Anda di halaman 1dari 32

Persiapan Preoperatif pada Pasien

Gigi dan Mulut dengan Hipertensi


atau Stroke atau Diabetes Melitus,
atau sedang Hamil
Pembimbing:
drg. Meiske E. Paoki, Sp.BM
Presentan:
Dionisius Mario Tappy
0110840052
Tindakan • merupakan suatu tindakan
Operatif/Oper pembedahan pada suatu
bagian tubuh
asi

• adalah fase dimulai ketika


keputusan untuk menjalani
Preoperatif operasi atau pembedahan
dibuat dan berakhir ketika
pasien dipindahkan ke meja
Tipe pembedahan menurut luas dan
tingkat resiko:

Mayor
• Operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas dan
mempunyai tingkat resiko yang tinggi terhadap kelangsungan
hidup klien
• Contoh: laparotomi, sectio sesarea, BTKV dll

Minor
• Operasi pada sebagian kecil dari tubuh yang mempunyai resiko
komplikasi lebih kecil dibandingkan dengan operasi mayor.
• Contoh: eksisi kista subkutan, sirkumsisi, pencabutan gigi dll
Pasien dengan Hipertensi

 Hipertensi: keadaan di mana tekanan


darah sama atau melebihi 140 mmHg
sistolik dan/ atau sama lebih dari 90
mmHg diastolik pada seseorang yang
tidak sedang minum obat antihipertensi
Etiologi
Umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang
spesifik. Namun ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi antara lain :
 Genetik
 Obesitas
 Jenis kelamin
 Stres
 Kurang olahraga
 Pola asupan garam dalam diet
 Kebiasaan Merokok
Patogenesis Hipertensi
Kategori tekanan darah pada
orang dewasa
TATALAKSANA
HIPERTENSI
Manajemen Preoperatif
1. Menurunkan tingkat stress dan kecemasan pasien dengan komunikasi yang
baik
2. Pasien yang akan dilakukan tindakan invasif harus dengan tekanan darah
yang terkontrol baik
3. Pemeriksaan tekanan darah, pernafasan harus dilakukan sebelum tindakan
dan berkala pada saat tindakan
4. Memastikan tidak terjadi aspirasi terutama apabila anestesi lokal
mengandung vasokonstriktor
5. Diusahakan seminimal mungkin menggunakan vasokonstriktor
6. Perubahan posisi duduk pasien di dental chair dilakukan secara perlahan
7. Prosedur perawatan gigi untuk hipertensi harus di perhatikan sebelum
melakukan tindakan bedah minor untuk menghindari resiko perdarahan pasca
operasi dan vasokonstriksi yang terjadi akibat penggunaan anestesi local
8. Pada pasien yang sangat cemas bisa diberikan dosis kecil diazepam (5 mg)
atau short acting benzodiazepin, seperti oxazepam (30 mg) malam
sebelumnya dan 1 jam sebelum ke dokter gigi
Pasien dengan Stroke

 Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh


gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara
mendadak dalam beberapa detik atau secara cepat dalam
beberapa jam dengan gejala atau tanda-tanda sesuai dengan
daerah yang terganggu

 Menurut WHO, stroke adalah terjadinya gangguan fungsional


otak local maupun global secara mendadak dan akut yang
berlangsung lebih dari 24 jam akibat gangguan aliran darah otak
Patofisiolog
i Stroke
Manajemen preoperatif

 Dalam bidang kedokteran gigi, pasien dengan stroke


harus dipersiapkan dengan baik sebelum dilakukan
tindakan. Anamnesis pasien dengan jelas perlu
dilakukan, meliputi :
a.Kapan serangan stroke pertama ?
b.Sudah berapa kali mengalami serangan stroke ?
c.Kapan terakhir kali mengalami serangan stroke ?
d.Obat-obatan yang dikonsumsi ?
e.Apakah kontrol rutin ke dokter yang merawat?
 Seorang pasien dengan stroke harus mendapatkan perhatian khusus
selama perawatan gigi.
 Pasien cacat harus dibantu oleh perawat untuk duduk di kursi tindakan,
saluran pernapasan harus dipastikan bebas dan harus ditemani oleh
orang yang merawat mereka, terutama jika ada kesulitan bicara
 Perawatan gigi konservatif lebih diperlukan daripada tindakan invasif,
apabila dilakukan tindakan ekstraksi gigi atau operasi minor lainnya dapat
dilakukan minimal 6 bulan setelah serangan stroke terakhir
 Pasien post stroke juga biasanya mengonsumsi obat-obatan yang dapat
mengencerkan darah seperti antikoagulan maupun anti trombolitik
 Obat-obatan tersebut harus dihentikan dahulu 7 hari sebelum dan
sesudah tindakan bedah seperti: pencabutan, operasi gigi impaksi, dan
bedah flap
 Konsultasi pada dokter spesialis saraf yang merawat pasien tersebut
sebelum melakukan tindakan bedah mutlak dilakukan, untuk memastikan
apakah pasien dapat dilakukan tindakan invasif dan apakah dapat
dilakukan penghentian obat antikoagulan dan antitrombolitik tersebut
Pasien dengan Diabetes Melitus
(DM)
 Diabetes Melitus : suatu penyakit hormonal
dimana tubuh tidak bisa menghasilkan
hormon insulin sesuai kebutuhan atau tubuh
tidak bisa memanfaatkan secara optimal
insulin yang dihasilkan sehingga terjadi
kenaikan kadar gula dalam darah melebihi
normal
Patogene
sis DM
Tipe 1
Patogenesi
s DM Tipe 2
Diagnosis DM
Gejala Klasik DM + Glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dL (11,1 mmol/L)
Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan
waktu makan terakhir
Atau

Gejala Klasik DM
+
Kadar glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL (7.0 mmol/L)
Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam
Atau

Kadar glukosa darah plasma 2 jam pada TTGO ≥200 mg/dL (11.1 mmol/L)
TTGO dilakukan dengan standard WHO, yang menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g
glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.
Deteksi DM Terkontrol

Untuk mengetahui apakah penderita DM terkontrol atau tidak dapat


menggunakan pemeriksaan HbA1c.

Nilai HbA1c Keterangan


< 7,5 % Diabetes terkontrol
>8,5 % Diabetes tidak
terkontrol
Resiko Pasien DM
Resiko Tinggi Resiko Rendah

• Pencabutan gigi • Perawatan saluran


• Insisi abses akar
• Pemasangan implan
• Bedah periodontal
• Bedah flap
Manajemen Preoperatif
Pada pasien DM dengan terapi Insulin terkotrol:
a. Semua tindakan gigi dapat dilakukan
b. Untuk tindakan invasif harus dengan gula darah terkontrol.
c. Anastesi lokal dapat diberikan
d. Waktu terbaik adalah pagi hari
e. Pasien di instruksikan untuk memakai insulin sesuai dengan
dosis dan makan seperti biasanya sebelum dilakukan
perawatan
f. Pasien di instruksikan untuk melaporkan segera jika ada reaksi
insulin
Pasien dengan keadaan sedang
hamil (Gravid)
 Kehamilan merupakan suatu fase penting dalam kehidupan
seorang perempuan dan ditandai dengan perubahan fisik dan
fisiologis. Perubahan ini berdampak signifikan pada hampir
semua sistem organ tubuh, termasuk rongga mulut. Perlakuan
khusus diperlukan bagi seorang wanita ketika akan menjalani
perawatan bedah mulut sehingga tidak menimbulkan risiko untuk
ibu dan perkembangan janin
 Selain itu, selama perawatan yang juga perlu diperhatikan adalah posisi
pasien wanita hamil di kursi dental. Posisi pasien wanita hamil berbeda
dengan posisi pasien pada umumnya. Perkembangan janin setiap
pekannya menyebabkan rahim ibu juga mengalami perbesaran sehingga
perut akan tampak membesar pula. Jika pasien diposisikan pada posisi
supinasi atau terlentang maka akan berdampak buruk pada pasien
sehingga dokter gigi perlu mengetahui posisi yang aman bagi pasien wanita
hamil di kursi dental
Perubahan pada rongga mulut
wanita hamil
 Perubahan oral meliputi gingivitis, hiperplasia gingiva, pyogenic
granuloma, dan perubahan aliran saliva
 Peningkatan dari sirkulasi estrogen menyebabkan meningkatnya
permeabilitas kapiler sehingga menjadi predisposisi ibu hamil untuk
mengalami gingivitis dan hiperplasia gingiva. Kehamilan tidak hanya
menyebabkan penyakit periodontal tetapi memperparah kondisi yang
sudah ada
Berikut beberapa masalah kesehatan gigi
dan mulut pada wanita hamil antara lain

 Pregnancy gingivitis
 Pregnancy tumor
 Erosi
 Mobilitas gigi meningkat
 Karies gigi
 Periodontitis
Pregnancy gingivitis

 sebagian besar wanita hamil menunjukkan perubahan pada gingiva


akibat kurangnya kesadaran menjaga kebersihan gigi dan mulut
 Gingiva terlihat lebih merah dan mudah berdarah ketika menyikat gigi,
yang dikenal dengan istilah gingivitis. Penyebabnya adalah
meningkatnya hormon seks wanita dan vaskularisasi gingiva sehingga
memberikan respon yang berlebihan terhadap iritasi lokal
 Selama kehamilan, tingkat progesteron pada wanita hamil dapat
mencapai sepuluh kali lebih tinggi dari biasanya. Hal ini dapat
meningkatkan pertumbuhan bakteri tertentu yang menyebabkan
peradangan gingiva
Pregnancy tumor

 Pregnancy tumor terlihat sekitar 1-5% pada wanita


hamil. Lesi terlihat sebagai eritematous dengan
permukaan licin dan pembengkakan yang biasanya
terdapat pada aspek labial dari papilla interdental.
Bagian lain dari rongga mulut seperti lidah, palatum,
dan mukosa bukal dapat terlibat. Lesi ini termasuk
jinak dan terlihat pada akhir trimester pertama

Erosi
Rasa mual dan muntah merupakan gejala yang biasa ditemukan pada
wanita hamil. Rasa mual dan muntah yang berlebihan dapat menyebabkan
erosi pada enamel selama terjadi kontak yang terus-menerus antara
permukaan gigi dengan asam lambung. Untuk mencegah erosi, wanita
hamil disarankan untuk menggunakan obat kumur yang mengandung
fluoride dan tidak langsung menyikat gigi setelah muntah
Mobilitas gigi meningkat
 Selama kehamilan, hormon seks perempuan seperti estrogen dan progesterone
meningkat dan menunjukkan semakin melemahnya ligament periodontal yang dapat
menyebabkan peningkatan mobilitas gigi. Kegoyangan atau mobilitas gigi yang parah
menunjukkan penyakit periodontal yang parah dan harus dievaluasi oleh dokter gigi
secepat mungkin

Karies gigi
 Kehamilan tidak langsung menyebabkan terjadinya karies gigi. Faktor-factor yang
dapat mendukung lebih cepatnya proses karies gigi yang sudah ada pada wanita
hamil antara lain pH saliva wanita hamil lebih asam jika dibandingkan dengan
wanita yang tidak hamil dan konsumsi makanan ringan yang mengandung gula

Periodontitis
 Periodontitis merupakan inflamasi dekstruktif jaringan periodonsium
yang mempengaruhi hampir 30% wanita hamil. Proses inflamasinya
melibatkan infiltrasi bakteri ke jaringan periodonsium
Obat-obatan yang bersifat
teratogenik
 Obat teratogenik adalah obat-obat yang dapat berkontribusi terhadap
kelainan perkembangan pada janin seperti celah bibir, celah langit-
langit, perubahan warna gigi, dan sebagainya. Risiko terbesar bagi janin
terpapar teratogen terjadi pada usia tiga sampai delapan minggu
setelah pembuahan. Selama waktu tersebut, terkadang ibu tidak
menyadari bahwa dia sedang hamil.
 Berikut beberapa contoh obat-obatan yang bersifat teratogenik, antara
lain:
1. Diazepam (Valium)
2. Midazolam (Versed)
3. Lorazepam (Ativan)
4. Triazolam (Halcion)
5. Tetrasiklin
6. Kodein
Manajemen Preoperatif

 Perawatan bedah mulut minor dapat dilakukan saat hamil namun yang
harus diingat adalah kondisi fisiologis yang terjadi pada wanita hamil.
 Pencabutan gigi pada wanita hamil tidak boleh dilakukan pada trimester
pertama kehamilan. Hal ini disebabkan oleh pembentukan organ terjadi
selama trimester ini. Liver, jantung, ginjal, dan sebagainya dibentuk
pada trimester pertama kehamilan. Janin berisiko tinggi mengalami
malformasi jika sang ibu dalam keadaan stress. Jika tindakan
pencabutan gigi sangat diperlukan pada trimester ini, maka sebaiknya
tindakan dilakukan pada akhir trimester pertama
 antibiotik yang aman digunakan selama kehamilan, antara lain:
1. Semua jenis penisilin
2. Semua jenis sefalosporin
3. Eritromisin (E-mycin)
4. Azitromisin (Zithromax)
5. Klindamisin (Cleocin)
6. Metronidazol (Flagyl)

 Analgesik: Acetaminofen (Tylenol/Tempra/Panadol) atau paracetamol termasuk dalam


kategori B yang paling aman digunakan selama kehamilan

 Anestetikum lokal yang aman digunakan saat kehamilan antara lain:


1.Lidokain (Xylocaine/Lignocaine/Dalcaine, Octocaine) 2% dengan 1:100.000
epinefrin
2.Prilokain (Citanest/Xylonest/Distanest) HCL 4 % dengan 1:200.000 epinefrin
3. Prilokain (Citanest/Xylonest/Distanest) HCl 4 % tanpa epinefrin
Anestesi lokal relatif aman ketika digunakan secara tepat dengan dosis yang tepat
pula

Anda mungkin juga menyukai