Anda di halaman 1dari 43

Vonny Verania Khuangga

405130005
DEFINISI&JENIS EUTHANASIA
Definisi Euthanasia
• Berasal dari bahasa Yunani (eu=baik, tanathus
= mati)  mengakhiri hidup seseorang
dengan cara yang mudah dan tanpa rasa sakit
• Sering disebut atau mati dengan cara tenang
mercy killing
• Tindakan dokter untuk secara aktif atau
langsung menghentikan kehidupan pasien
yang berada dalam stadium terminal
Definisi Euthanasia
Dorland:
1. Suatu kematian yang mudah atau tanpa rasa
sakit
2. Pembunuhan dengan kemurahan hati,
pengakhiran kehidupan seseorang yang
menderita penyakit yang tak dapat
disembuhkan dan sangat menyakitkan secara
hati-hati dan disengaja
Definisi Euthanasia
• Euthanasia Study Group dari KNMG=
“Euthanasia adalah dengan sengaja tidak
melakukan sesuatu untuk memperpanjang
hidup seorang pasien atau sengaja melakukan
sesuatu untuk memperpendek hidup atau
mengakhiri hidup seorang pasien, dan ini
dilakukan untuk kepentingan pasien sendiri.”
Jenis Euthanasia
dari sudut cara pelaksanaannya
• Euthanasia aktif
– Adalah suatu tindakan secara sengaja yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan untuk mempersingkat atau mengakhiri hidup seorang
pasien.
– Ada aspek kesengajaan mematikan orang tersebut.
– Misalnya dengan menyuntikkan zat kimia tertentu untuk
mempercepat proses kematiannya.
• Euthanasia pasif
Dilakukan dengan memberhentikan pemberian bantuan medis yang dapat
memperpanjang hidup pasien secara sengaja.
– Euthanasia pasif alamiah : menghentikan pemberian penunjang hidup
alamiah seperti makanan, minuman dan udara. (=pembunuhan)
– Euthanasia pasif bukan alamiah berarti menghentikan penggunaan
alat bantu mekanik buatan misalnya mencabut respirator (alat bantu
pernapasan) atau organ-organ buatan.
Jenis Euthanasia
dari sudut pemberian izin
• Euthanasia tidak sukarela
– Tidak ada persetujuan dari pasien:
Bertentangan dengan keinginan si pasien untuk tetap hidup.
Dapat disamakan dengan pembunuhan.
– Persetujuan dari seseorang yang tidak berkompeten atau tidak
berhak untuk mengambil suatu keputusan.
Misalnya statusnya hanyalah seorang wali dari si pasien
*Kasus ini menjadi sangat kontroversial sebab beberapa orang
wali mengaku memiliki hak untuk mengambil keputusan bagi si
pasien.
• Euthanasia sukarela
– Secara sukarela dilakukan atas persetujuan si pasien sendiri.
Kasus
• Dalam kasus ini jenis euthanasia dari sudut
pandangnya adalah euthanasia pasif bukan
alamiah. Bila ditinjau dari sudut pemberian
izin adalah euthanasia secara sukarela.
SUDUT PANDANG :
AGAMA,HUKUM,ETIKA KEDOKTERAN
AGAMA
Katolik
• Sejak pertengahan abad ke-20, Gereja Katolik telah
berjuang untuk memberikan pedoman sejelas mungkin
mengenai penanganan terhadap mereka yg menderita
sakit tak tersembuhkan, sehubungan dengan ajaran
moral gereja mengenai euthanasia dan sistem
penunjang hidup.
• Paus Pius XII, yg tak hanya menjadi saksi dan mengutuk
program-program egenetika dan euthanasia NAZI,
melainkan juga menjadi saksi atas dimulainya sistem-
sistem modern penunjang hidup, adalah yg pertama
menguraikan secara jelas masalah moral ini dan
menetapkan pedoman.
Katolik
• Pada tanggal 5 Mei 1980, Kongregasi untuk ajaran iman
telah menerbitkan Deklarasi tentang Euthanasia (Declaratio
de euthanasia) yg menguraikan pedoman ini lebih lanjut,
khususnya dengan semakin meningkatnya kompleksitas
sistem-sistem penunjang hidup dan gencarnya promosi
euthanasia sebagai sarana yg sah untuk mengakhiri hidup.
• Paus Yohanes Paulus II dalam ensiklik Evangelium Vitae juga
membicarakan masalah euthanasia. Uraian penjelasan
tentang euthanasia tertuang dalam artikel 29-51, 57, 64-66.
• Ensiklik Evangelium Vitae mendefinisikan euthanasia sbb:
menjadikan diri penguasa atas kematian dengan
mendatangkan kematian sebelum saatnya dan dengan
demikian menyediakan akhir hidup secara lembut bagi
orang lain atau diri sendiri. (EV 64)
Katolik
• Paus Yohanes Paulus II juga menegaskan
bahwa euthanasia merupakan tindakan belas
kasihan yg keliru, belas kasihan yg semu:
“Belas kasihan yg sejati mendorong untuk ikut
menanggung penderitaan sesama. Belas
kasihan ini tidak membunuh orang, yg
penderitaannya tidak dapat kita tanggung”
(Evangelium Vitae nomor 66)
• Protestan

– Bagi umat kristiani, ada beberapa ayat Alkitab yang melarang


manusia untuk mengakhiri hidupnya sendiri. ”Orang yang
berdosa, itu harus mati. Anak tidak akan turut menanggung
kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung
kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat
kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung
atasnya”.
• Islam

– Euthanasia dalam ajaran Islam disebut qatl ar-rahmah atau taisir al-
maut (Aeuthanasia), yaitu suatu tindakan memudahkan kematian
seseorang dengan sengaja tanpa merasakan sakit, karena kasih
sayang, dengan tujuan meringankan penderitaan si sakit, baik
dengan cara positif maupun negatif.

– Euthanasia dalam keadaan aktif maupun dalam keadaan pasif,


menurut fatwa MUI, tidak diperkenankan karena berarti melakukan
pembunuhan atau menghilangkan nyawa orang lain. Euthanasia
boleh dilakukan dalam kondisi pasif yang sangat khusus, yaitu
keadaan dimana seseorang yang tergantung oleh alat penunjang
kehidupan tetapi ternyata alat tersebut lebih dibutuhkan oleh orang
lain atau pasien lain yang memiliki tingkat peluang hidupnya lebih
besar, dan pasien tersebut keberadaannya sangat dibutuhkan oleh
masyarakat.
• Hindu

– Pandangan agama Hindu terhadap Euthanasia adalah


didasarkan pada ajaran tentang karma, moksa, dan ahimsa.
• Karma  Suatu konsekuensi murni dari semua jenis kehendak dan
maksud perbuatan, baik yang baik maupun yang buruk, lahir, atau
batin dengan pikiran, kata-kata, atau tindakan.
• Moksa  suatu kebebasan dari siklus reinkarnasi yang menjadi suatu
tujuan utama dari penganut agama Hindu.
• Ahimsa  prinsip anti kekerasan atau pantang menyakiti siapapun
juga.

– Bunuh diri adalah suatu perbuatan yang terlarang di dalam


ajaran Hindu dengan pemikiran bahwa perbuatan tersebut
dapat menjadi suatu faktor yang mengganggu pada saat
reinkarnasi oleh karena menghasilkan “karma” buruk.
• Buddha

– Ajaran agama Buddha sangat menekankan kepada makna dari


kehidupan dimana penghindaran untuk melakukan pembunuhan
makhluk hidup adalah merupakan salah satu moral dalam ajaran
Budha. Berdasarkan pada hal tersebut diatas maka nampak jelas
bahwa euthanasia adalah sesuatu perbuatan yang tidak dapat
dibenarkan dalam ajaran agama Budha. Selain daripada hal
tersebut, ajaran Budha sangat menekankan pada “welas asih”
("karuna").

– Mempercepat kematian seseorang secara tidak alamiah adalah


merupakan pelanggaran terhadap perintah utama ajaran Budha
yang dengan demikian dapat menjadi “karma” negatif kepada
siapapun yang terlibat dalam pengambilan keputusan guna
memusnahkan kehidupan seseorang tersebut.
HUKUM
Aspek Hukum
Negara-Negara yang PRO dan KONTRA Terhadap Euthanasia

PRO KONTRA
• Belanda • Spanyol
• Belgia • Jerman
• Amerika • Inggris
(Oregon)
• Swiss • Denmark
• Colombia • China
• Australia • Indonesia
Euthanasia Menurut Hukum di
Berbagai Negara
Sejauh ini euthanasia diperkenankan yaitu di negara Belanda, Belgia
serta ditoleransi di negara bagian Oregon di Amerika, Kolombia, Swiss
dan di beberapa negara dinyatakan sebagai kejahatan seperti di
Spanyol, Jerman, Inggris, Denmark dan China , termasuk juga
Indonesia.
• Australia
Negara bagian Australia, Northern Territory, menjadi tempat pertama
di dunia dengan UU yang mengizinkan euthanasia dan bunuh diri
berbantuan, meski reputasi ini tidak bertahan lama. Pada tahun 1995
Northern Territory menerima UU yang disebut "Right of The Terminally
Ill Bill" (UU tentang hak pasien terminal). Undang-undang baru ini
beberapa kali dipraktikkan, tetapi bulan Maret 1997 ditiadakan oleh
keputusan Senat Australia, sehingga harus ditarik kembali.
• Belanda
Pada tanggal 10 April 2001 Belanda menerbitkan undang-undang yang
mengizinkan euthanasia, undang-undang ini dinyatakan efektif berlaku
sejak tanggal 1 April 2002, yang menjadikan Belanda menjadi negara
pertama di dunia yang melegalisasi praktik euthanasia.
• Amerika
Euthanasia agresif dinyatakan ilegal di banyak negara bagian di Amerika.
Saat ini satu-satunya negara bagian di Amerika yang hukumnya secara
eksplisit mengizinkan pasien terminal (pasien yang tidak mungkin lagi
disembuhkan) mengakhiri hidupnya adalah negara bagian Oregon, yang pada
tahun 1997 melegalisasikan kemungkinan dilakukannya euthanasia dengan
memberlakukan UU tentang kematian yang pantas (Oregon Death with
Dignity Act). Tetapi undang-undang ini hanya menyangkut bunuh diri
berbantuan, bukan euthanasia. Syarat-syarat yang diwajibkan cukup ketat,
dimana pasien terminal berusia 18 tahun ke atas boleh minta bantuan untuk
bunuh diri, jika mereka diperkirakan akan meninggal dalam enam bulan dan
keinginan ini harus diajukan sampai tiga kali pasien, dimana dua kali secara
lisan (dengan tenggang waktu 15 hari di antaranya) dan sekali secara tertulis
(dihadiri dua saksi dimana salah satu saksi tidak boleh memiliki hubungan
keluarga dengan pasien). Dokter kedua harus mengkonfirmasikan diagnosis
penyakit dan prognosis serta memastikan bahwa pasien dalam mengambil
keputusan itu tidak berada dalam keadaan gangguan mental. Hukum juga
mengatur secara tegas bahwa keputusan pasien untuk mengakhiri hidupnya
tersebut tidak boleh berpengaruh terhadap asuransi yang dimilikinya baik
asuransi kesehatan, jiwa maupun kecelakaan ataupun juga simpanan hari
tuanya.
• Belgia
Parlemen Belgia telah melegalisasi tindakan euthanasia pada akhir September 2002.
Para pendukung euthanasia menyatakan bahwa ribuan tindakan euthanasia setiap
tahunnya telah dilakukan sejak dilegalisasikannya tindakan euthanasia di negara ini,
namun mereka juga mengkritik sulitnya prosedur pelaksanaan euthanasia ini sehingga
timbul suatu kesan adaya upaya untuk menciptakan "birokrasi kematian".
Belgia kini menjadi negara ketiga yang melegalisasi euthanasia (setelah Belanda dan
negara bagian Oregon di Amerika).
• Indonesia
Berdasarkan hukum di Indonesia maka euthanasia adalah sesuatu perbuatan yang
melawan hukum, hal ini dapat dilihat pada peraturan perundang-undangan yang ada
yaitu pada Pasal 344 Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang menyatakan bahwa
”Barang siapa menghilangkan nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang
disebutkannya dengan nyata dan sungguh-sungguh, dihukum penjara selama-lamanya
12 tahun”. Juga demikian halnya nampak pada pengaturan pasal-pasal 338, 340, 345,
dan 359 KUHP yang juga dapat dikatakan memenuhi unsur-unsur delik dalam perbuatan
euthanasia. Dengan demikian, secara formal hukum yang berlaku di negara kita memang
tidak mengizinkan tindakan euthanasia oleh siapapun.
• Swiss
Di Swiss, obat yang mematikan dapat diberikan baik
kepada warga negara Swiss ataupun orang asing apabila
yang bersangkutan memintanya sendiri. Secara umum,
pasal 115 dari Kitab Undang-undang Hukum Pidana Swiss
yang ditulis pada tahun 1937 dan dipergunakan sejak
tahun 1942, yang pada intinya menyatakan bahwa
“membantu suatu pelaksanaan bunuh diri adalah
merupakan suatu perbuatan melawan hukum apabila
motivasinya semata untuk kepentingan diri sendiri”.
Pasal 115 tersebut hanyalah menginterpretasikan suatu
izin untuk melakukan pengelompokan terhadap obat-
obatan yang dapat digunakan untuk mengakhiri
kehidupan seseorang.
• Inggris
Hingga saat ini euthanasia masih merupakan suatu
tindakan melawan hukum di kerajaan Inggris demikian
juga di Eropa (selain daripada Belanda).
• China
Di China, euthanasia saat ini tidak
diperkenankan secara hukum.

• Afrika Selatan
Di Afrika Selatan belum ada suatu aturan hukum
yang secara tegas mengatur tentang euthanasia
sehingga sangat memungkinkan bagi para
pelaku euthanasia untuk berkelit dari jerat
hukum yang ada.
Aspek hukum
Undang-undang Indonesia yang tertulis dalam hukum
pidana hanya melihat dari segi dokter sebagai pelaku
euthanasia. Dalam aspek hukum, dokter selalu berada
dalam pihak yang disalahkan, tidak peduli apakah
tindakan tersebut adalah permintaan pasien sendiri.
Hukum di Indonesia

– KUHP 338 : “Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa


orang lain,diancam karena pembunuhan dengan pidana penjara
paling lama 15 tahun”.

– KUHP 340 : “Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana


terlebih dahulu merampas nyawa orang lain, diancam karena
pembunuhan dengan rencana, dengan pidana mati atau pidana
penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama 20
tahun”.

– KUHP 344 : “Barang siapa merampas nyawa orang lain atas


permintaan orang itu sendiri yang jelas dinyatakan dengan
kesungguhan hati, diancam dengan pidana penjara paling lama 12
tahun”.
– KUHP 359 : “Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya)
menyebabkan orang lain mati, diancam dengan pidana penjara
paling lama 15 tahun atau pidana kurungan paling lama 1 tahun”.
Aspek HAM
• Hak asasi manusia (HAM) selalu dikaitkan dengan hak hidup,
hak damai, & sebagainya. Tapi tidak tercantum jelas adanya
hak seseorang untuk mati.
• Mati sepertinya justru dihubungkan dengan pelanggaran
HAM, terbukti dari aspek hukum euthanasia yang cenderung
menyalahkan tenaga medis dalam pelaksanaan euthanasia.
• Sebenarnya, dengan dianutnya hak untuk hidup layak &
sebagainya, secara tidak langsung seharusnya terbersit
adanya hak untuk mati, apabila dipakai untuk menghindarkan
diri dari segala ketidaknyamanan atau lebih jelas lagi dari
segala penderitaan yang hebat.
ETIKA KEDOKTERAN
Medis
• Kode etik kedokteran pasal 10 yang
menegaskan: “Seorang dokter harus
senantiasa ingat akan kewajiban melindungi
hidup makhluk insani ”
Sumpah Dokter
1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan
perikemanusiaan;
2. Saya akan memberikan kepada guru-guru saya
penghormatan dan pernyataan terima kasih yang
selayaknya;
3. Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang
berhormat dan bermoral tinggi, sesuai dengan martabat
pekerjaan saya;
4. Kesehatan penderita senantiasa akan saya utamakan;
5. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui
karena pekerjaan saya dan karena keilmuan saya sebagai
dokter;
Sumpah Dokter
6. Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur
jabatan kedokteran;
7. Saya akan memperlakukan teman sejawat saya sebagai mana saya
sendiri ingin diperlakukan;
8. Dalam menunaikan kewajiban terhadap penderita, saya akan berikhtiar
dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh
pertimbang an keagamaan, kebangsaan, kesukuan, politik kepartaian
atau kedudukan sosial;
9. Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat
pembuahan;
10. Sekalipun diancam, saya tidak akan mempergunakan pengetahuan
kedokteran saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum
perikemanusiaan;
11. Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan
mempertaruhkan kehormatan diri saya.
Medis
• Sumpah Hippokrates: "Saya tidak akan menyarankan
dan atau memberikan obat yang mematikan kepada
siapapun meskipun telah dimintakan untuk itu"
• KODEKI pasal 2: “seorang dokter harus senantiasa
berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan
standar profesi tertinggi” seorang dokter dalam
melakukan kegiatan kedokterannya sebagai seorang
profesi fokter harus sesuai dengan ilmu kedokteran
mutakhir, hukum, dan agama
• KODEKI pasal 7d: “seorang dokter harus senantiasa
mengingat akan kewajiban melindungi hidup insani”
Medis
Surat Edaran IDI No.702/PB/H2/09/2004
• “Di Indonesia sebagai negara yang berazaskan
Pancasila, dengan sila yang pertamanya
adalah Ke Tuhanan Yang Maha Esa, tidak
mungkin dapat menerima tindakan
“euthanasia aktif” .
FAKTOR YANG MELAKUKAN
1. Rasa sakit yang tidak tertahankan
Melihat salah satu anggota keluarganya menderita penyakit ganas yang tidak kunjung sembuh
merupakan kepedihan. Mereka tidak tega melihat pasien tersebut tersiksa dengan rasa sakitnya.
Oleh karena itu, mereka menyetujui untuk melakukan euthanasia.
2. Manusia memiliki hak untuk mati secara bermartabat
Manusia telah menjalani proses kehidupan yang begitu panjang dan begitu banyak pengalaman.
Manusia melalui jalan kehidupannya karena pilihannya sendiri di awal kehidupannya sehingga
manusia pula yang akan memilih jalan kehidupannya untuk mengakhiri hidupnya. Merupakan
hak manusia untuk memilih tetap hidup atau mengakhiri kehidupannya dengan damai, tanpa
rasa sakit.
3. Ketidakmampuan dalam pembiayaan pengobatan
Biaya pengobatan tidak tergolong murah, apalagi jika pasien menderita penyakit parah dan
harus rawat inap di rumah sakit. Karena dana tidak cukup untuk menutup semua biaya,akhirnya
pasien memutuskan untuk melakukan euthanasia.
4. Keadaan seseorang yang tidak berbeda dengan orang mati
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dr. James Dubois dari Universitas SaintLouis dan Tracy
Schmidt dari Intermountain Donor Service, sekitar 84% dari seluruh warga Amerika setuju
dengan pendapat bahwa seseorang dapat dikatakan mati apabila yang membuatnya tetap
bernafas adalah obat-obatan dan mesin medis. Hal ini menjadi alasan beberapa orang untuk
melakukan euthanasia. Mereka berpikir bahwa seseorang yang hanya bernafas karena bantuan
mesin tersebut sudah tidak menunjukkan adanya suatu interaksi dengan orang lain atau respons
dan secara kebetulan bisa bernafas karena kecanggihan dari penerapan teknologi saja sehingga
tidak ada salahnya untuk melakukan euthanasia karena pada dasarnya orang tersebut sudah
mati sehingga dengan kata lain kita tidak mencabut nyawa seseorang.
PROSEDUR
Prosedur Proses Euthanasia
Sebelum proses euthanasia
• Memberi informasi kepada pasien untuk mempertimbangkan
euthanasia
• Memberi pengarahan kepada pasien terhadap proses pelaksanaan
euthanasia
• Mempersiapkan segala kondisi yang mungkin terjadi saat proses
euthanasia
• Mengusulkan pasien untuk leluasa memilih menentukan keinginan
di saat tersebut
• Membantu mempersiapkan perencanaan proses euthanasia
(tempat, waktu, keadaan tubuh,peti kemas, membawa keluarga dan
teman untuk menghibur)
• Meyakinkan pasien (keluarga) untuk menyetujui surat pelaksanaan
euthanasia
Prosedur Proses Euthanasia
Selama proses euthanasia
• Bekerja sama dengan tim profesional untuk
mekalukan euthanasia
• Mempersiapkan tempat
• Masukan saluran catheter
• Memberikan waktu untuk pasien melakukan
keinginan terakhir
• Mengijinkan pasien membersihkan diri, melepas
alat-alat pendukung kehidupan
Prosedur Proses Euthanasia
Sesudah proses euthanasia
• Melaporkan pada pihak keluarga bahwa terjadi
penundaan yang tidak diharapkan
• Melakukan persiapan pemakaman pasien
• Melakukan cek ulang dan update tentang data pasien
• Mengirim surat pernyataan duka cita
• Memberi bimbingan konseling kepada keluarga dan
kerabat
• Merencanakan dan melaksanakan pengambilan
informasi tentang kondisi keluarga
Prosedur Mengajukan Euthanasia di
Belanda
• Di Belanda, dokter bebas dari tindakan kriminal tentang euthanasia. Dokter harus:
– Yakin bahwa pasien sukarela dan telah mempertimbangkan dengan benar-
benar untuk meninggal
– Yakin bahwa pasien merupakan pasien terminal yang akan menderita
– Telah menginformasikan kepada pasiennya tentang stuasi penyakitnya dan
prospek ke depannya
– Bersama dengan pasien, telah yakin bahwa tidak ada solusi yang masuk akal
lagi
– Berkonsultasi dengan minimal satu dokter lain yang telah melihat keadaan
pasien
– Menulis laporan tentang keadaan pasien
– Membantu pasien untuk meninggal karena alasan medis
• Anak berumur 16 dan 17 bisa membuat keputusan euthanasia, namun orang tua
harus ikut bersama dalam pengambilan keputusan.
• Untuk anak berumur 12-16 tahun, persetujuan dari orang tua atau wali harus ada.
SOLUSI
Solusi dan Saran
• Dalam melakukan euthanasia, dokter harus
mempertimbangkan pelaksanaan euthanasia dengan
setiap elemen pendukung (hukum, agama, keluarga,
profesional, dll).
• Dokter dan rumah sakit sama-sama mencari jalan
keluar untuk masalah dana jika keluarga pasien sudah
tidak mampu lagi membiayai perawatan rumah sakit.
• Para dokter seharusnya tidak melakukan euthanasia,
karena jika dilihat dari segi hak asasi manusia setiap
orang berhak untuk hidup. Dan jika dilihat dari segi
agama, yang mempunyai kuasa atas hidup manusia
adalah Tuhan.
Solusi dan Saran
• Pihak medis : membantu meringankan beban
pasien dengan memberikan obat yang
memperlambat penyakit sirosis hati, memberikan
obat penahan sakit, physical therapy dan terapi
dengan psikolog.
• Pihak keluarga : menemani pasien dalam
menghadapi penyakitnya.
• Pihak tokoh agama: berkonsultasi dan mengajak
pemuka agama beserta umat yang lain untuk
mendoakan pasien

Anda mungkin juga menyukai