Anda di halaman 1dari 36

ANALISIS PENGGUNAAN PECAHAN GENTENG SEBAGAI

SUBTITUSI AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT TEKAN


BETON YANG MENGGUNAKAN ABU AMPAS TEBU SEBAGAI
REDUKSI SEMEN DAN ZAT TAMBAH SUPERPLASTICIZER

ALAM PERDANA KUSUMA SYAM


45 13 041 119
1. Latar Belakang, 2. Rumusan Masalah,
3. Maksud dan Tujuan, 4. Batasan Masalah
Beton merupakan bahan yang sangat
penting dan banyak digunakan dalam dunia
kontruksi. Banyaknya jumlah penggunaan
beton dalam kontruksi mengakibatkan
peningkatan kebutuhan material beton,
sehingga memicu penambangan batuan
sebagai salah satu bahan pembentuk beton
secara besar-besaran.
Hal ini mengakibatkan adanya
penambangan material secara besar–
besaran sehingga jumlah sumber daya
alam yang ada menjadi turun dan
harga material penyusun beton
semakin mahal. Oleh sebab itu,
berbagai inovasi dilakukan untuk
menanggulangi permasalahan tersebut
yakni mengganti agregat alam dengan
agregat daur ulang
di beberapa negara seperti Austria, Jerman,
Inggris, Hongaria, Italia dan Jepang sudah
tersedia peraturan-peraturan yang berkaitan
dengan penggunaan material daur ulang.
Terutama yang berhubungan dengan
material daur ulang yang mempunyai
kandungan kimiawi yang berbahaya atau
harus dengan batasan dan takaran tertentu.
Menurut SII 022-81 genteng adalah suatu unsur
bangunan yang berfungsi sebagai atap yang
terbuat dari tanah liat atau tanpa campuran
bahan–bahan lain, dibakar pada suhu yang cukup
tinggi hingga tidak dapat hancur lagi bila
direndam dengan air. Tanah liat memiliki mineral
silika dan alumina yang cukup besar sehingga
apabila tanah liat ini dibakar pada suhu tertentu
akan mengeras.
Agregat pecahan genteng mempunyai daya serap
yang tinggi sehingga dalam pengadukanya beton
akan cepat keras hanya dalam beberapa menit
saja setelah pencampuran. Untuk mengatasi hal
itu maka sebelum dipakai agregat ini harus dalam
keadaan SSD. Menurut Mulyono, sifat pecahan
genteng seperti pasir, sedikit menaikan kekuatan
mortar, dan meningkatkan sifat hidrolis mortar
Agregat pecahan genteng ini memiliki tingkat
poros yang tinggi sehingga beton yang dihasilkan
lebih ringan dan tahan terhadap panas. Pecahan
genteng juga termasuk agregat ringan karena
mempunyai berat jenis kurang dari 2gr/cm3.
1. Bagaimana pengaruh pecahan genteng sebagai subtitusi
agregat kasar dan abu ampas tebu sebagai subtitusi
semen dengan ditambah superplasticizier

2. Berapa besar persentasi penggunaan pecahan genteng


sebagai subtitusi agregat kasar dan penggunaan abu
ampas tebu sebesar 15% sebagai reduksi semen serta
penambahan superplasticizier sebesar 2% yang
menghasil kan kuat tekan maksimum.
Adapun maksud dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh
dari pecahan genteng sebagai subtitusi agregat kasar dan abu ampas
tebu sebagai reduksi semen serta penambahan superplasticizier.

1. Untuk menganalisa variasi penambahan pecahan


genteng sebagai subtitusi agregat kasar pada beton
yang menggunakan abu ampas tebu sebagai reduksi
semen dan penazat tambah superplasticizier.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pesar pengaruh
pecahan genteng sebagai subtitusi agregat kasar pada
beton yang menggunakan abu ampas tebu sebagai
reduksi semen dan penazat tambah superplasticizier.
1. Menggunakan pecahan genteng sebagai subtitusi agregat
kasar.
2. Menggunakan abu ampas tebu sebesar 15% sebagai
subtitusi semen. (Damanhuri, 2001)
3. Menggunakan superplasticizier sebesar 2%.
4. Rencana Mix Design sesuai dengan SNI 03-2834:2000
5. Perawatan benda uji dilakukan dengan cara direndam.
6. Perendaman dilakukan selama 28 hari.
7. Penelitian ini dilakukan di laboratorium.
8. Sampel benda uji berbentuk silinder
9. Jumlah benda uji sebanyak 41 buah
1. Beton, 2. Bahan Penyusun Beton,
3. Bahan Tambah, 4. Kuat Tekan Beton
Menurut SNI-03-2847-2002, pengertian beton adalah campuran
antara semen Portland atau semen hidraulik lainnya, agregat halus,
agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang
membentuk masa padat. Beton disusun dari agregat kasar dan agregat
halus. Agregat halus yang digunakan biasanya adalah pasir alam
maupun pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu, sedangkan
agregat kasar yang dipakai biasanya berupa batu alam maupun
batuan yang dihasilkan oleh industri pemecah batu.
Pada umumnya, beton mengandung rongga udara sekitar 1% -
4%, pasta semen (semen dan air) sekitar 25% - 40%, dan
agregat (agregat halus dan agregat kasar) sekitar 60% - 75% .
Pencampuran bahan – bahan tersebut menghasilkan suatu
adukan yang mudah dicetak sesuai dengan bentuk yang
diinginkan, karena adanya hidrasi semen oleh air maka adukan
tersebut akan mengeras dan mempunyai kekuatan untuk
memikul beban.
Semen Portland merupakan perekat hidrolis yang
dihasilkan dari penggilingan klinker yang kandungan
utamanya adalah kalsium silikat dan satu atau dua buah
bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan.
Komposisi yang sebenarnya dari berbagai senyawa yang
ada berbedabeda dari jenis semen yang satu dengan yang
lain, untuk berabagai jenis semen ditambahkan berbagai
jenis material mentah lainnya.
Secara umum komposisi Secara umum, komposisi kimia
semen Portland adalah seperti

Oksida Komposisi (% berat)

CaO (kapur) 60 – 67

SiO2 (Silika) 17 – 25

Al2O3 (Alumina) 3–8

Fe2O3 (Besi) 0,5 – 6

MgO (Magnesia) 0,1 – 5,5

Alkalis 0,2 – 1,3

SO3 (Sulfur) 1–3


 Penjelasan didalam SNI-15-1991-03, agregat
didefinisikan sebagai material granular, misalnya pasir,
kerikil dan batu pecah yang dipakai bersama-sama
dengan satu media pengikat untuk membentuk beton
semen hidrolik atau adukan. Dalam struktur beton
biasanya agregat biasa menempati kurang lebih 70 % –
75 % dari volume beton yang telah mengeras.
 Pada umumnya, semakin padat agregat-agregat tersebut
tersusun, semakin kuat pula beton yang dihasilkannya,
daya tahannya terhadap cuaca dan nilai ekonomis dari
beton tersebut. Atas dasar inilah gradasi dari ukuran-
ukuran partikel dalam agregat mempunyai peranan
yang sangat penting untuk menghasilkan susunan beton
yang padat.
Agregat halus (pasir) berasal dari hasil disintegrasi alami dari batuan
alam atau pasir buatan yang dihasilkan dari alat pemecah batu (stone
crusher) dan mempunyai ukuran butir 5 mm. Agregat halus yang
digunakan untuk agregat campuran beton dapat digolongkan menjadi
3 macam
 Pasir Galian
 Pasir Sungai
 Pasir Laut
 Agregat kasar (kerikil/batu pecah) berasal dari
disintegrasi alami dari batuan alam atau berupa batu
pecah yang dihasilkan oleh alat pemecah batu (stone
crusher), dan mempunyai ukuran butir antara 5-40 mm.
Agregat kasar yang digunakan pada penelitian ini
adalah agregat alami yang berasal dari Sungai dengan
ukuran maksimum 40 mm
 Air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu
proses kimiawi semen, membasahi agregat dan
memberikan kemudahan dalam pekerjaan beton. Air
yang dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai
campuran beton. Air yang mengandung senyawa-
senyawa berbahaya , yang tercemar garam, minyak,
gula, atau bahan kimia lainnya, bila dipakai dalam
campuran beton akan menurunkan kulitas beton, bahkan
dapat mengubah sifat-sifat beton yang dihasilkan. Air
yang digunakan dapat berupa air tawar (dari sungai,
danau, telaga, kolam, situ, dan lainnya), air laut maupun
air limbah, asalkan memenuhi syarat mutu yang telah
ditetapkan (Mulyono, 20003).
 Menurut SII 022-81 genteng adalah suatu unsur
bangunan yang berfungsi sebagai atap yang terbuat dari
tanah liat atau tanpa campuran bahan–bahan lain,
dibakar pada suhu yang cukup tinggi hingga tidak dapat
hancur lagi bila direndam dengan air. Tanah liat
memiliki mineral silika dan alumina yang cukup besar
sehingga apabila tanah liat ini dibakar pada suhu
tertentu akan mengeras.
 Agregat pecahan genteng ini dapat digunakan untuk mengganti
sebagian atau seluruhnya agregat alami (kerikil). Nilai kuat tekan
beton dengan agregat pecahan genteng dengan berbagai variasi
prosentase penggantian agregat alami berkisar antara 60% sampai
100% dari kuat tekan beton dengan agregat alami seluruhnya.
 Agregat pecahan genteng mempunyai daya serap yang tinggi
sehingga dalam pengadukanya beton akan cepat keras hanya dalam
beberapa menit saja setelah pencampuran. Untuk mengatasi hal itu
maka sebelum dipakai agregat ini harus dalam keadaan SSD.
Menurut Mulyono, sifat pecahan genteng seperti pasir, sedikit
menaikan kekuatan mortar, dan meningkatkan sifat hidrolis mortar.
Agregat pecahan genteng ini memiliki tingkat poros yang tinggi
sehingga beton yang dihasilkan lebih ringan dan tahan terhadap
panas. Pecahan genteng juga termasuk agregat ringan karena
mempunyai berat jenis kurang dari 2gr/cm3.
 Karena agregat pecahan genteng dikategorikan agregat
ringan maka agregat tersebut mempunyai). Struktur
agregat yang berpori berpengaruh pada berat jenis
agregat ringan menjadi lebih rendah dibanding agregat
normal. Porositas mempunyai efek yang sangat
berpengaruh terhadap kekuatan dari agregat. Secara
umum, semakin besar porositas maka akan semakin
rendah kekuatan agregat dan semakin besar berat jenis
agregat maka akan semakin besar pula kekuatan
agregat.
 Karena berbahan dasar tanah liat, proses penyerapan air
oleh agregat ringan berlangsung sangat cepat dan akan
berkurang seiring bertambahnya waktu. Jumlah air yang
diserap tergantung dari struktur pori dan kondisi
permukaan agregat. Secara umum, penyerapan air dari
agregat ringan bervariasi dari 5 % sampai 20 % berat
kering selama 24 jam bergantung kadar pori agregat.
Penyerapan air ini sangat penting, karena agregat akan
menyerap air ketika terjadi kontak dengan pasta semen.
Jika kadar airnya rendah maka akan berakibat
workabilitas dari beton menurun
Abu ampas tebu (AAT) adalah sisa hasil pembakaran dari ampas tebu.
Ampas tebu sendiri merupakan hasil limbah buangan yang berlimpah dari
proses pembuatan gula (±30% dari kapasitas giling) (Tanan, 2001). Abu
ampas tebu yang dahulunya hanya digunakan sebagai abu gosok, sudah
mulai dimanfaatkan dalam industri bahan bangunan, seperti :

 Di Mesir telah diadakan penelitian bahwa abu ampas tebu dapat


dimanfaatkan sebagai komponen penyusun dalam pembuatan keramik
(Elkader, 1986).

 Telah dicobakan pemanfaatan abu ampas tebu sebagai campuran semen


dengan perbandingan 1 semen : 12 abu ampas tebu, dan ternyata
memberi hasil yang lebih kuat, ringan dan tahan terhadap kondisi
agresif, dan tentu saja membutuhkan biaya yang lebih ekonomis
(wahid).

 Telah dicoba dalam pembuatan panil gypsum, dimana abu ampas tebu
dipakai sebagai bahan tambah mampu menghasilkan panil gypsum
yang memiliki kuat lentur yang baik (Sri Murni, 1998).
 Superplasticizer merupakan bahan tambah (admixture
). B ahan tambah, additive dan admixture adalah
bahan selain semen, agregat dan air yang ditambahkan
pada adukan beton, sebelum atau selama pengadukan
beton untuk mengubah sifat beton sesuai dengan
keinginan perencana. Penambahan additive atau
admixture tersebut ke dalam campuran beton ternyata
telah terbukti meningkatkan kinerja beton di hampir
semua aspekya, yaitu kekuatan, kemudahan pengerjaan,
keawetan dan kinerja-kinerja lainnya dalam memenuhi
tuntutan teknologi konstruksi modern. Mengacu pada
klasifikasi ASTM C494-82,
 Superplasticizer juga mempunyai pengaruh yang besar dalam
meningkatkan workabilitas bahan ini merupakan saran untuk
menghasilkan beton mengalir tanpa terjadi pemisahan (bleeding)
yang umumnya terjadi pada beton dengan jumlah air yang besar,
maka bahan ini berguna untuk pertakan beton ditempat – tempat
yang sulit seperti tempat penulangan yang rapat.

 Dalam meningkatkan kuat tekan beton


untuk faktor air semen yang diberikan. Namun kegunaan
superplasticizer untuk beton mutu tinggi secara umum sangat
berhubungan dengan pengurangan jumlah air dalam campuran
beton. Pengurangan ini tergantung dari kandungan air yang
digunakan, dosis dan tipe dari superplasticizer yang dipakai. (L. J.
Parrot,1998).
Kuat tekan menjadi parameter untuk
menentukan mutu dan kualitas beton yang
ditentukan oleh agregat, perbandingan semen,
dan perbandingan jumlah air. Pembuatan beton
akan berhasil jika dalam pencapaian kuat tekan
beton telah sesuai dengan yang telah
direncanakan dalam mix design
1. Beton, 2. Bahan Penyusun Beton,
3. Bahan Tambah, 4. Kuat Tekan Beton
Variasi benda uji sebagai berikut:
Variasi 1 : Beton Normal
Variasi 2 : Beton Normal + zat tambah superpilizer 2%
Variasi 3 : Kerikil (100%) Pecahan Genteng (0%) + Pasir +
Semen (85%), Ampas Abu Tebu (15%) + Superpilizer 2%
Variasi 4 : Kerikil (90%) Pecahan Genteng (10%) + Pasir +
Semen (85%), Ampas Abu Tebu (15%) + Superpilizer 2%
Variasi 5 : Kerikil (80%) Pecahan Genteng (20%) + Pasir +
Semen (85%), Ampas Abu Tebu (15%) + Superpilizer 2%
Variasi 6 : Kerikil (70%) Pecahan Genteng (30%) + Pasir +
Semen (85%), Ampas Abu Tebu (15%) + Superpilizer 2%
Variasi 7 : Kerikil (60%) Pecahan Genteng (40%) + Pasir +
Semen (85%), Ampas Abu Tebu (15%) + Superpilizer 2%
No. Nama Variasi Jumlah
1 Variasi 1 20
2 Variasi 2 3
3 Variasi 3 3
4 Variasi 4 3
5 Variasi 5 3
6 Variasi 6 3
7 Variasi 7 3
Jumlah Benda Uji 38
 Perawatan benda uji dilakukan dengan cara perendaman di
dalam bak rendam selama 28 hari.
 Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kuat tekan
beton yang telah mengeras dengan benda uji berbentuk
silinder. Pembebanan dilakukan sampai silinder beton
hancur dan dicatat besarnya beban maksimum P yang
selanjutnya digunakan untuk menentukan tegangan
tekan beton (f’c)
Terimah kasih

Anda mungkin juga menyukai