Anda di halaman 1dari 28

+

HEMORRHOID GRADE II

Oleh : fadilla arifani 2010730033


Pembimbing : dr. Lukman nurfauzi Sp.B
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah
+
Definisi

 Hemorrhoid adalah pelebaran


vena di dalam pleksus
haemorrhoidalis yang tidak
merupakan keadaan patologik.

 Apabila menyebabkan keluhan


atau penyulit, diperlukan
tindakan.

 Hemorrhoid merupakan bantalan


pada jaringan submukosa yang
terdiri dari venula, arteriol, dan
serabut otot halus pada saluran
anal.
+
Anatomi
Rectum
 membentang dari colon sigmoid hingga
anus (muara ke bagian luar tubuh).

 Satu inchi terakhir dari rectum disebut


sebagai kanalis ani dan dilindungi oleh otot
sftinger ani eksternus dan internus.

Canalis Analis
 Canalis analis merupakan bagian paling
distal dari saluran pencernaan, panjang 4
cm.

 Canalis analis dibatasi oleh tulang-tulang


coccygeus di bagian posterior, di bagian
anterior oleh perineal body dan vagina
pada wanita, serta uretra pada laki-laki.
+

• Canalis analis terbagi dalam 2 bagian yang dipisahkan oleh


linea dentata / linea pectinata.
• Bagian atas terdiri dari 12 sampai 14 columna Morgagni,
dimana pada columna-columna ini terdapat glandula-
glandula analis.
• Mukosa dari bagian atas canalis analis ini berwarna
kemerah-merahan dan epitelnya merupakan epitel kolumnar.
Bagian bawah dari canalis analis ditandai dengan mukosa
yang berwarna lebih pucat dan sel-sel epitel skuamosa.
+

 Kedua pleksus haemorrhoid,


internus dan eksternus, saling
berhubungan secara longgar dan
merupakan awal dari aliran vena
yang kembali bermula dari
rektum sebelah bawah dan anus.

 Pleksus haemorrhoid intern


mengalirkan darah ke
v.haemorrhoidalis superior dan
selanjutnya ke vena porta.

 Pleksus haemorrhoid eksternus


mengalirkan darah ke peredaran
sistemik melalui daerah perineum
dan lipat paha ke vena iliaka.
+
Etiologi

 Kesulitan dalam buang air besar, sehingga harus mengedan

 Duduk terlalu lama

 Obesitas

 Kehamilan

 Diare dan pengeluaran feses yang terlalu sering

 Keganasan pada kolon

 Hipertensi portal

 Riwayat episiotomy

 Hubungan seks melalui anus (anal intercourse)


+
Patogenesis
 Secara histologis, hemoroid memiliki tiga bagian penting: lining
(mukosa rectum atau epitel skuamosa), stroma (pembuluh darah, otot
polos, jaringan ikat penyokong), dan anchoring connective tissue, yang
melindungi hemoroid terhadap apparatus sphincter.

 Dengan bertambahnya usia dan faktor-faktor lainnya, jaringan-


jaringan ikat menjadi kurang baik, yang menyebabkan hemoroid
menjadi menonjol dan turun. Inilah yang menyebabkan munculnya
gejala-gejala.

 Sekuens kejadian ini didukung dengan meningkatnya insidens


hemoroid pada pasien dengan konstipasi kronik, diare, kehamilan,
atau tumor pelvis.

 Pada beberapa individu, sfingter analis internus menjadi hipertrofi


dan saluran keluar anal menjadi lebih sempit. Selama meregang atau
jongkong, bolus feses berperan sebagai obturator dalam memaksa
bantalan hemoroid untuk turun melalui sfingter yang mengalami
hipertrofi, membesar, dan menjadi simtomatis.
+
+
Klasifikasi

 Haemorrhoid interna

 Haemorrhoid eksterna
+
+
Haemorrhoid Interna

 Pelebaran pleksus v.haemorrhoidalis superior.

 Merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa


pada rektum sebelah bawah.

 Posisi primer : lateral-sinistra (arah jam 3), posterior-dextra


(arah jam 7), dan anterior-dextra (arah jam 11).
+
+

 Derajat I :Perdarahan merah segar tanpa nyeri. Pada


anoskopi terlihat haemorrhoid yang membesar menonjol ke
dalam lumen.
+

 Derajat II :Tampak tonjolan yang melalui kanalis analis saat


mengedan ringan, namun masuk spontan.
+

 Derajat III : Tampak tonjolan saat mengedan


, harus didorong kembali setelah defekasi.
 Derajat IV : Haemorrhoid yang menonjol
keluar, tidak dapat didorong masuk.
+
Haemorrhoid Eksterna
 Pelebaran
dan penonjolan pleksus
v.haemorrhoidalis inferior.

 Persarafan
di daerah ini bersifat pain-sensitive,
sehingga haemorrhoid eksterna cenderung
menimbulkan rasa nyeri.
+
Gejala dan Komplikasi
 Haemorrhoid interna dapat mengalami prolaps atau
perdarahan, tapi jarang menyebabkan kesakitan jika tidak
mengalami thrombosis dan nekrosis.

 Perdarahan haemorrhoid berulang  anemia berat.

 Tahap awal : penonjolan saat defekasi, reduksi spontan


setelah defekasi.

 Stadium lebih lanjut : perlu didorong kembali. Akhirnya


dapat mengalami prolaps menetap dan tidak dapat didorong
masuk lagi.

 Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan gatal yang disebut


pruritus anal, disebabkan kelembaban terus menerus dan
rangsangan mukus.

 Thrombosis pada Haemorrhoid eksterna dapat


menyebabkan nyeri.
+
Pemeriksaan

 Anamnesis

 Pemeriksaan colok dubur

 Pemeriksaan anoskopi

 Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
+
Penanganan

 Non bedah

 Rubber Band Ligation, skleroterapi, Infrared


photocoagulation, dan konservatif (diet serat, pencahar,
meningkatkan intake cairan, dan cegah mengedan).
+

 Rubber-band ligation
Prosedur ini efektif untuk hemoroid derajat I, II, dan III. Setelah evaluasi anorektal,
anoscopy dimasukkan dan bantalan hemoroid ditentukan untuk dipasang pita. Tidak
perlu anestesi apabila pita dipasang kurang lebih 0.5 cm di atas dentate line.
Umumnya dipasang empat ligasi. Prosedur ini bertujuan untuk membuat hemoroid
menjadi nekrosis sehingga gampang terlepas pada saat buang air besar.

 Injection sclerotherapy
Penggunaan sklerosan, seperti sodium morrhuate atau sodium tetradecyl sulfate
dapat digunakan pada hemoroid derajat I dan II yang berdarah. Sklerosan
diinjeksikan ke dalam ruang submukosa, bukan ke dalam hemoroid tersebut. Reaksi
inflamasi yang intens akan timbul sehingga menyebabkan fiksasi mukosa ke otot
yang didalamnya, sehingga menghilangkan lapisan submukosa di mana hemoroid
tersebut dibentuk.
+
Rubber band ligation
+
Skleroterapi
+

 Cryrosurgery
Cryoprobe yang diaktivasi oleh cairan nitrogen, karbondioksida,
atau nitrous oksida digunakan untuk menghancurkan jaringan
local dengan cara membekukan jaringan tersebut sehingga
menyebabkan nekrosis.

 Photocoagulation
Sinar infrared dan laser digunakan untuk mengatasi hemoroid
yang simtomatis dengan cara menstimulasi terjadinya fibrosis
jaringan submukosa sehingga menyebabkan jaringan menjadi
berkoagulasi dan nekrosis.
+
+
Haemorrhoidectomy
Kurang dari 10% pasien dengan hemoroid simtomatik
membutuhkan penanganan operatif. Hemoroidektomi
dilakukan apabila pasien mengalami relaps dan gagal pada
prosedur-prosedur yang sudah disebutkan diatas, begitu
pula pada hemoroid derajat II, III, IV dan yang sudah
mengalami strangulasi.

 Closed Submucosal Haemorrhoidectomy

 Open Haemorrhoidectomy

 Whitehead Haemorrhoidectomy

 Stapled Haemorrhoidectomy

 Milligan-Morgan’s Haemorrhoidectomy

 Langenbeck’s Haemorrhoidectomy
+
Komplikasi Haemorrhoidectomy

 Nyeri Post-Operasi

 butuh analgetik dengan narkotik oral, NSAID, muscle relaxan, analgetik


topical, dan sitz bath.

 Retensi Urin (10-50% pasien)

dikurangi dengan pembatasan cairan IV intra dan peri- operatif

 Fecal Impaction

 Perdarahan masiv

 Infeksi

 Long term sequel : inkontinensia, stenosis anal, ectropion (Whitehead deformity)


+
Pencegahan

 Banyak minum

 Makanan berserat (sayuran, buah-buahan, dan sereal)

 Hindari mengedan saat BAB

 Koreksi postur tubuh (posisi duduk)

 Hindari pakaian / pakaian dalam yang ketat.


+
TERIMAKASIH
ATAS PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai