit colagen lainnya, alergi dermatitis dll, penyakit kulit,
penyakit inflamasi pada masa dan kondisi lain dimana terapi glukocorticoid berguna lebih
menguntungkan seperti penyakit leukemia tertentu dan lymphomas dan inflamasi pada
jaringan lunak dan anemia hemolytica.

Efek Samping:
- Pengobatan yang berkepanjangan dapat mengakibatkan efek katabolik steroid seperti
kehabisan protein, osteoporosis dan penghambatan pertumbuhan anak.
- Penimbunan garam, air dan kehilangan potassium jarang terjadi bila dibandingkan
dengan beberapa glucocorticoid lainnya.
- Penambahan nafsu makan dan berat badan lebih sering terjadi.
Neo Rheumacyl Neuro

 Indikasi:
Meringankan rasa nyeri atau ngilu yang disertai kabas, kesemutan dan keram.
 Kontra Indikasi:
- Penderita dengan riwayat ulkus peptikum yang berat dan aktif dan kehamilan
tiga bulan terakhir. - Penderita bronkos patik terhadap asetosal, rinitis dan
urtikaria - Penderita hipersensitif terhadap komponen obat ini.
 Ibuprofen adalah obat anti radang nonsteroid yang berefek analgesik (pereda
rasa nyeri)
Vitamin neurotropik adalah vitamin yang penting meliputi vitamin B1, vitamin
B6, dan vitamin B12
Vitamin B1 dengan perannya dalam metabolisme kabohidrat, penting bagi
penyedian energi untuk saraf.
Vitamin B6 penting untuk metabolisme protein dan diperlukan untuk memelihara
fungsi normal saraf.
Vitamin B12 untuk sintesa asam nukelat dan beperan dalam menjaga intergritas
jaringan saraf.
DEFLAMAT CR
 Indikasi:
Pengobatan inflamasi dan reumatik degeneratif seperti artritis rematoid, spondilitis ankilosa,
osteoartritis dan spondilosa-artritis, sakit pada tulang belakang dan reumatik non artikular.
 Kontra Indikasi:
N/A
 Komposisi:
Deflamat -75 kapsul Controlled-Release :50 mg diklofenak natrium dalam bentuk lepas-lambat &
25 mg diklofenak natrium dalam bentuk salut-enterik. Deflamat -100 kapsul Controlled-Release :
75 mg diklofenak natrium dalam bentuk lepas-lambat & 25 mg diklofenak natrium dalam bentuk
salut-enterik.
Diklofenak mempunyai faedah sebagai analgesik, anti-inflamasi, antipiretik dan anti rematik. Cara
kerja diklofenak adalah menghambat sintesa prostaglandin. Diklofenak mengurangi rasa sakit,
pembengkakan dan demam yang disebabkan oleh proses inflamasi. Diklofenak juga menghambat
akumulasi trombosit yang diinduksi oleh ADP.
Setiap kapsul Deflamat-75 CR atau -100 CR mengandung beberapa ratus granula kecil, yang disebut
pelet. Sebagian kecil dari pelet-pelet tersebut (diklofenak 25 mg) dilapisi oleh film yang tidak
larut didalam asam lambung, sedangkan sebagian besar (diklofenak 50 mg atau 75 mg) mempunyai
pelapis yang menjamin pelepasan diklofenak secara lambat selama beberapa jam. Disatu pihak
Deflamat CR mempunyai mula kerja yang cepat tapi dipihak lain terjadi perpanjangan masa
pelepasan dari zat aktifnya, dengan demikian Deflamat CR cukup diberikan satu kapsul sehari.
Dosis dan Pemakaian:
Kapsul Deflamat-75 CR atau -100 CR diminum di pagi hari setelah sarapan dengan air secukupnya
tanpa dikunyah.
Dosis tergantung keadaan pasien.
Piroxicam
 Indikasi:
Terapi simptomatik rematoid artritis, osteoartritis, ankilosing spondilitis,
gangguan muskuloskeletal akut dan gout akut.
 Kontra Indikasi:
Penderita yang hipersensitif terhadap piroksikam dan penderita yang
mengalami urtikaria, angioderma, bronkospasme, rinitis berat dan syok
akibat Antiinflamasi Nonsteroid Agent.
 Komposisi:
Tiap kapsul mengandung 10 mg piroksikam.
Tiap kapsul mengandung 20 mg piroksikam.
 Cara Kerja Obat:
Piroksikam adalah obat antiinflamasi non steroid yang mempunyai
aktifitas antiinflamasi, analgetik - antipiretik.
Aktifitas kerja piroksikam belum sepenuhnya diketahui, diperkirakan
melalui interaksi beberapa tahap respons imun dan inflamasi, antara
lain: penghambat enzim siklo-oksigenase pada biosintesa
prostaglanin, penghambat pengumpulan netrofil dalam pembuluh
darah, serta penghambat migrasi polimorfonuklear (PMN) dan
monosit ke daerah inflamasi.
 Dosis:
Dewasa: Rematoid artritis, osteoartritis, ankilosing spondilitis, dosis
awal 20 mg dalam dosis tunggal.
Gout akut, 40 mg sehari dalam dosis tunggal selama 4 - 6 hari.
Gangguan muskuloskeletal akut, 40 mg sehari dalam dosis tunggal
selama 2 hari, selanjutnya 20 mg sehari dalam dosis tunggal selama 7
- 14 hari.
Dosis untuk anak belum diketahui.
 Peringatan dan Perhatian:
Tidak dianjurkan pemberian pada wanita hamil dan menyusui. Hati-hati
pemberian pada gangguan pencernaan, jantung, hipertensi dan keadaan
predesposisi retensi air, ginjal dan hati.
Kemanan penggunaan untuk anak-anak belum diketahui dengan pasti.

 Efek Samping:
Keluhan gastrointestinal, misalnya anoreksia, nyeri perut, konstipasi, diare,
flatulen, mual, muntah, perforasi, tukak lambung dan duodenum.
gangguan hematologik seperti trombositopenia, depresi sumsum tulang.
Gangguan kulit: eritema, dermatitis eksfoliatif, sindroma Stevens-Johnson.
Gangguan Saraf pusat: sakit kepala, pusing, depresi, insomnia, gugup.
Efek samping lain seperti hiperkalemia, sindroma nefrotuk, nyeri, demam,
penglihatan kabur, hipertensi dan reaksi hipersensitif.

 Interaksi Obat:
Pemberian piroksikam bersama antikoagulan oral, sulfonil urea atau salisilat
harus hati-hati dan dipantau.
Asetosal dan piroksikam tidak boleh diberikan secara bersama-sama.
Piroksikam dilaporkan dapat meningkatkan kadar litium dalam darah.
Natrium Diklofenak

 Indikasi:
Pengobatan akut dan kronis gejala-gejala reumatoid artritis,
osteoartritis dan ankilosing spondilitis.
 Kontra Indikasi:
- Penderita yang hipersensitif terhadap diklofenak atau yang
menderita asma, urtikaria atau alergi pada pemberian aspirin atau
NSAIA lain. - Penderita tukak lambung.
 Komposisi:
Natrium Diklofenak 25 mg Tablet Salut Enterik
Tiap tablet salut enterik mengandung: Natrium Diklofenak 25 mg.
Natrium Diklofenak 50 mg Tablet Salut Enterik
Tiap tablet salut enterik mengandung: Natrium Diklofenak 50 mg.
 Cara Kerja Obat:
Diklofenak adalah golongan obat non steroid dengan aktivitas anti
inflamasi, analgesik dan antipiretik. Aktivitas diklofenak dengan jalan
menghambat enzim siklo-oksigenase sehingga pembentukan
prostaglandin terhambat.

Efek Samping:
- Efek samping yang umum terjadi seperti nyeri/keram perut, sakit
kepala, retensi cairan, diare, nausea, konstipasi, flatulen, kelainan
pada hasil uji hati, indigesti, tukak lambung, pusing, ruam, pruritus
dan tinitus.
- Peninggian enzim-enzim aminotransferase (SGOT, SGPT) hepatitis.
- Dalam kasus terbatas gangguan hematologi (trombositopenia,
leukopenia, anemia, agranulositosis).
 Peringatan dan Perhatian:
- Hati-hati penggunaan pada penderita dekomposisi jantung atau
hipertensi, karena diklofenak dapat menyebabkan retensi cairan dan
edema.
- Hati-hati penggunaan pada penderita gangguan fungsi ginjal, jantung,
hati, penderita usia lanjut dan penderita dengan luka atau perdarahan
pada saluran pencernaan.
- Hindarkan penggunaan pada penderita porfiria hati.
- Hati-hati penggunaan selama kehamilan karena diklofenak dapat
menembus plasenta.
- Diklofenak tidak dianjurkan untuk ibu menyusui karena diklofenak
diekskresikan melalui ASI.
- Pada anak-anak efektivitas dan keamanannya belum diketahui dengan
pasti.
 Dosis dan Cara Pemakaian:
- Osteoartritis : 2 - 3 kali sehari 50 mg atau 2 kali sehari 75 mg.
- Reumatoid artritis : 3 - 4 kali sehari 50 mg atau 2 kali sehari 75 mg.
- Ankilosing spondilitis : 4 kali sehari 25 mg ditambah 25 mg saat akan
tidur.
Tablet harus ditelan utuh dengan air, sebelum makan.

Interaksi Obat:
- Penggunaan bersama aspirin akan menurunkan konsentrasi plasma
dan AUC diklofenak.
- Diklofenak meningkatkan konsentrasi plasma digoksin, metotreksat,
siklosporin dan litium sehingga meningkatkan toksisitasnya.
- Diklofenak menurunkan aktivitas obat-obatan diuretik.
TRAMADOL
 Indikasi:
TRAMADOL diindikasikan untuk mengobati dan mencegah nyeri yang
sedang hingga berat, seperti tersebut di bawah ini: - Nyeri akut dan
kronik yang berat. - Nyeri pasca bedah.
 Kontra Indikasi:
- Keracunan akut oleh alkohol, hipnotik, analgesik atau obat-obat
yang mempengaruhi SSP lainnya. - Penderita yang mendapat
pengobatan penghambat monoamin oksidase (MAO). - Penderita yang
hipersensitif terhadap TRAMADOL.
 Komposisi:
Tiap kapsul mengandung:
Tramadol Hidroklorida.....................................50 mg
 Cara Kerja Obat:
TRAMADOL adalah analgesik kuat yang bekerja pada reseptor opiat.
TRAMADOL mengikat secara stereospsifik pada reseptor di sistem saraf
pusat sehingga menghentikan sensasi nyeri dan respon terhadap nyeri. Di
samping itu TRAMADOL menghambat pelepasan neutrotransmiter dari
saraf aferen yang bersifat sensitif terhadap rangsang, akibatnya impuls
nyeri terhambat.

Efek Samping:
- Sama seperti umumnya analgesik yang bekerja secara sentral, efek
samping yang dapat terjadi: mual, muntah, dispepsia, obstipasi, lelah,
sedasi, pusing, pruritus, berkeringat, kulit kemerahan, mulut kering dan
sakit kepala.
- Meskipun TRAMADOL berinteraksi dengan reseptor apiat sampai
sekarang terbukti insidens ketergantungan setelah penggunaan
TRAMADOL, ringan.
 Perhatian:

- Hati-hati bila digunakan pada penderita dengan trauma kepala, peningkatan tekanan
intrakranial, gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat atau hipersekresi bronkus;
karena dapat meningkatkan resiko kejang atau syok.

- Dapat terjadi penurunan fungsi paru apabila penggunaan TRAMADOL dikombinasi dengan
obat-obat depresi SSP lainnya atau bila melebihi dosis yang dianjurkan.

- TRAMADOL tidak boleh digunakan pada penderita ketergantungan obat. Meskipun


termasuk agonis opiat, TRAMADOL tidak dapat menekan gejala putus obat, akibat
pemberian morfin.

- TRAMADOL sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil, kecuali benar-benar


diperlukan.
- 0,1% TRAMADOL diekskresikan melalui ASI (Air Susu Ibu).
- TRAMADOL dapat mengurangi kecepatan reaksi penderita, seperti kemampuan
mengemudikan kendaraan ataupun mengoperasikan mesin.
- Lama pengobatan
Pada pengobatan jangka panjang, kemungkinan terjadi ketergantungan, oleh karena itu
dokter harus menetapkan lamanya pengobatan. Tidak boleh diberikan lebih lama
daripada yang diperlukan.
 Dosis:
Seperti halnya obat-obat analgesik, dosis harus diatur sesuai dengan
beratnya rasa sakit dan respon klinis dari penderita.
Dosis untuk dewasa dan anak berumur di atas 14 tahun:
Dosis tunggal: 1 kapsul.
Dosis perhari: hingga 8 kapsul.
Apabila sakit masih terasa, dapat ditambahkan dosis tunggal kedua 1
kapsul TRAMADOL lagi, setalah selang waktu 30 - 60 menit.
Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan hati, perlu
dilakukan penyesuaian dosis.
 Interaksi Obat:
- Penggunaan TRAMADOL bersama dengan obat-obat yang bekerja
pada SSP (seperti: tranquillizer, hipnotik), dapat meningkatkan efek
sedasinya.
- Penggunaan TRAMADOL bersama dengan tranquillizer juga dapat
meningkatkan efek analgesiknya.

Anda mungkin juga menyukai