Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KASUS

Pembimbing:
dr. Thariq Emyl T.H, SpAn

Disusun Oleh:
Ratri Aninditya
1610221047
Riw. Penyakit
Ny. AU, 38th  Look externally :
Deformitas (-)
Asma Terkontrol
 Evaluate:
dengan ventolin
 Distansia
inhaler
Cholelitiasis interincisor 3
Pro Laparoskopi jari
RR : 22x/menit  Distansia
mentohyoid 3
Ekspirasi jari
memanjang  Distansia
Kunjungan Pra Anetesi
krikohyoid 2
Spirometri : jari
 Mallampati : 1
Retriksi sedang &  Obesitas : BMI 32
ASA II dengan
obstruksi sedang  Neck mobility :
asma terkontrol
ekstensi maksimal
leher
Midazolam, 2mg
INTRAOPERATIF Premedikasi
Fentanyl, 150mcg

Propofol, 150mg
Induksi Oksigenasi
Rocuronium,
50mg

WHEEZING
Intubasi
Preoksigenisasi

Dexametasone, Rocuronium,
10mg, IV 10mg
Pemasangan NGT

Maintenance

O2 : Air
Sevofluran 2%
1 :1
Ventialasi
Cairan
VT 350
RR 12 Ringer Laktat
PEEP 5
Evaluasi
Penurunan
Sat.O2
Rocuronium,
20mg

Aminofilin 240mg Ketamin 30mg

Saturasi
10 menit
O2 naik
Ketamin 30mg (97%)
Tramadol 100mg

Operasi Selesai Ekstubasi


Ondancentron
4mg

Saturasi
RL 1.000cc stabil
Perdarahan 10cc (98%)
Urin 50cc ICU

Saturasi
100%
Anestesi
Pada
Laparoskopi Anestesi Pada
Pasien Asma
PREOPERATIF

Seluruh pasien yang akan menjalani operasi


laparoskopik harus menjalani pemeriksaan
praoperatif, terutama pada pasien dengan risiko
tinggi dan tidak dapat mengatasi efek yang
ditimbulkan akibat peningkatan tekanan
intraabdominal.
INTRAOPERATIF

Jalan Nafas Ventilasi Analgesia Pemantauan

• Kapnograf
Risiko Blok subdural, • Oksimeter
Insersi ETT denyut
barotrauma epidural
dengan cuff • Tekanan jalan
Peningkatan ataupun TAP nafas maksimal
Relaksasi
PEEP  (transversus dan rata-rata
neuromuscular
penurunan abdominis • Volume tidal dan
Vent. Tek postif
cardiac output plane). grafik flow-
volume.
PASCAOPERATIF

Nyeri Oksigenasi Mual Muntah

Mengeluarkan
gas CO2 Menghindari efek Berikan obat
sebanyk- pneumoperitoneum profilaksis
banyaknya
PREOPERATIF

Riw. Penyakit Pf. Fisik Px.Lab Rontgen Fungsi Paru Pengobatan


 Premedikasi

 Benzodiazepin  anxiolitik  asma berat dapat


menyebabkan depresi pernapasan

 Opioid  analgesia  fentanyl tidak memiliki efek


pelepasan histamine

 Kortikosteroid parenteral, bronkodilator


 Induksi

 Propofol, Ketamin  mencegah dan mereverse


bronkokonstriksi melalui mekanisme utama
penekanan neural dan melalui penekanan langsung
aktivitas otot polos airway.
 Muscle Relaxant

 Yang baik digunakan adalah nondepolarisasi dan


non histamine realase  Rocuronium
 Penggunaan laryngeal mask airway (LMA)
menurunkan bronkospasme, tapi tidak
menghilangkan resiko bronkospasme sebagai
akibat dari tindakan laringkoskopi.

 Resiko tambahan pada penggunaan LMA ketidak


mampuan untuk ventilasi selama bronkospasme
karena tekanan inspirasi dapat menambah
penutupan LMA pada laring.
 Inhalasi

 Isofluran dan desfluran  menimbulkan


bronkodilator dengan derajat yang setara tetapi
harus dinaikkan secara lambat karena sifatrnya
iritasi ringan di jalan napas.

 Sevofluran tidak terlalu berbau (tidak menusuk)


dan memiliki efek bronkodilator serta sifatnya tidak
iritasi di jalan napas
 Oksigenasi dengan pemberian oksigen 100%
 Mendalami anestesi dengan meningkatkan agen
volatile
 Aminophillyn 5-7 mg/kg i.v secara pelan-pelan
 Ipratropium bromide 0,25 mg nebulizer, adrenalin
bolus I.v (10μg=0,1 ml), ketamin 2 mg/kg
magnesium 2 gr i.v secara lambat
 Hidrokortison 200 mg i.v.
 Kontrol nyeri post operasi yang bagus adalah
epidural analgesia.
 NSAID harus dihindari karena dapat mencetus
terjadinya bronkospasme.
 Pemberian bronkodilator dilanjutkan lagi sesegera
mungkin pada pasca pembedahan.
 Ekstubasi dalam perlu dilakukan sebelum terjadi
pulihnya reflek jalan napas normal untuk mencegah
brokospasme atau setelah pasien asma sadar
penuh.
 PreOperatif
 Udara dingin  pencetus kekambuhan asma 
bronkospasme reversible  dapat terjadi selama
anestesi.

 Obesitas  faktor yang menyebabkan sulit intubasi

 Robbins, Kumar, Cotran, 2012, “Buku Ajar Patologi”, Edisi 7, Jakarta:EGC, p.512-514.

 Indro Mulyono, 2000 : Pengelolaan Perioperatif pada penderita gangguan Pernapasan dalam PIB X IDSAI diBandung, hal : 111-133.

 Obesity and Consequences. Available from : www.cdc.gov/nccdphp/dnpa/obesity/consequences.html


 IntraOperatif
 Premedikasi :
 Midazolam  efek sedasi  mudah larut lemak &
melewati sawar darah otak  efek sentral.
(0.1mg/KgBB)
 Fentanyl  analgesic (1-3mcg/KgBB)

 Bertram, Katzung, 2012, “Farmakologi Dasar & Klinik”, Edisi 10, Jakarta:EGC
 Induksi
 Propofol  sedasi jangka panjang (15-2.5mg/KgBB)
 Rocuronium  muscle relxant non depolarisasi 
tidak bersifat histamine release (0.45-0,9mg/KgBB)

 D.S, Zundila, Elysabeth, “Anestetik Umum” dalam Farmakologi dan Terapi, 2012, Edisi 5, Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, p.137.
 Intubasi  stimulasi reseptor vagus 
bronkokonstriksi  terdapat wheezing pada
auskultasi

 Pemberian dexamethasone  menghambat


inflamasi mukosa eosinofilik dan limfositik pada
saluran napas
 Rocuronium

 Robbins, Kumar, Cotran, 2012, “Buku Ajar Patologi”, Edisi 7, Jakarta:EGC, p.512-514.

 Bertram, Katzung, 2012, “Farmakologi Dasar & Klinik”, Edisi 10, Jakarta:EGC
Pemasangan nasogastric tube

Mengurangi tekanan udara lambung, menurunkan


resiko kerusakan gaster, dan memperbaiki
visualisasi

 Morgan GE, Mikhail MS, J.Murray M., Clinical Anesthesiology 4th edition. McGraw Hill. New York. 2006.
Sevofluran 2%.

Tidak terlalu berbau (tidak menusuk) dan memiliki


efek bronkodilator serta sifatnya tidak iritasi di jalan
napas.

Bouquet J, Jeffery PK. Busse WW, Jhonson M, Vignola AM, Asthma. From bronchocontriction to airwy remondelling. Am J Respir Crit Care Med, 2000; 161:1720-45
 Ventilasi dengan VT 350, RR 12, PEEP 5, Pressure
control 35cmH2O

 Pengaturan ventilasi ini mengakibatkan


peningkatan risiko barotrauma dan tekanan inflasi
tinggi, terutama pada pasien obes.

 Pengaturan pressure control menghindari risiko


barotrauma pada laparoskopi.

 Hayden P, Cowman S. Anaesthesia for laparoscopic surgery. Contin Educ Anaesth Crit Care Pain. 2011;11(5):177-80. Disitasi 30 Oktober 2017. Tersedia
dari: https://academic.oup.com
Penurunan SaO2 100%  96%  92%

Aminofilin (+) (6-8mg/KgBB)

Menghambat aktivitas adenosine, yang dimana


reseptor adenosine dapat menyebabkan timbulnya
bronkokonstriksi pada pasien asma
Evaluasi  SaO2 94%

Ketamin

Mencegah dan mereverse bronkokonstriksi melalui


mekanisme utama penekanan neural dan melalui
penekanan langsung aktivitas otot polos airway

 Hayden P, Cowman S. Anaesthesia for laparoscopic surgery. Contin Educ Anaesth Crit Care Pain. 2011;11(5):177-80. Disitasi 30 Oktober 2017. Tersedia
dari: https://academic.oup.com
 Tramadol 100mg IV  Ondancentron 4mg IV

 Analgesia post operasi  Mengurangi efek


samping mual
 Maintenance cairan

 Maintenance : (4x10)+(2x10)+(1x62) = 122 ml


 Operasi (6 ml/kg/jam) : 82 x 6 = 492 ml
 Puasa (6 jam) : 122 x 6 = 732 ml
 Pemberian
 Jam I : ½ Puasa + Maintenance + Operasi = 366 + 122
+ 492 = 980 ml
 Jam II : ¼ Puasa + Maintenance + Operasi = 183 + 122
+ 4922 = 797 ml
 Pada preoperatif, didapatkan pasien memiliki riwayat asma
terkontrol dengan inhaler ventolin, dimana asma kambuh
setiap malam saat udara dingin
 Pemeriksaan LEMON, didapatkan obesitas yang dapat
mempengaruhi manajemen jalan napas saat operasi.
 Pada intraoperatif, premedikasi diberikan midazolam 2mg
dan fentanyl 150mcg, dimana tidak terdapat kontraindikasi
terhadap obat tersebut.
 Pada induksi, pasien di berikan propofol 150mg dan
Rocuronium 50mg, hal sesuai dengan teori dimana muscle
relaxant yang diberikan tidak bersifat histamin release.
 Pemasangan Endo Trakeal Tube pada pasien dapat
memicu bronkokonstriksi, dimana pada pasien
asma disarankan penggunaan LMA.
 Pemasangan nasogastrik tube dapat mengurangi
tekanan udara lambung, menurunkan resiko
kerusakan gaster, dan memperbaiki visualisasi
selama tindakan laparoskopi
 Pemberian Dexametasone 10mg I.V dan
Rocuronium 10 mg bekerja untuk menghambat
inflamasi mukosa eosinofilik dan limfositik pada
saluran napas dan bersifat histamine release
 Sevofluran 2% dipilih karena tidak terlalu berbau
(tidak menusuk) dan memiliki efek bronkodilator
serta sifatnya tidak iritasi di jalan napas.

 Ventilasi dengan VT 350, RR 12, PEEP 5, Pressure


control 35cmH2O diberikan menghindari risiko
barotrauma, namun volume tidal yang diberikan
harus diperhatikan agar pasien mendapatkan
minute volume yang adekuat pada saat tindakan
laparoskopi.
 Pemberian aminofilin 240mg dengan dosis terbagi
dimasukan secara I.V dan secara drip I.V
intraoperatif untuk mengatasi timbulnya
bronkokonstriksi.

 Pemberian ketamin 30mg I.V dan 10 menit


kemudian diberikan kembali ketamin 30mg untuk
mencegah dan mereverse bronkokonstriksi.

 Diberikan tramadol 100mg I.V sebagai alagesia


post operasi
 Ondancentron 4 mg mengurangi efek samping
mual.

 Tidak dilakukan ekstubasi untuk mencegah status


asmatikus berulang.

 Kebutuhan cairan pasien selama operasi 1.772cc,


yang dimana pada penerapan diberikan 1.000cc.

Anda mungkin juga menyukai