Anda di halaman 1dari 73

ASPAL

Drs. Kusdiyono, M.T.


1.1. Pengertian
Aspal adalah suatu bahan bentuk padat atau setengah padat berwarna
hitam sampai coklat gelap, bersifat perekat (cementious) yang akan
melembek dan meleleh bila dipanasi, tersusun terutama dari sebagian
besar bitumen yang kesemuanya terdapat dalam bentuk padat atau
setengah padat dari alam atau hasil pemurnian minyak bumi, atau
merupakan campuran dari bahan bitumen dengan minyak bumi atau
derivatnya (ASTM D 8 – 94).

Bitumen adalah suatu campuran dari senyawa-senyawa hidrokarbon


yang berasal dari alam atau dari suatu proses pemanasan, atau berasal
dari kedua proses tersebut; kadang-kadang disertai dengan derivatnya
yang bersifat non logam yang dapat berbentuk gas, cairan, setengah
padat atau padat, yang campuran itu dapat larut dalam karbon
disulfida atau CS2 (The Asphalt Institute).
Ter dibuat dari hasil penyulingan ter kasar yang didapat dari hasil
pembuatan kokas atau penyulingan batu bara
1.1.2. Proses terbentuknya aspal

Aspal buatan, adalah aspal yang diperoleh melalui proses penyulingan


minyak bumi. Yaitu dengan cara memanaskan minyak mentah dan
dipanaskan pada suhu ± 550º F atau 290º C yang kemudian didinginkan
secara bertingkat akan diperoleh fraksi-fraksi, antara lain :

a. Jenis minyak gas (minyak ringan dan mudah menguap)


b. Minyak kerosen atau minyak bakar ringan
c. Minyak diesel
d. Minyak lumas
e. Residu berupa minyak berat
dari masing-masing fraksi minyak diatas, masih dapat dimurnikan atau
dipisah-pisah lagi. Untuk mendapatkan aspal, cukup dengan mengatur
suhu dan vacuum dalam alat suling, sehingga dapat diuapkan minyak-
minyak yang lebih ringan yang terkandung dalam fraksi minyak berat
(residu). Bila suhu dinaikkan dan vacuum didalam menara dinaikkan,
akan didapat aspal dengan penetrasi rendah dan sebaliknya bila suhunya
rendah dan vacuum tidak terlalu tinggi, didapat aspal yang angka
penetrasinya tinggi karena masih tercampur dengan minyak ringan
sebagai pelarutnya. Sebagai ilustrasi proses penyulingan minyak bumi
dapat dilihat dalam Gambar 1.1
Gambar 1.1 Proses penyulingan minyak bumi dan aspal
1.1.3. Klasifikasi aspal buatan

a. Aspal tiup (Blown Asphalt)


Aspal jenis ini dapat diproduksi melalui cara menyemburkan
udara panas kedalam bejana yang berisi aspal panas dengan
suhu antara 200 s.d. 260ºC , maka akan terjadi proses
polimerisasi dan aspal menjadi lebih berat atau lebih keras.

Aspal jenis ini mempunyai sifat tahan terhadap pengaruh


perubahan suhu, oleh karenanya dapat dipergunakan : penutup
atap (bahan genteng aspal), kotak baterai, pelapis kendaraan
bermotor, dan bahan perapat air atau dapat dipergunakan
sebagai pengisi celah sambungan pada jalan dan saluran air

b. Semen aspal (Asphalt Cement)


Semen aspal atau asphalt cement yang biasanya disingkat
dengan tanda AC, adalah jenis bahan perekat yang didapat
dari hasil proses penyulingan minyak berat (residu). Diproduksi
secara umum dengan tanda AC dan diikuti angka
dibelakangnya yang menunjukkan kekentalan aspalnya
Di Indonesia diproduksi dengan tanda Pen dan angka
dibelakangnya, sebagai contoh : Pen 60 berarti aspal dengan
penetrasi 60 unit (unit penetrasi = 0,1 mm masuknya jarum
penetrasi pada suhu 25ºC dan pemberat 100 gram selama 5 detik)

Berdasarkan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan tahun


2007 diproduksi dalam 2 syarat kekentalan seperti Tabel 1.1
Tabel 1.1. Jenis-jenis aspal keras
Persyaratan
No Jenis Pemeriksaan Metode
Pen. 40 Pen. 60
Penetrasi, 25˚C, 100 gr, 5 detik,
1 SNI 06-2456-1991 40 - 59 60 - 79
0,1 mm
2 Titik Lembek,°C SNI 06-2434-1991 51 - 63 48 - 58

3 TitikNyala,°C SNI 06-2433-1991 Min. 200 Min. 200

4 Daktilitas, 25˚C, cm SNI 06-2432-1991 Min. 100 Min. 100

5 Berat Jenis SNI 06-2441-1991 Min. 1,0 Min. 1,0


Kelarutan dalam Trichlor
6 Ethylene, % berat RSNI M-04-2004 Min. 99 Min. 99
Penurunan Berat ( dengan TFOT ),
7 % berat SNI 06-2440-1991 Maks. 0,8 Maks. 0,8
Penetrasi setelah penurunan berat,
8 SNI 06-2456-1991 Min. 58 Min. 54
% asli
Daktilitas setelah penurunan berat,
9 SNI 06-2432-1991 - Min. 50
% asli
10 Uji noda aspal SNI 03-6885-2002 Negatif Negatif
- Standar Naptha
- Naptha Xylene
- Hephtane Xylene
11 Kadar parafin, % SNI 03-3639-2002 Maks. 2 Maks. 2

Catatan : Apabila uji noda disyaratkan, Direksi Teknis dapat menentukan pelarut yang
akan digunakan
c. Aspal Cair (Cut Back Asphalt)
Aspal Cair adalah jenis aspal yang dibuat dari Asphalt Cement yang
dicampur dengan bahan pencair dari minyak bumi yang bersifat
mudah menguap, menguap sedang dan lambat menguap, sehingga
apabila telah diudara terbuka aspal akan mengeras karena bahan
pencairnya menguap
Menurut kecepatan menjadi keras, Aspal Cair diproduksi dalam 3
kelompok, yaitu :
a) Rapid Curing Asphalt, disingkat dengan huruf RC
Merupakan campuran antara Asphalt Cement dengan
pelarut Naptha atau jenis minyak gas lainnya yang
mempunyai sifat kemampuan menguap cepat / tinggi.
b) Medium Curing Asphalt, disingkat dengan huruf MC
Merupakan campuran antara Asphal Cement dengan
pelarut kerosen atau jenis minyak tanah lainnya yang
memiliki kemampuan menguap sedang.
c) Slow Curing Asphalt, disingkat SC
Merupakan campuran antara Asphalt Cement dengan
pelarut minyak tanah yang kemampuan menguapnya
lambat
Jenis aspal cair (Cut Back Asphalt), diproduksi dengan tanda
huruf dan angka dibelakangnya yang menunjukkan
viskositas kinematiknya, misal : RC800 artinya jenis Rapid
Curing Asphalt dengan viskositas kinematik 800 C.St.
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia, aspal cair RC, MC
dan SC mempunyai sifat seperti dalam Tabel 1.2
Tabel 1.2. Jenis aspal cair menguap cepat
RC 70 RC 250 RC 800
No Jenis Pemeriksaan Satuan
Min. Mak. Min. Mak. Min. Mak.
1 Kekentalan Kinematik 60°C 70 140 250 500 800 1600 C.St

2 Titik Nyala Cleveland open cup - - 27 - 27 - °C

3 Kadar air - 0,2 - 0,2 - 0,2 %


Destilasi terhadap isi destilas pada
4
360°C
sampai 190°C 10
sampai 225°C 50 35 15
sampai 260°C 70 60 45
sampai 315°C 85 80 75
sisa destilasi pada 360°C 55 65 75 % isi
Penetrasi ( residu destilasi ) 25C,
5 80 120 80 120 80 120 0,1 mm
5 cm per menit.
Daktilitas ( residu distilitat ) 25C,
6 100 100 100 cm
5 cm per menit
Kelarutan zat dalam CS2 atau
7 CCl4
99 99 99 % berat
% dari permu
8 Pelekatan dalam air 80 80 80
kaan batuan

Catatan :
RC : Rapid Curing ( menguap cepat )
Tabel 1.3. Jenis aspal cair menguap sedang
M C 70 M C 250 M C 800
No Jenis Pemeriksaan Satuan
Min. Mak. Min. Mak. Min. Mak.
1 Kekentalan Kinematik 60°C 70 140 250 500 800 1600 C.St

2 Titik Nyala Cleveland open cup 38 - 65 - 65 - °C


3 Destilasi terhadap isi destilas pada
360°C
sampai 190°C
sampai 225°C 0 20 0 10 - -
sampai 260°C 20 60 15 55 35 -
sampai 315°C 65 90 60 87 45 80
sisa destilasi pada 360°C 55 - 67 - 75 - % isi
Penetrasi ( residu destilasi ) 25C,
4 120 250 120 250 120 250 0,1 mm
5 cm per menit.
Daktilitas ( residu distilitat ) 25C,
5 100 100 100 cm
5 cm per menit
Kelarutan zat dalam CS2 atau
6 99 99 99 % berat
CCl4
% dari permu
7 Pelekatan dalam air 80 80 80
kaan batuan
8 Kadar air - 0,2 - 0,2 - 0,2 %

Catatan :
MC : Medium Curing ( menguap sedang )

Tabel 1.4. Jenis aspal cair menguap lambat


SC 70 SC 250 SC 800
No Jenis Pemeriksaan Satuan
Min. Mak. Min. Mak. Min. Mak.

1 Kekentalan Kinematik 60°C 70 140 250 500 800 1600 C.St

2 Titik Nyala Cleveland open cup 65 - 80 - 93 - °C

3 Kadar air - 0,5 - 0,5 - 0,5 %


4 Destilasi terhadap isi destilat pada
pada 360°C 10 30 4 20 2 12 % isi
Viskositas kinematik residu 60°C
5 4 70 8 100 20 160 Stoke

6 Residu aspal dari 100 pen 50 - 60 - 70 - % berat


Daktilitas residu aspal 100 pen,
7 100 - 100 - 100 - cm
25°C, 5 cm per menit.
Kelarutan zat dalam CS2 atau
8 99 - 99 - 99 - % berat
CCl4
% dari permu
9 Pelekatan dalam air 70 - 70 - 70 -
kaan batuan

Catatan :
SC : Slow Curing ( menguap lambat )
d. Aspal Emulsi ( Emultion Asphalt )
Aspal emulsi adalah jenis aspal yang dibuat dari campuran
Asphalt Cement dengan air dan bahan untuk membuat emulsi
(emultion acid). Asphal Cement tidak akan larut dalam air,
oleh karena itu agar aspal tetap dalam bentuk butiran dan
terbagi secara merata (dalam bentuk butir kecil-kecil) atau
emulsi diperlukan bahan tambah sejenis sabun (terbuat dari
jenis damar kayu atau protein)
Proses pembuatannya dengan cara mencampur air panas,
aspal panas dan bahan pembuat emulsi diaduk dalam alat
pencampur (colloid mill) dengan kecepatan aduk dari 100
sampai dengan 6000 rpm, akan terbentuklah butiran aspal
yang terdispersi dalam air. Agar dispersi butiran aspal tidak
menggumpal lagi, perlu ditambah dengan bahan stabilisator
emulsi, lihat Gambar 1.2.
Berdasarkan sifat stabilitas emulsi yang mempunyai sifat
cepat pecah, agak lambat pecah, lambat pecah dan
kecepatannya melekat agregat, maka aspal emulsi
dibedakan dalam 3 jenis, yaitu :
Komposisi campuran aspal emulsi dan proses pembuatannya dapat dilihat
seperti dalam Gambar 1.2. dan Gambar 1.3.

Gambar 1.2. Campuran aspal emulsi dan sketsa campuran

Gambar 1.3. Bagan alir proses pembuatan aspal emulsi


a) Rapid Setting, aspal emulsi yang bersifat cepat pecah dan
melekat agregat dengan cepat diproduksi dengan tanda RS
b) Medium Setting, aspal emulsi agak lambat pecah dan agak
lambat melekat agregat diproduksi dengan tanda MS
c) Slow Setting, aspal emulsi lambat pecah dan lambat
melekat agregat diproduksi dengan tanda SS

selain perbedaan kecepatan pecah dan kemampuan melekat


agregat, karena proses pembuatan aspal emulsi dengan
diaduk, maka butiran aspal dapat bermuatan elektron. Jika
bermuatan elektron negatip disebut dengan Emulsi Anion dan
yang bermuatan positip disebut dengan Emulsi Kation. Aspal
Emulsi anion, karena bermuatan negatip akan cocok untuk
agregat yang bermuatan positip yaitu agregat yang terbentuk
dari logam/basa, misal : batu kapur atau dolomite. Sebaliknya
aspal emulsi bermuatan elektron positip (kation), hanya cocok
untuk agregat yang bermuatan negatip yaitu batuan yang
bersifat asam, misal dari jenis silikat (SiO2).
Untuk mencegah kenetralan dan membedakan dalam
pemakaian, diproduksi dengan kode K angka 1 atau 2
dibelakang huruf atau seperti dalam Tabel 1.5. dan Tabel 1.6
Tabel 1.5. Jenis dan persyaratan aspal emulsi Kationik
No Jenis Mengendap cepat Mengendap sedang Mengendap lambat
Mutu CK-1 MCK-2 MSK-2 MSK-2K MLK-1 MLK-1K
(ORS-1) (ORS-2) (ORS-2) (ORS-2n) (CSS-1) (CSS-1)
Sifat-sifat Min Max Min Max Min Max Min Max Min Max Min Max
1 Viskositas sayball. Furol
detik.... - - - - - - - - 20 100 20 100
Sayb. Furol detik.... 20 100 100 400 50 450 50 450 - - - -
2 Mengendap, 5 hari, - 5 - 5 5 5 - 5 - 5 - 5
%.......
3 Kestabilan 1 hari , %...... - 1 - 1 - 1 - 1 - 1 - 1
4 Tes klasifikasi..... atau baik baik
5 Pemisahan 35 ml. C. 5% 40 40
sodium disctysulfocus sinata
%..........
6 Daya melapis dan ketahanan
air
6a Lapisan, batuan kering baik
6b Lapisan setelah semprotan air a.gakb
aik
6c Lapisan, batuan basah...... agakba
ik
6d Lapisan, setelah semprotan air baik

7 Muatan listrik positi positi positip positi positi positi


p p p p p
8 Analisa ayakan %....... 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10
9 Tes semen%........ 2,00 2,00
10 Destilasi
10a Minyak isi % ..... dari emulsi 3 3 12 12

10b Sisa destilasi%....... 60 65 65 65 57 57


11 Pemeriksaan sisa destilasi
11a Penetrasi 25C, 100 gr, 5 detik 100 250 100 250 100 250 40 90 100 250 40 90

11b Daktilitas 25, 5 cm per menit 40 40 40 40 40 40

11c Daya larut C2H3Cl3 %........ 97,5 97,5 97,5 97,5 97,5 97,5

Keterangan :
MCK : Mengendap Cepat Kationik
MSK : Mengendap Sedang Kationik
MLK : Mengendap Lambat Kationik
Tabel 1.6. Jenis dan persyaratan aspal emulsi Anionik
Jenis Mengendap cepat Mengendap sedang Mengendap lambat
No MUTU MC-1 MC-2 MS-1 MS-2 MS-2K ML-1 ML-1K
(RS-1) (RS-2) (MS-1) (MS-2) (MS2K) (SS-1) (SS1K)
Sifat Min Max Min Max Min Max Min Max Min Max Min Max Min Max
1 Viskositas say. 20 100 20 100 100 100 20 100 20 100
Furol detik ....

2 Mengendap, 5 5 5 5 5 5 5 5
5hari %......

3 Kestabilan 1hari 1 1 1 1 1 1 1 1
%......

4 Pemisahan 35 60 baik 60 baik


ml, 0,02mc,
Cl2,% Cl

5a Lapisan batuan baik baik baik


kering

5b Lapisan setelah Agak baik Agak baik Agak baik


smp air

5c Lapisan batuan Agak baik Agak baik Agak baik


basah

5d Lapisan setelah Agak baik Agak baik Agak baik


smp air

6 Tes semen 20 20
7 Tes ayakan % 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1

8 Sisa destilasi% 55 63 55 65 65 57 57

9 Pem. sisa
destilasi
9a Penetrasi,25C,1 100 200 100 200 100 200 100 200 40 90 100 200 40 90
00gr, 5 detik

9b Daktilitas 25C, 40 40 40 40 40 40 40
5cm/ mnt

9c Daya larut 97,5 97,5 97,5 97,5 97,5 97,5 97,5


C2H3Cl3 %........

Keterangan :
MC : Mengendap Cepat RS : Rapid Setting
MS : Mengendap Sedang MS : Medium Setting
ML : Mengendap Lambat SS : Slow Setting.
1.1.4. Ter

Ter untuk jalan dibuat dari hasil penyulingan ter kasar yang
didapat dari hasil pembuatan kokas, atau penyulingan batu bara
secara bertingkat. Dari hasil penyulingan bertingkat dan
viskositasnya, ter dapat dibedakan dalam 12 macam perbedaan
dengan tanda RT dan angka mengikuti dibelakangnya, RT-1
adalah jenis ter yang paling encer (ringan) dan RT-12 merupakan
jenis ter yang kekerasannya hampir sama dengan aspal penetrasi
200. Disamping itu juga diproduksi aspal cair (Cut-Back Road Tar),
yaitu mencampur ter dengan minyak ringan, hanya saja dibuat
dalam 2 jenis RTCB-5 dan RTCB-6.
Jenis dan penggunaan Road Tar, antara lain :
a. RT-1, adalah jenis Road Tar yang paling encer dipergunakan
untuk penangkap debu atau Dust Treatment
b. RT-2 dan RT-3, dipergunakan sebagai bahan pelapis/penutup
(laburan permukaan)
c. RT-4, dipergunakan untuk pelapis permukaan atau laburan
permukaan jalan
d. RT-5, RT-6 dan RT-7, dipergunakan sebagai pelapis
permukaan jalan dan campuran lapis permukaan.
e. RT-8 dan RT-9, dipergunakan sebagai pelapis permukaan,
campuran permukaan jalan dan lapis penutup atau
pelindung.
f. RT-10 dan RT-11, dipergunakan sama dengan RT-8 dan RT-9
tetapi dapat dipergunakan untuk perbaikan-perbaikan
dalam campuran panas.
g. RT-12, dipergunakan untuk lapis penetrasi Makadam, ter
beton dan perbaikan campuran panas.
1.2. Sifat-sifat aspal
1.2.1. Sifat Kimia
Aspal merupakan suatu campuran antara bitumen dengan
mineral-mineral lainnya, sehingga sifat yang paling menentukan
dalam aspal adalah bitumen. Aspal merupakan campuran koloid,
dimana butiran-butiran yang berbentuk padat disebut dengan
“Asphalthene” dan massa cair yang disebut dengan “Malthene”.

Malthene terdiri dari senyawa-senyawa : basa nitrogen, acidaffin


satu, acidaffin dua dan parrafin, yang masing-masing mempunyai
sifat :
a. Basa nitrogen, merupakan jenis damar (resin) yang reaktip
sehingga dapat mendispersikan asphalthene.
b. Acidaffin satu, merupakan senyawa hidrokarbon yang
bersifat damar yang dapat melarutkan dispersi asphalthene.
c. Acidaffin dua, merupakan senyawa hidrokarbon yang agak
kurang jenuh yang dapat melarutkan dispersi asphalthene.
d. Parrafin, merupakan senyawa hidrokarbon jenuh yang
berfungsi sebagai penyebab terjadinya semacam gel dalam
aspal
Senyawa-senyawa pembentuk Asphalthene dan Malthene merupakan
senyawa aromatis dari Naphtha yang tercampur dengan Alkana.
Perbedaan antara Asphalthene dengan Malthene adalah :
a. Asphalthene, mempunyai senyawa hidrokarbon yang memiliki
berat molekul tinggi (10³ sampai 105) dengan perbandingan
C/H antara 0,3-0,9.
b. Malthene, mempunyai senyawa hidrokarbon yang berat
molekulnya lebih rendah yang merupakan campuran senyawa
hidrokarbon bersifat “damar” dengan perbandingan C/H
antara 0,8-0,6 dan hidrokarbon jenis “minyak” yang
perbandingan C/H ± 0,4 atau lebih rendah

Maka sifat-sifat bahan campuran yang ada didalam aspal atau


bitumen adalah :
a. Asphaltene merupakan bahan utama yang memiliki sifat
kekerasan,
b. Damar (resin) menyebabkan sifat lekat dan liat (ductile),
c. Minyak menyebabkan sifat plastis sampai cair, sehingga aspal
atau bitumen memiliki sifat viskositet dan kelembekan.
d. Basa Nitrogen mempunyai pengaruh dalam aspal yaitu
bersifat reaktip dan jika dalam aspal kebanyakan
mengandung basa Nitrogen, maka aspal akan tidak tahan
aus.
e. Kadar Paraffin menjadikan aspal peka terhadap pengaruh
suhu dan menurunkan daya lekat.
f. Kadar karbon bebas menjadikan aspal tidak homogen.

Berdasarkan hasil penelitian Roster dan White menyatakan bahwa senyawa-


senyawa dalam “Maltene”, sangat menentukan sifat ketahanan lama dari
aspal sebagai bahan perekat. Dari penelitian ini dikenal dengan sebutan
“Maltene Distribution Ratio”, yaitu angka perbandingan antara jumlah
senyawa basa nitrogen + acidaffin 1 dibagi dengan jumlah paraffin + acidaffin
2, dan disingkat dengan :
N  A1

P  A2
dimana :
N= % senyawa basa Nitrogen
A1= % Acidaffin 1
P= % Paraffin
A2= % Acidaffin 2
Maltene Distribution Ratio yang baik pada Asphalt Cement
dengan penetrasi 85-100 dan memiliki sifat tahan aus adalah 1,14.
Atau secara umum seperti dalam tabel 1.7. sebagai berikut :
Tabel 1.7. Mutu kimiawi aspal
N + A1
Mutu kimiawi aspal
P + A2
0,4 - 0,8 Sangat baik
0,8 - 1,2 Baik
1,2 - 1,5 Cukup
> 1,5 Kurang

Untuk mengetahui sifat aspal yang tahan lama ini, dapat


dilakukan percobaan dengan membuat benda coba cara :
a. Menimbang berat aspal semen 2 bagian berat;
b. Menimbang 100 bagian berat pasir Ottawa Ø 20 – 30
skala Mesh;
c. Cetak berbentuk pellet ukuran Ø = 0,5 inchi dan t = 0,4
inchi dengan tekanan 1000 psi dan biarkan selama 30
menit serta timbang beratnya;
d. Masukkan dalam bejana dan putar sebanyak 500
putaran;
e. Timbang beratnya.
Klasifikasikan berdasarkan kehilangan berat :
Klas 1, bila tidak ada bagian berat yang hilang
Klas 2, bila bagian berat yang hilang antara 0 – 10%
Klas 3, bila kehilangan berat 10 – 20%
dan seterusnya sampai klas 9, dengan bagian berat yang hilang setiap
kenaikan 10%. Klas 1 s.d. 3 dianggap cukup baik, sedang klas 4 dan
seterusnya dianggap kurang baik daya lekatnya .

1.2.2. Sifat fisis

Sifat fisis aspal yang utama untuk dapat dipergunakan sebagai


konstruksi jalan adalah :
a. Kepekatan (konsistensi)
b. Ketahanan lama
c. Derajad pengerasan
d. Ketahanan terhadap pengaruh air
a). Kepekatan (konsistensi)
Sehubungan dengan peranan kepekatan / konsistensi bahan aspal untuk
bahan jalan, dua hal penting antara lain :
1.5. Aspal / Bitumen untuk Konstruksi Jalan

Berdasarkan klas campuran, dapat dibedakan dalam 2 macam,


yaitu :
a. Campuran yang dilakukan di pabrik pengolahan.
b. Campuran yang dikerjakan langsung ditempat (dalam
bentuk pelapisan atau penetrasi).

1.5.1. Campuran yang dilakukan di pabrik pengolahan


Berdasarkan cara kerja alat pengolah dan suhu kerja, dapat
dibedakan sebagai berikut :
a. Aspal beton campuran panas (Hot Mix Asphaltic Concrete);
b. Aspal beton campuran dingin(Cold Mix);
c. Aspal beton yang dicampur sambil berjalan (Travel Mixing
Plant);
d. Campuran aspal beton yang dikerjakan langsung diatas
Jalan (Road Mix Metode).
1.5.1.1. Aspal beton campuran panas (Hot Mix Asphaltic Concrete)

Merupakan jenis aspal beton yang dibuat dalam suatu unit


pengolah, dimana aspalnya dipanaskan sampai suhu ± 135⁰ C dan
agregatnya dipanasi ± 150⁰ C, kemudian dicampur menjadi satu
lalu diangkut ketempat pekerjaan dan dihamparkan serta
dipadatkan/digilas pada suhu minimum 107⁰ C.
Lapisan seringkali dibuat 3 lapis, yaitu :
a. Lapis hitam (Black Base), dimana lapis yang menggunakan
agregat dengan butir maksimum 1 inchi (25,4 mm) dan
jumlah aspalnya minimum;
b. Lapis antara, dimana lapis yang menggunakan agregat
dengan butir maksimum 1/2 inchi (12,5 mm) dan jumlah
aspalnya sedang;
c. Lapis permukaan, dimana lapis yang menggunakan
agregat dengan butir maksimum 1/4 inchi (6 mm) dan
jumlah aspalnya optimum.
Lapis penutup harus memenuhi persyaratan Stabilitas, Ketahanan
lama, fleksibilitas dan tahan slip.
Seluruh lapisan aspal beton campuran panas mempunyai
ketebalan 3 inchi (7,5 cm) sesuai perencanaan.
Penggunaan : untuk konstruksi jalan lalu lintas berat, jalan Tol,
landasan pacu pesawat terbang dan lain sebagainya.

1.5.1.2. Aspal beton campuran dingin (Cold Mix )


Merupakan jenis aspal beton yang dibuat dari campuran agregat
dan aspal cair (Cut Back Asphalt) yang dicampur dalam keadaan
dingin.
Pembuatan campuran dilakukan setempat dimana perbaikan
jalan akan dilakukan dan biasanya dalam suasana cuaca panas
dan kering.
Penggunaan : untuk pekerjaan perbaikan permukaan jalan,
karena jika menggunakan Hot Mix diperkirakan mahal atau
kurang ekonomis.
1.5.1.3. Aspal beton yang dicampur sambil berjalan (Travel Mixing Plant)

Merupakan jenis aspal beton yang dibuat dengan cara


menggunakan suatu alat pencampur yang dapat berjalan.
Pembuatan campuran dilakukan dengan agregatnya dalam
keadaan kering dengan suhu udara biasa dan aspalnya
menggunakan aspal cair atau aspal (Asphalt Cement) yang
dipanasi terlebih dahulu. Agregat yang akan dipakai harus
bergradasi baik diisikan kemesin pengaduk, kemudian aspal cair
dalam jumlah tertentu dimasukkan dan diaduk serta dapat
langsung dihamparkan / digilas.

1.5.1.4. Campuran aspal beton yang dikerjakan langsung diatas Jalan


(Road Mix Metode).

Agregat yang akan dipakai dihamparkan terlebih dahulu diatas


jalan ditimbun berbentuk jalur, kemudian disiram aspal cair atau
aspal panas dalam jumlah yang diperkirakan. Dibelakang alat
penyiram bergerak motor grader untuk mengaduk sampai
homogen, setelah itu dihamparkan dan digilas/dipadatkan.
Penggilasan dilakukan jika bahan yang menguap telah kurang
dari 25%, dan kadar air agregat tidak lebih dari 2%.

1.5.2. Campuran aspal beton yang dikerjakan langsung setempat


Berdasarkan jenis pekerjaan campuran aspal dibedakan 2 macam,
antara lain :
a. Berupa pelapisan /perbaikan permukaan jalan (Surface
Treatment);
b. Konstruksi penetrasi Makadam.

1.5.2.1. Pelapisan /perbaikan permukaan jalan (Surface Treatment);

Tujuan pekerjaan pelapisan adalah untuk :


a. Mendapatkan lapis gesek pada permukaan jalan;
b. Mempertinggi daya tahan slip (gelincir);
c. Memperbaiki sifat pembiasan cahaya;
d. Membuat batas jalan
e. Perbaikan lapisan permukaan jalan lama yang retak-
retak.
1.5.2.2. Konstruksi Penetrasi Makadam

Konstruksi Makadam ditujukan untuk jalan agar dapat menahan


beban lalu-lintas yang lebih berat, sehingga jalan menjadi lebih
kuat dan stabil.
Pembuatannya melalui cara dihamparkan agregat yang ukuran
butirannya seragam antara 2 sampai 4 cm, kemudian disiramkan
aspal cair atau aspal panas yang disiramkan diatas hamparan.
Kemudian ditaburkan agregat berukuran kecil sebagai
pengunci/pengisi rongga sambil diikuti penyiraman sedikit aspal
cair/panas dan selanjutnya digilas.
1.5.3. Perencanaan Aspal Beton Campuran Panas

1.5.3.1. Pengertian
Beton adalah susunan agregat yang direkat menjadi satu menjadi
suatu massa yang padat.
Berdasarkan perekatnya dibedakan menjadi 2, antara lain :
a. Aspal beton (perekat dari aspal/bitumen atau ter);
b. Beton semen Portland (termasuk perekatnya jenis hidrolis
lainnya)

1.5.3.2. Sifat aspal beton yang diperlukan


Sifat aspal beton, harus :

a. Stabil atau mantap;


b. Tahan Lama (Durable);
c. Tidak Slip (Gelincir);
d. Ekonomis.
Sifat tersebut dipengaruhi oleh cara merencanakan dan faktor-
faktor antara lain :
a. Susunan butir agregat;
b. Jenis dan mutu agregat
c. Jumlah aspal dalam campuran
d. Kepekatan (konsistensi) dan mutu aspal.

1.5.3.3. Persyaratan agregat


a. Susunan butir agregat;
b. Ketahanan terhadap gesekan;
c. Kekekalan ;
d. Kemurnian dan kebersihan ;
e. Gesekan internal;
f. Sifat permukaannya.
1.5.3.4. Langkah-langkah perencanaan campuran aspal beton

Dasar-dasar pertimbangan untuk membuat aspal beton :


Aspal beton disusun dari agregat yang berbutir terkecil
sampai dengan terbesar, dibuat dari :
a. Batu pecah (bentuk tidak teratur dan permukaan kasar,
lihat gambar 1.a);
b. Kerikil (bentuk butirannya bulat dan permukaannya
licin, lihat gambar 1.b).

Gambar 1.a. Gradasai batu pecah Gambar 1.b. Gradasi kerikil


Susunan butiran tersebut, butir-butir yang kecil akan mengisi
rongga-rongga diantara butir yang besar, maka susunan
agregat yang demikian akan memiliki jumlah rongga yang
terkecil (hal demikian terjadi pada agregat yang gradasinya
seperti pada lengkung Fuller, dimana besar prosentase lolos
dimasing-masing mata ayakan dari persamaan P = 100 d⁰’⁵/D).
Contoh : untuk AC-WC (Asphalt Concrete-Wearing Coarse)
Secara umum, agregat dijumpai dalam beberapa keadaan,
antara lain :
a. Bila susunan butir agregat memiliki butir terkecil sampai
yang terbesar dalam jumlah tercukupi, maka agregat yang
berbutir demikian akan menghasilkan aspal beton yang
memiliki jumlah void (rongga) “sedikit” dibanding bila
susunan butir terdiri dari besar butir yang seragam (lihat
gambar 1.c dan 1.d)

Gambar 1.c. Gradasai kontinyu Gambar 1.d. Gradasi seragam


b. Bila susunan butir terdiri dari butir-butir yang berbentuk
bulat, butiran bulat mempunyai permukaan licin akan lebih
mudah bergerak bila ada beban dari luar dan dapat
menyebabkan beton tidak stabil (lihat gambar 1.e)

Gambar 1.e. Butir agregat bentuk bulat


c. Bila susunan butir terdiri dari batu pecah, butir demikian
mempunyai bentuk tidak teratur dan permukaan kasar
akan lebih stabil bila dibanding dengan agregat berbentuk
bulat, karena bila ada beban dari luar, butir agregat akan
saling mengunci sehingga mampu menahan beban dengan
baik atau beton stabil (lihat gambar 1.f)

Gambar 1.e. Butir agregat tidak teratur dan permukaan kasar


d. Apabila susunan butir lebih longgar (kebanyakan aspal),
maka butir agregat akan mengapung didalam aspal,
konstruksi yang demikian biasanya kurang stabil apabila
terkena perubahan suhu dan tekanan (lihat gambar 1.g)

Gambar 1.g. Aspal beton kebanyakan aspal


e. Apabila Jumlah aspal dikurangi (kekurangan aspal), aspal
beton yang demikian kestabilan beton cukup baik tetapi
kadar udara terlalu besar, akan membantu mempercepat
keregasan aspal dan akhirnya ikatan aspal mudah lepas dan
agregat akan pecah akibat beban lalu lintas (lihat gambar
1.h)

Gambar 1.h. Aspal beton kekurangan aspal


Hal-hal yang penting pada proses pembuatan aspal
beton, antara lain :
a. Jumlah volume udara (void) didalam aspal beton dinyatakan dalam
“persen kepadatan”, dan rentang kepadatan antara (94 sampai 98)%
yang berarti kandungan rongga udara berkisar antara (6 sampai 2)%.
b. Rongga diantara butir agregat (VMA = void in mineral aggregate),
1. Berkisar ± 35% atau lebih untuk agregat tidak padat
2. Kurang dari 20% agregat padat.
c. Jumlah aspal yang perlu mengisi jumlah rongga diantara agregat,
merupakan fungsi dari luas permukaan butir agregat (makin kecil butir
agregatnya, makin luas permukaannya dalam suatu volume/berat
tertentu pemakaian aspal optimum akan naik dibanding dengan jika
dipakai besar butir maksimum lebih besar ukurannya).
Pada perencanaan aspal beton (khususnya untuk Laston), disyaratkan
sebagai berikut :
Langkah-langkah perencanaan aspal Beton campuran panas :

Start

Persiapan alat/bahan

Uji bahan

Agregat kasar Agregat halus Filler Aspal

Memenuhi syarat
bahan uji

•Rerata Kadar Aspal Optimum (Pb) Rancangan Campuran Rencana.


•Pembuatan benda uji (6 seri dengan beda 0,5%, 2 seri berada dibawah Rerata Kadar
aspal optimum dan 3 seri berada diatas Rerata Kadar aspal optimum)

Uji Stabilitas, Flow, Density, VMA, VIM, VFA


dan MQ pada KAO(Kadar Aspal Optimum)

Pembuatan benda uji untuk Stabilitas Marshall sisa (membuat benda uji pada KAO dengan cara
memadatkan sejumlah 2x40; 2x50; 2x60 dan 2x75 tumbukan kemudian dicari VIM 7%)

Uji Stabilitas (Stabilitas Marshall sisa minimum 80% Stabilitas Marshall)

Pembuatan benda uji Kepadatan membal (Refusal Density) dengan jumlah


pemadatan 2x400 tumbukan untuk benda uji berdiameter 4” atau 2x600 tumbukan
untuk diameter benda uji berdiameter 6” (VIM minimum 2,5%)

Stop
.
.1. Memilih susunan butir agregat sesuai dengan peruntukan jenis
.
perkerasan yang di inginkan ( AC-WC, AC-BC atau AC-Base )

AC-WC/HRS-
WC AC- BC
Shoulde CL
r (LPB)
2%
AC Base
4% 2%
4%

LPA LPB
2. Memilih jenis agregat yang akan dipakai dalam campuran;
3. Menentukan perbandingan dari tiap agregat yang akan dicampur
sehingga memenuhi syarat susunan besar butir yang baik
(Penggabungan Agregat);
Ukuran saringan
19 12,7 9,5 4,75 2,4 0,6 0,3 0,15 0,08
( mm )
Inchi 3/4" 1/2" 3/8" #4 #8 # 30 # 50 # 100 # 200
100 100 90 58 - - - 10
Spesifikasi
100 90 28 - - - 4
Tengah 100 95 43 - - - 7
Agr. Kasar 100 90 80 50 10 1,1 0 0 0
Agr. Halus 100 100 100 96 82 51 36 21 9,2
Ukuran saringan
19 12,7 9,5 4,75 2,4 0,6 0,3 0,15 0,08
( mm )
Inchi 3/4" 1/2" 3/8" #4 #8 # 30 # 50 # 100 # 200
100 100 90 58 - - - 10
Spesifikasi
100 90 28 - - - 4
Tengah 100 95 43 - - - 7
Agr. Kasar ( A ) 100 90 59 16 3,2 1,1 0 0 0
Agr. Halus ( B ) 100 100 100 96 82 51 36 21 9,2
Agr. Kasar ( 48 % ) 48,0 43,2 28,3 7,7 1,5 0,5 0,0 0,0 0,0
Agr. Halus ( 52 % ) 52,0 52,0 52,0 49,9 42,6 26,5 18,7 10,9 4,8
Total Gabungan 100,0 95,2 80,3 57,6 44,2 27,0 18,7 10,9 4,8
ANALISA BAHAN SUSUN
Tanggal datang : 26 April 2017 No. Job : 123 / PJ - CI / IV / '17
Tanggal uji : 27 April-24 Juni 2017 Proyek : Pekerjaan Konstruksi Jalan
Dikerjakan oleh : M. Bagus Satriawan, A.Md. Lokasi : Batang - Semarang
Dihitung oleh : Drs. Kusdiyono, MT. Pelaksana : PT. NADZIF PUTRA

Spesifikasi Tinggal Jumlah Bahan Menurut


Saringan Jumlah.Bahan Susun
Bahan Lolos (%) Diatas Target Gradasi Keterangan
mm # Range Target Gradasi (%) Tinggal (%) ( gr) Berat (gr) % thd.Agg. % thd Camp.
Agregat 50,8 2 100 100 0 0 0 Pb =0,035*51,22+0,045*40,77+0,18*8,01+0,5
1200 gr 37,5 1 1/2" 100 100 0 0 0 5,09
25,4 1" 100 100 0,00 0,00 0,00
19 3/4" 100 100,00 0,00 0,00 0,00
12,5 1/2" 90 - 100 95,20 4,80 4,80 57,60 669,60 55,80 52,89
9,5 3/8" 77 - 90 80,30 19,70 14,90 178,80
4,750 No.4 53 - 69 57,60 42,40 22,70 272,40
2,360 No.8 33 - 53 44,20 55,80 13,40 160,80
1,180 No.16 21 - 40 37,98 62,02 6,22 74,64
0,600 No.30 14 - 30 27,00 73,00 10,98 131,76
0,300 No.30 9 - 22 18,70 81,30 8,3 99,60 472,80 39,40 37,35
0,150 No.100 6 - 15 10,90 89,10 7,8 93,60
0,075 No.200 4- 9 4,80 95,20 6,1 73,20
Pan 100,00 4,8 57,60 57,60 4,80 4,55
Aspal 5,50 66,00 5,50 5,21
Jumlah 1200,00 1266,00 100,00 47,11
4. Menentukan berat jenis dari agregat gabungan dan berat jenis aspal;
5. Memperkirakan rerata kadar aspal optimum (Pb);

Pb = 0,035 ( %CA ) + 0,045 ( %FA ) + 0,18 ( %FF ) + Konstanta

Dimana :
Pb = kadar aspal
CA = agregat kasar tertahan saringan No.8
FA = agregat halus lolos saringan No.8 dan tertahan No.200
Filler = agregat halus lolos saringan No.200

Nilai konstanta sekitar 0,50 -1,0 untuk AC dan HRS

6. Membuat benda uji 6 seri dengan setiap seri kadar aspal berbeda 0,5%
(2 seri berada dibawah kadar aspal optimum, 3 seri berada diatas
rerata kadar aspal optimum) ;
7. Benda uji didiamkan selama 24 jam;
8. Ukur tinggi benda uji dan timbang beratnya;
9. Merendam benda uji dalam air selama 24 jam dan timbang beratnya;
10. Lap permukaannya dan timbang di udara
11. Menguji “Stabilitas” dan “Pelelehan” setelah direndam dalam Waterbath
selama 30-40 menit;
12. Menghitung (analisa) tiap-tiap benda uji, antara lain :
a. Jumlah persen rongga (VIM:Void in the Mix)
b. Rongga diantara butir agregat (VMA:Void in Mineral Aggregate)
c. Persen rongga terisi aspal (VFA:Void Filled Asphalt);

13. Menentukan kadar aspal optimum dari data yang didapat;


14. Menentukan VIM 7% dengan cara membuat benda uji yang dipadatkan
sebanyak (2x40; 2x50; 2x60 dan 2x75) tumbukan atau dengan vibrator
hammer;
15. Rendam benda uji pada suhu 60⁰ C selama 24 jam dan uji Stabilitas
serta tentukan nilai Stabilitas Marshall Sisa (minimum mempunyai nilai
80%);
16. Buat benda uji untuk dipadatkan sebanyak 2x400 untuk cetakan
diameter 4” dan 2x600 untuk 6” (harus mempunyai nilai kepadatan
minimum 2,5%).
Langkah-langkah pembuatan benda uji, antara lain :
a. Persiapan alat
CONTOH
PERCOBAAN MARSHALL (SNI 06-2489-1991)
Tanggal datang : 26 April 2017 No. Job : 123 / PJ - CI / IV / '17
Tanggal uji : 27 April-24 Juni 2017 Proyek : Pekerjaan Konstruksi Jalan
Dikerjakan oleh : M. Bagus Satriawan, A.Md. Lokasi : Batang - Semarang
Dihitung oleh : Drs. Kusdiyono, MT. Pelaksana : PT. NADZIF PUTRA

No t(mm) a b c d e f g h i(VMA) j(VIM) k(VFA) l m n(MS) o p(MQ) q(Pbe) r(Pba)


I1 61,80 4,5 4,3 1233,14 1237,61 703,20 534,41 2,307 2,535 17,05 8,96 47,43 490 10,532 1.077,61 3,82 282,10 3,61 0,727
I2 65,12 4,5 4,3 1228,22 1232,61 704,21 528,40 2,324 2,535 16,44 8,29 49,55 535 11,489 1.048,20 2,22 472,16 3,61 0,727
Rata-rata 2,316 2,535 16,75 8,63 48,49 11,011 1.062,90 3,02 351,96 3,61
II1 59,70 5 4,8 1230,32 1241,32 713,05 528,27 2,329 2,517 16,68 7,48 55,17 580 12,447 1.354,12 3,60 376,15 4,07 0,727
II2 65,30 5 4,8 1234,12 1239,78 712,12 527,66 2,339 2,517 16,32 7,08 56,61 620 13,298 1.206,68 2,76 437,20 4,07 0,727
Rata-rata 2,334 2,517 16,50 7,28 55,89 12,872 1.280,40 3,18 402,64 4,07
III1 63,00 5,5 5,2 1233,52 1244,21 728,20 516,01 2,390 2,500 14,88 4,38 70,56 535 11,489 1.141,75 3,32 343,90 4,52 0,727
III2 64,10 5,5 5,2 1241,50 1257,04 732,23 524,81 2,366 2,500 15,77 5,38 65,90 530 11,383 1.068,65 3,43 311,56 4,52 0,727
Rata-rata 2,378 2,500 15,32 4,88 68,23 11,436 1.105,20 3,38 327,47 4,52
IV1 62,30 6 5,7 1239,63 1244,28 722,00 522,28 2,373 2,483 15,88 4,42 72,16 491 10,553 1.066,32 5,05 211,15 4,97 0,727
IV2 64,50 6 5,7 1230,40 1250,04 729,12 520,92 2,362 2,483 16,29 4,89 70,01 480 10,319 957,64 3,55 269,76 4,97 0,727
Rata-rata 2,368 2,483 16,09 4,65 71,08 10,436 1.011,98 4,30 235,34 4,97
V1 64,20 6,5 6,1 1238,36 1245,02 725,05 519,97 2,382 2,467 15,99 3,46 78,36 472 10,149 950,80 6,40 148,56 5,42 0,727
V2 65,10 6,5 6,1 1235,08 1242,50 723,23 519,27 2,378 2,467 16,10 3,59 77,73 464 9,978 910,35 3,62 251,48 5,42 0,727
Rata-rata 2,380 2,467 16,05 3,52 78,04 10,064 930,58 5,01 185,74 5,42
VI1 61,70 7 6,5 1240,01 1247,44 725,12 522,32 2,374 2,451 16,65 3,14 81,14 400 8,593 881,75 6,20 142,22 5,86 0,727
VI2 65,10 7 6,5 1244,25 1248,01 724,11 523,90 2,375 2,451 16,62 3,10 81,34 382 8,203 748,42 3,90 191,90 5,86 0,727
Rata-rata 2,375 2,451 16,64 3,12 81,24 8,398 815,09 5,05 161,40 5,86
KURVA : HUBUNGAN KADAR ASPAL vs PARAMETER MARSHALL
Tanggal datang : 26 April 2017 No. Job : 123 / PJ - CI / IV / '17
Tanggal uji : 27April-24 Juni 2017 Proyek : Pekerjaan Konst. Jalan
Dikerjakan oleh : M. Bagus Satriawan A.Md. Lokasi : Batang - Semarang
Dihitung oleh : Drs. Kusdiyono, MT. Pelaksana : PT. NADZIF PUTRA
DIAGRAM PENENTUAN KADAR ASPAL OPTIMUM
AC-WC (Asphalt Concrete Wearing Coarse)
Tanggal datang : 26 April 2017 No. Job : 123 / PJ - CI / IV / '17
Tanggal uji : 27April-24 Juni 2017 Proyek : Pekerjaan Konst. Jalan
Dikerjakan oleh : M. Bagus Satriawan A.Md. Lokasi : Batang Semarang
Dihitung oleh : Drs. Kusdiyono, MT. Pelaksana : PT. NADZIF PUTRA

Rentang kadar aspal yang memenuhi Spesifikasi


Parameter Marshall
4,5 5 5,5 6 6,5 7
Kepadatan ( Density )

Rongga dalam mineral agregat ( VMA )

Rongga terisi aspal ( VFA )

Rongga dalam campuran ( VIM ) dan VIM-PRD

Stabilitas Marshall ( MS )

Kelelehan Marshall ( Flow )

Kadar Aspal Optimum ( KAO ) 5,35%

Anda mungkin juga menyukai