Anda di halaman 1dari 19

SURFAKTAN

Dr. H. Ahmad Nuri, Sp.A


SMF Ilmu Kesehatan Anak
RSUD DR SOEBANDI – FK UNEJ
DI AMERIKA…

 RDS terjadi ± 40.000 bayi tiap tahun (1-2


% Bayi Baru Lahir atau dalam 14 % bayi
dengan berat kurang dari 2500 g)
 Insiden RDS bertambah 5 % pada umur
kehamilan 35 - 36 minggu dan 65% pada
umur kehamilan 29 - 30 minggu
Insiden RDS dikurangi menggunakan
glukokortikoid pada ibu saat antenatal,
dengan hasil :
 Untuk bayi yang lahir kurang dari umur
kehamilan 30 minggu, terjadi 60 % tanpa
glukokortikoid dan 35 % dengan terapi
glukokortikoid antenatal
 Untuk bayi yang lahir antara umur kehamilan
30 dan 34 minggu, terjadi 25 % tanpa
glukokortikoid dan 10 % dengan terapi
glukokortikoid antenatal
 Untuk bayi yang lahir kurang dari umur
kehamilan 34 minggu, insiden kira-kira 5 %
GEJALA KLINIS RDS

 Merintih
 Takipnea
 Retraksi subkostal dan interkostal
 Nafas cuping hidung
 Cyanosis

Jika gejala tidak berkembang hingga 8 jam,


bernafas normal → RDS disingkirkan
Problem lain yang terjadi
 Kongenital proteinosis alveoli paru
 Perdarahan paru (early)
 Sepsis
 Edema pulmonal :
 PDA
 Obstruksi drainase vena paru

 Sindrom hipoplastik jantung kiri

 Neurogenik pulmonal edem sekunder hingga


perdarahan intracranial
Kondisi yang berhubungan dengan
hipoaerasi paru
 Sedasi berat maternal
 Hipoksemia

 Hipotermia

 Kerusakan CNS

 Kondisi yang dihasilkan oleh hipoaerasi


sekunder tidak dapat menyebabkan difus
bilateral opaque granular dengan RDS
Pemeriksaan Penunjang

RDS biasanya di diagnosa dengan


kombinasi:

 Tanda dan gejala klinis


 Radiografi dada

 Blood gas arteri


Classic Respiratory Distress Syndrome

 Thorak berbentuk bel selama


kekurangan udara secara umum
 Volume paru tereduksi
 Parenkim paru dengan pola
reticulogranular difus dan air
bronchogram pada perifer
RDS tingkat sedang

 Pola reticulogranular lebih menonjol dan


tersebar merata daripada biasanya
 Paru hypoaerasi
 Peningkatan air bronchogram
RDS tingkat keparahan tinggi

 Retikulogranular opaque terdapat pada


kedua paru
 Penonjolan airbronkhogram dan tertutup
total oleh silhouette jantung
 Area cystic di kanan paru yang
tergambarkan oleh dilatasi alveoli atau
(PIE) Pulmonary Interstitial Emphysema
dini
Komplikasi RDS

 Setelah menerima terapi ventilasi, Bayi


prematur dengan RDS akan
berkembang menjadi (PIE) Pulmonary
Interstitial Emphysema dengan garis
tersendiri dan cystic udara radioluscent
pada paru kanan
 Anteroposterior (AP) foto thorax
dengan RDS menunjukkan tekanan
pneumothorax kanan dengan herniasi
paru kanan atas menyilang garis
tengah Pneumomediastinum juga
tergambarkan
Komplikasi terapi ventilasi

Bronchopulmonary dysplasia.
Anteroposterior (AP) foto thorax pada
bayi prematur umur 4 minggu dengan
riwayat RDS dan menerima ventilasi
mekanik menunjukkan hyperinflasi paru
sedang, interstitial opaque kasar dengan
bentukan sarang lebah pada kedua paru,
dan atelektasis pada lobus paru kanan
atas
Surface Acting Agent

Surfactan adalah agen pelapis


permukaan alveoli
Surfactan

 Surfactan terdiri komposisi organik yang


amphipathic
 Artinya surfaktan terdiri dari Hydrophobic
groups (ekor) dan Hydrophilic groups
(kepala)
 Surfactan adalah kompleks substansi
phospholipids dan sejumlah apoproteins
 Cairan Esensial diproduksi oleh sel
alveolar type II, dan tepi alveoli dan
bronchiolus kecil
 Surfactan mengurangi tekanan paru,
terutama memberikan kontribusi pada
pengembangan paru secara umum
 Surfactan juga penting karena juga
berfungsi sebagai stabilisasi alveoli
Penggunaan surfaktan untuk RDS pada bayi
preterm – dosis pertama
 Terapi profilaksis untuk mencegah / memperbaiki
keparahan RDS direkomendasikan untuk seluruh bayi
dengan umur kehamilan <27 mgg. Terapi seharusnya
selesai segera mungkin setelah lahir, mengikuti
intubasi dan penentuan klinis untuk memasang
endotrakeal tube.
 Bayi baru lahir dengan umur kehamilan > 27 mgg dan
< 30 minggu seharusnya menerima surfaktan segera
tanpa penundaan jika mereka menerima intubasi dan
supelemental oksigen untuk kegagalan pernafasan.
 Bayi dengan umur kehamilan > 30 minggu seharusnya
menerima terapi surfaktan jika mereka mendapatkan
ventilasi mekanik dan mempunyai diagnosa RDS
Penggunaan surfaktan untuk RDS pada bayi
preterm – dosis tambahan

 Bayi baru lahir dengan umur kehamilan < 30 mgg dengan diagnosa
RDS seharusnya menerima dosis surfaktan kedua sebagai bolus 6–
12 jam setelah dosis pertama jika mereka meneruskan intubasi
pada ventilasi mekanik, peningkatan konsentrasi oksigen inspirasi
 Bayi dengan umur kehamilan > 30 mgg dengan diagnosa RDS
seharusnya menerima dosis surfaktan kedua sebagai bolus 6–12
jam setelah dosis pertama jika mereka meneruskan intubasi pada
ventilasi mekanik dan menerima > 30 % oksigen inspirasi. Jika bayi
menerima intubasi dengan konsentrasi oksigen inspirasi antara 21–
29 %, juga dianjurkan terdiri dosis surfaktan kedua
 Kelanjutan terapi dengan tambahan dosis surfaktan (total 4 dosis
maximum) untuk bayi preterm dengan RDS dan oksigenasi buruk
setelah 6–12 jam dosis kedua

Anda mungkin juga menyukai