VISIT) Dilakukan sehari sebelum operasi untuk kasus-kasus elektif atau beberapa jam sebelum operasi untuk kasus emergency. Penting untuk mengetahui kondisi fisik, psikis serta perubahan-perubahan biokimia yang terjadi pada penderita yang diberi anestesi dan menjalani operasi. Ada empat hal yang perlu dievaluasi saat kunjungan preop 1. Surgical disease : penyakit yang menyebabkan penderita dioperasi. 2. Internal disease : penyakit-penyakit lain yang menyertai surgical disease-nya misalnya penderita dengan hernia tetapi juga menderita kencing manis atau iskemia jantung 3. Kesulitan pemberian anestesi : mis. Kesulitan intubasi pada waktu pemberian anestesi umum atau kesulitan penyuntikan pada analgesia regional 4. Komplikasi anestesi yang mungkin terjadi baik selama maupun setelah operasi. Pemeriksaan prabedah meliputi a. Anamnesis : • Identifikasi pasien : nama, jenis kelamin, umur, berat badan, alamat, pekerjaan, dll • Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita (asma bronkiale, DM, hipertensi dll) • Riwayat alergi terhadap obat-obatan atau makanan (alergi penisilin, anestesi lokal atau NSAID) • Riwayat obat-obatan yang sedang atau telah digunakan yang mungkin menimbulkan interaksi dengan obat anestesi mis : kortikosteroid, antihipertensi, antidiabetik, antibiotik dll • Riwayat operasi & anestesi yg pernah dialami sebelumnya. Apakah ada riwayat kesulitan atau komplikasi pemberian anestesi sebelumnya terutama riwayat MH (Malignant Hyperthermia) berupa hipertermia yang timbul akibat pemberian anestetik (halotan, suksinil-kolin dll). Penderita dewasa tidak boleh mendapat halotan 2 kali dalam 3 bulan. • Kebiasaan sehari-hari yang mungkin dapat mempengaruhi anestesi : 1. Perokok berat ( > 20 batang / hari) dapat mempersulit induksi anestesi karena mudah batuk dan sekresi jalan napas yang banyak. Rokok sebaiknya dihentikan 24 jam sebelumnya untuk menghindari adanya gas CO dalam darah. 2. Peminum alkohol, umumnya resisten terhadap obat-obat anestesi khususnya golongan barbiturat. b. Evaluasi Keadaan Umum Penderita • Keadaan fisik : status gizi (malnutrisi / obesitas) • Keadaan psikis : gelisah, takut, depresi, kesakitan • Tanda-tanda penyakit saluran napas : batuk-batuk, sputum kental atau encer, sesak napas, wheezing, hemoptisis dll • Tanda-tanda penyakit jantung & kardiovaskuler : hipertensi, aritmia, dispnue atau ortopnue, sianosis, clubbing finger, nyeri dada, edema tungkai dll • Kelainan gastrointestinal : mual, muntah, diare, hematomesis, melena, ileus obstruksi dll • Kelainan hepatobilier : ikterus obstruktiva dan hepatitis • Kelainan urogenital : gagal ginjal kronik • Kelainan endokrin : DM, Basedow dll • Kelainan neuromuskuler : hemiparesis, paralisis, neuropati dll • Kelainan hematologi : anemia, bleeding tendency, dll c. Riwayat Keluarga Apakah ada penyakit-penyakit tertentu dalam lingkungan misalnya malignant hyperthermia, kematian karena serangan jantung, apopleksia dll d. Pemeriksaan Fisis • Tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, frekuensi napas, suhu tibuh, dan nyeri. • Pemeriksaan paru-paru : apakah bunyi napas simetris dan vesikuler atau ada ronkhi, wheezing atau rales • Pemeriksaan jantung : apa bunyi jantung murni atau ada bising (murmur) • Pemeriksaan abdomen : apakah flat atau extended, defanse lokal atau general, periltastik usus normal, meninggi atau melemah. • Pemeriksaan organomegali : hepatomegali, splenomegali dll • Kelainan tulang belakang : skoliosis, kifosis, atau lordosis • Pemeriksaan mulut : Kemampuan buka mulut, gigi geligi yang goyang atau gigi palsu e. Pemeriksaan Laboratorium • Darah : - Rutin - Faal pembekuan darah - Gula darah - Faal hati - Faal ginjal • Urine : rutin f. Pemeriksaan Tambahan, jika diperlukan • Pemeriksaan faal paru : untuk mengetahui kapasitas vital paru serta ada atau tidaknya obstruksi atau retriksi paru. • Foto toraks : untuk mengetahu ada tidaknya pneumotoraks, emfisema paru, bronkoektasis, posisi trakea dll • Pemeriksaan EKG, pada umur di atas 40 tahun atau bila ada indikasi • Elektolit (Na, K, Cl) serta gas darah • Untuk menghindari kesulitan intubasi perlu dilakukan identifikasi pasien yang berpotensi terjadi kesulitan intubasi dengan melakukan tes Mallampati. • Pasien posisi duduk membuka mulut semaksimal mungkin disertai lidah dijulurkan. Pada saat itu kita melihat daerah faring bagian posterior. Bila bagian posterior tidak terlihat kemungkinan akan terjadi kesulitan intubasi. Di samping itu pada pasien yang akan diintubasi dilakukan “cek 8 T” • T1 = Teeth = Gigi Apakah gigi atas mengalami penonjolan, goyang, atau memakai gigi palsu ? Gigi yang menonjol atau goyang mudah terlepas pada pemasangan ETT. Gigi palsu jika fiksasinya baik tidak perlu dikeluarkan • T2 = Tongue = Lidah Apakah lidah besar? Lidah yang besar dapat menyulitkan tindakan intubasi • T3 = Temporomandibular joint Apakah sendi temporomandibular mengalami kekakuan? Sehingga pasien sukar membuka mulut(trimus). Jika penderita tidak mampu buka mulut lebih lebar dari 2 jari (5 cm) berarti akan ada kesulitan intubasi • T4 = Tonsil Apakah ada hipertrofi tonsilyang dapat menyulitkan jalan napas. • T5 = Torticollis Apakah ada torticollis yang dapat menyulitkan dalam proses fleksi dan ekstensi kepala • T6 = Thyroid Notch Apakah jarak antara tiroid dengan simfisis mandibulakurang dari 3 jari dengan ekstensi kepala maksimal (7 cm). Jika kurang akan menulitkan intubasi. • T7 = Trakhea Apakah trakhea mengalami deviasi yang biasanya disebabkan adanya tumor di leher. • T8 = Tumor Apakah ada tumor atau polip dalam faring atau laring g. Penentuan Status Fisik (Phisical State = PS) pasien Dibagi dalm 6 kelompok : • PS 1 : Tidak ada gangguan organik, biokimia maupun psikiatri (pasien dalam keadaan sehat yang memerlukan operasi). Proses patologis yang akan dilakukan operasi terbatas lokasinya dan tidak akan menyebabkan gangguan sistemik. - Dewasa muda sehat akan menjalani operasi hernia ingunalis - Wanita muda sehat dengan mioma uteri akan dilakukan miomektomi • PS2 : Pasien dengan gangguan sistemik ringan sampai sedang : - Pasien jantung organik tanpa pembatasan aktifitas atau pembatasan ringan direncanakan operasi hernia - DM ringan direncanakan appendectomy - Hipertensi terkontrol - Leukositosis - Anemia - Umur ekstrim (neonatus/geriatri) tanpa penyakit sistemik - obesitas • PS3 : Pasien dengan gangguan sistemik berat misalnya - DM berat - Penyakit jantung : Angina pektoris, post miokarditis • PS4 : Pasien dengan gangguan sistemik berat yang secara langsung membahayakan jiwanya - Dekompensasi kordis - Gangguan paru berat - Gagal ginjal - Sirosis hepatis • PS5 : Pasien dengan keadaan terminal dengan kemungkinan hidup kecil sekali - Trauma kapitis yang berat - Emboli paru masif - Aneurisma abdominalis yang pecah • PS6 : Pasien stadium terminal (mati batang otak) yang akan melakukan donor organ Operasi darurat : Setiap pasien dari masing-masing kelas di atas jika mengalami pembedahan darurat dipertimbangkan menjadi dalam kondisi fisik yang jelek. Dibelakang angka yang menunjukkan kelasnya ditulis huruf E (Emergency) Penundaan Operasi Karena Alasan Klinis : • Infeksi saluran pernafasan akut bagian atas Sekret hidung, demam, & pemeriksaan fisik toraks menunjukkan adanya kelainan akibat ISPA pembedahan elektif harus ditunda • Penyakit tidak terkontrol yang ada sebelumnya & terapi obat-obatan Pasien yg menderita penyakit lain yang tidak terkontrol dgn baik yg kemungkinan memberikan hasil buruk setelah anestesi, untuk pembedahan elektif harus ditunda sampai mendaoatkan jawaban/saran dari dokter ahli lain yang sesuai dgn bidangnya. Hal yg sama pada pasien yang sedang menjalani terapi • Resusitasi yang tidak adekuat pada pembedahan darurat Penundaan ditunda dalam 1-2 jam untuk menghasilkan keadaan sirkulasi yang lebih baik. Hal ini perlu diperhatikan, apalagi bila perdarahan sangat ekstensif & berlangsung terus-menerus. • Pasien makan/minum beberapa saat sebelum operasi Untuk operasi elektif pasien dipuasakan paling kurang 6 jan untuk makanan padat & minimal 2 jam untuk clear fluid dgn jumlah yang tidak banyak. • Pasien belum memberikan inform consent Semua pasien dewasa yg dianggap mampu wajib memberikan persetujuan untuk tindakan anestesi atau pembedahan. Bila ada keraguan atau pasien belum memberikan persetujuan, maka operasi ditunda utk sementara sampai mendapatkan izin dari pasien atau keluarga.