Kelompok 7 :
- Arwanda Wahyu Irawan
- M. Dhafin Almas Sumedi
- Raina Clarisa Lahlianti
THEORY
A. Identifikasi Serta Penilaian Risiko Etika dan
Peluang
Resiko Etika merupakan suatu kemungkinan dilanggarnya etika yang disebabkan oleh
ketidakmampuan perusahaan atau institusi dalam memenuhi harapan stakeholder.
Untuk itu, agar suatu organisasi atau perusahaan tetap dapat bertahan hidup,
perusahaan dan professional wajib menjalankan manajemen resiko etika. Secara
singkat, pengertian manajemen resiko etika adalah tata kelola yang menjunjung kode
etik sehingga dapat meminimalisasi ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi
harapan stakeholder.
Telah terjadi overlap dalam pendekatan penilaiaan risiko tradisional dengan
pendekatan risiko etika/penilaiaan kepentingan pemangku kepentingan (ERSIA).
Namun dalam kasus-kasus overlap, fokus dari pendekatan non-ERSIA dan pola pikir para
penyelidik belum seluas seperti yang sekarang muncul, karena fokus sudah berada
pada apa yang penting dari perspektif pemegang saham, bakan perspektif pemangku
kepentingan.
Manajemen risiko telah menjadi konsep yang digunakan secara umum sejak akhir 1990-an,
ketika bursa saham utama mencatatnya sebagai salah satu hal yang perlu untuk diawasi
direksi.
Sarbenes-oxley of 2002 (SOX) secara efektif membuat manajemen risiko merupakan bagian
integral dari tata kelola yang baik ketika reformasi tata kelola dibawa oleh SEC
keperusahaan terdaftar diseluruh dunia dan melahirkan banyak perkembangan serupa
diyurisdikasi nasional lainnya. Section 404 dari SOX, misalnya, yang bertujuan untuk penilaiaan
risiko dan pencegahan, mengharuskan perusahaan untuk memeriksa efektif sistem kontrol
internal berkaitan dengan pelaporankeuangan, dan CEO, CFO, dan auditor harus
melaporkan dan menyatakan efektivitas tersebut.
Penelaahan wajib pengendaliaan internal melibatkan perbandingan korporasi dengan
kerangka sistem pengendalian internalyang berlaku sepertiyang dikembangkan untuk
Enterprise Risk Management (ERM) oleh Committee of Sponsoring Organization (COSO)
Komisi Treadway
Oleh karena itu, kajian berorientasi COSO ERM akan memeriksa nada diatas, kode etik,
kesadaran karyawan, tekanan untuk memenuhi tujuan tidak realistis atau tidak tepat,
kesediaan manajemen untuk menggantikan control yang sudah ada, kepatuhan
terhadap kode dalam penilaian kinerja, pemantauan efektivitas sistem pengendaliaan
internal, program whistle-blowing, dan tindakan perbaikan sebagai respon terhadap
pelanggaran kode.
The New Statement of Auditing Standar (SAS 99) dirilis oleh AICPA dalam menanggapi
bencana Enron dan Worldcom, dan Sarbanes-Oxley Act of 2002 mefigurkan bagaimana
auditor eksternal telah diarahkan menuju kesadaran atas kecurangan, pemeriksaan, dan
pelaporan yang lebih baik atas kecurangan tersebut.
1. Diskusi dan brainstorming wajib antara tim tentang penyebab dan untuk salah saji
material potensial dalam laporan keuangan karena kecurangan sebelum dan selama
audit.
dibawah rivisi asumsi bahwa manajemen tidak bersalah hingga benar bersalah. Sebagai
berikut:
• Menganggap secara wajar bahwa ada risiko manipulasi pendapatan karena kecurangan
• Selalu mengidentifikasi dan menilai risiko dimana manajemen bisa meniadakan control
risiko kecurangan.
4. Peningkatan standar untuk pemeriksaan, dokumentasi, dan pelaporan langkah – langkah audit
Setelah risiko etika dan peluang organisasi telah diidentifikasi dan dinilai, strategi dan
taktik terbaik perlu dikembangkan untuk mengelola mereka untuk mengurang masalah
dan untuk menyearaskan kegiatan dengan kepentingan pemangku kepentingan.
Korporasi telah dianggap secara hukum bertanggung jawab hanya untuk pemegang
saham atau pemilik, tetapi dalam kenyataannya mereka juga secara
strategis bertanggung jawab kepada berbagai pemangku kepentingan yang lebih luas
jika mereka ingin menggalang dukungan yang diperlukan untuk pencapaian strategis.
Sejauh ini, pergeseran paradigma sedang berlangsung dari akuntabilitas kepada
pemegang saham menjadi pertanggungjawaban kepada pemangku kepentingan.
Adapun label yang dipakai-CSR atau kewarganegaraan korporat- keduanya merujuk
pada sejauh mana organisasi mempertimbangkan kepentingan pemangku
kepentingan dan mengambil tindakan yang menghormati kepentingan-kepentingan
itu.
1. Tujuan Organisasi Untuk CSR
Untuk mengembangkan rencana atau kerangka kerja yang komprehensif
untuk CSR suatu organisasi harus mempertimbangkan tujuan strategis,
2. Membangun Kerangka Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Inisiatif baru sedang dikembangkan untuk membantu dengan
keterlibatan pemangku kepentingan dalam perencanaan perusahaan dan
keputusan, mengatur kegiatan perusahaan dan membuat laporan tentang
mereka, dab melakukan audit atas apa yang dilakukan korporasi dan
pelaporannya. Dua diantaranya adalah Global Reporting Initiative(GRI) dan ISO
2006 Guidance on Social Responsibility
3. Pengukuran Kinerja CSR
Sangat disarankan untuk meninjau kerangka CSR lainnya yang telah diciptakan oleh
perusahaan konsultan yang menyaring kegiatan untuk investor, baik individu atau investor
institusi yang ingin berinvestasi
4. Monitoring CSR
Setelah pengukuran CSR telah diidentifikasi data dikumpulkan dan laporan terbentuk,
langkah berikutnya adalah memantau bagaimana korporasi bertindak. Seperti :
• Tujuan strategis faktor kunci keberhasilan
• Organisasi serupa
• Alternatif praktik terbaik untuk pembandingan
• Standar terpublikasi seperti yang diuraikan sebelumnya
• Statistik dan rata-rata industri
• Hasil yang diperoleh pada periode sebelumnya
5. Pelaporan CSR
Korporasi yang berangkat dari sebuah program pengukuran CSR perlu
mempertimbangkan bagaimana mereka akan melaporkan kinerja. Laporan internal
dapat mengambil beragam bentuk tetapi harus terfokus pada tujuan kinerja program.
Pelaporan kinerja etika dapat:
• Meningkatkan kesadaran akan isu-isu etis dalam sebuah program
• Memberikan dorongan bagi karyawan untuk mematuhi tujuan etis
• Menginformasikan pemangku kepentingan eksternal
• Meningkatkan citra perusahaan
6. Audit Laporan CSR
Penyebaran dari apa yang disebut audit laporan CSR telah berkembang khususnya
dieropa. Inisiatif eropa dalam perlindungan lingkungan dan melalui Internasional
Standards Association (ISO) telah memiliki pengaruh perilaku mengarahkan
diperusahaan dan telah mewajibkan pengungkapan publik atas kinerja lingkungan.
Akibatnya banyak individu dan beberapa akuntan publik besar dan perusahaan
lainnya telah terlibat dalam membuktikan laporan yang diterbitkan.
Etika di Tempat Kerja
Semakin tingginya tingkat kesadaran social dan tekanan dari kelompok-
kelompok aktivis yang telah didokumentasikan di tempat lain memiliki dampak
signifikan pada kedua operasi internal dan eksternal organisasi.
a. Hak Karyawan
Beberapa hak yang berubah menjadi dilindungi oleh undang-undang baru, sementara
yang lain dipengaruhi oleh kasus-kasus hokum umum, kontrak sertifikat buruh, dan
praktik perusahaan yang telah sensitive terhadap tekanan pemangku kepentingan.
b. Privasi dan Martabat
Hak pribadi lebih penting daripada atasan kecuali dapat ditunjukkan bahwa dalam
keadaan tertentu kepentingan atasan adalah wajar, sah, dan bisa diterima secara
moral.
c. Perilaku yang adil
Diskriminasi dianggap tidak etis dan dianggap illegal jika ia melibatkan usia , ras,
gender, dan preferensi seksual. Selain itu umumnya orang berpendapat bahwa harus
ada peluang yang sama untuk pekerjaan, dan upah yang sama untuk pekerjaan yang
sama, khususnya bagi perempuan dan minoritas.
d. Lingkungan Kerja Sehat dan Aman
Keseimbangan antara hak-hak pekerja dan pemilik telah bergeser ke titik yang
dianggap etis bagi para pekerja untuk mengharpakan bahwa kesehatan dan
Keselamatan tidak akan masuk akal jika dikompromikan. Mereka harus tahu apa risiko
yang dihadapi, dan banyak yurisdiksi telah menciptakan hokum berhak tahu untuk
memastikan bahwa organisasi membuat informasi tentang bahan, proses berbahaya,
dan perawatan terkait, siap diakses.
Argument bahwa pekerja hanya melakukan apa yang diperintahkan untuk melakukan
tidak lagi menyediakan perlindungan bagi pekerja di banyak wilayah yuridiksi, sehingga
pekerja harus menjalankan suara hati nurani sendiri.
f. Kepercayaan dan maknanya
Etika organisasi secara langsung berkaitan dengan bagaimana para pemimpin, apakah
ada kepercayaan yang cukup bagi karyawan untuk berbagi ide tanpa takut
kehilangan pekerjaan atau rasa hormat dari rekan kerja dan manajer mereka, dan
apakah mereka percaya bahwa organisasi layak mendapatkan loyalitas dan kerja
keras.
D. Kecurangan dan Kejahatan White Collar
E. Operasi Internasional
Ketika perusahaan beroperasi di luar pasar dalam negeri bimbingan normal ditawakan
kepada karyawan harus mempertimbangkan beberapa hal terkait : praktik operasi
yang bisa berdampak pada ekonomi local dan budaya, praktik asing local yang
berbeda-beda seperti pemberian hadiah luas atau penyuapan, didukung atau
dilarang, reaksi terhadap perubahan-perubahan oleh pemangku kepentingan dalam
negeri dan terutama oleh para pemangku kepentingan utama termasuk pelanggan
besar dan pasar modal.
a. Dampak terhadap Ekonomi Lokal dan Budaya Mereka
Perusahaan multinasional memiliki dampak yang signifikan terhadap budaya local dari pada
tidak di dalam negeri. Mereka harus berhati-hati terhada dampak aspek local yang tidak
menguntungkan.
b. Konflik antar Budaya Domestik dan Budaya Asing
Masalah paling sulit ketika nilai-nilai para pemangku kepentingan utama perusahaan
berbeda dengan yag ada di daerah local Negara asing.
c. Penyuapan, Pembayaran untuk Memfasilitasi
Dalam operasi d iluar negeri perusahaan-perusahaan multinasional mungkin diminta untuk
melakukan pembayaran memfasilitasi atau suap. Sebuah pembayaran memfasilitasi
biasanya memiliki nominal dan dibuat untuk mempercepat hasil yang akan juga terjadi
dengan waktu yang cukup.
d. Konflik Budaya yang jelas dengan melarang pemberian hadiah, atau suap.
Beberapa perusahaan menemukan bahwa mereka mampu melakukanbisnis tanpa
pembayaran tersebut, terutama karena produk atau jasa mereka sangat baik.
e. Imajinasi Moral
Para manajer menggunakan imajinasi moral untuk merancang alternative yang
menjawab kebutuhan dalam budaya local, tetapi sesuai dengan norma norma untuk
perilaku yang dapat diterima.
f. Pedoman praktik etika
Pedoman yang mungkin berguna bagi perusahaan untuk mencatatnya.
g. Konsultasi Sebelum Tindakan
Semua organisasi yang beropersai internasional harus peka pada karyawan mereka
tentang perbedaan budaya dan melengkapi mereka dengan pemahaman tentang
bagaimana organisasi ingin mereka berurusan dengan isuutama yang kemungkinan
besar muncul
F. Manajemen Krisis
Suatu krisis memiliki potensi untuk memiliki dampak krisis signifikan pada reputasi
perusahaan dan pejabatnya, dan pada kemampuan perusahaan untuk mencapai
tujuannya dan kemampuannya untuk bertahan. Dengan belajar krisis harus dikelola
untuk meminimalkan kerugian. Penilaian, perencanaan, dan manajemen krisis harus
merupakan bagian dari program manajemen resiko moder
CASE
Company History
3. Komite audit internal dan anggota dewan lainnya tidak hanya gagal
menentang Ebbers dan CFO-nya, Scott Sullivan, bahkan hingga
membiayai Ebbers. Hal ini menyebabkan Ebbers memanfaatkan
pinjaman tersebut.