Anda di halaman 1dari 17

emulsi

adalah campuran 2 cairan


yang dalam keadaan
normal tidak dapat
bercampur (fase air dan
fase minyak) dengan
pertolongan suatu bahan
penolong yang disebut
emulgator.
• Dapat menutupi bau dan rasa dari obat,
contohnya minyak ikan yang tidak
berbau karena masuk dalam fase air
O/W
• Dapat digunakan untuk sustained
release action, contonya obat KB
• Nutrisi esensial seperti karbohidrat,
lemak dan vitamin dapat diemulsikan
dan dapat dibuat sediaan intravena
karena tipe O/W dapat bercampur
dengan darah
• Emulsi melindungi obat dari oksidasi
dan hidrolisis
SURFAKTAN
• Suatu zat yang mempunyai gugus hidrofil dan
lipofil sekaligus dalam molekulnya. Akan
berada dipermukaan cairan / antarmuka 2
cairan dengan cara teradsorpsi. Gugus hidrofil
berada dibagian air sedangkan gugus lipofil di
bagian minyak.
4 JENIS:
– Surfaktan anionik, contohnya : Na-lauril-
sulfat
– Surfaktan kationik, contohnya :
cetrimide/CTAB
– Surfaktan amfoterik, contohnya : Lechitin
– Surfaktan non-ionik, contohnya : tween dan
span
HIDROKOLOID
• Menstabilkan emulsi dengan cara
membentuk lapisan rigid/kaku, bersifat
viskoelastik pada permukaan minyak-air.
Zat ini bersifat larut dalam air (menjadi
koloid dengan adanya air dan membentuk
emulsi tipe O/W.
• Prinsip mekanisme penstabilan emulsi
tersebut :
– Pembentukan lapisan kaku-viskoelastik
pada permukaan minyak air
– Penaikan viskositas miliu
– Pembentukan agregat dengan cara
adsorpsi makromolekul yang sama
ZAT PADAT YANG TERDISPERSI
• Agar dapat berfungsi sebagai
emulgator, maka padatan harus
berukuran jauh lebih kecil dari
ukuran fase dispers dan
mempunyai sifat pembasahan
pada permukaan dua cairan.
• Makin halus padatan makin
baik sifat emulgatornya.
SYARAT PENGAWET EMULSI
• Toksisitas rendah
• Stabil dalam panas dan saat
penyimpanan
• Dapat campur dengan bahan lain
• Efektif sebagai antimikroba
• Bila perlu ditambahkan antioksidan
karena emulsi mudah teroksidasi.
• Mikser
ALAT PEMBUAT EMULSI
:menghomogenkan dan memperkecil ukuran partikel,
pengecilan ukuran partikel karena benturan partikel dengan
partiken serta dengan dinding dan pengaduk
• Blender :Kurang efektif untuk pengecilan ukuran partikel namun
bagus untuk penghomogenan
• Homoginizer: Kurang efektif dalam menghomogenkan namun
dapat memperkecil ukuran partikel hingga 1 µm dengan cara
cairan ditekan melalui celah sempit, kemudian dibenturkan ke
dinding atau ditumbukkan pada peniti peniti metal yang ada
dalam celah
• Colloid mill Prinsip kerja : menggilas partikel sehingga
didapat ukuran yang lebih kecil. Alat ini tidak efektif untuk
menghomogenkan cairan namun rotor yang dilengkapi baling
baling pada alat ini menaikkan efektifitas pengadukan.
• Ultrasonik Prinsip kerjanya : dengan memberikan gelombang
ultrasonik melalui cairan dengan frekuensi 20-50 kilocycles/detik
dengan adanya gelombang tersebut partikel akan pecah menjadi
ukuran yang lebih kecil.
Emulsi Rusak
• Emulsi pecah / Breaking (irreversible) terjadi
karena penurunan luas antarmuka antara fase dispers dan
medium dispers, sehingga terjadi 2 fase yang memisah
secara total. Hal ini terjadi karean penurunan energi bebas
permukaan karena tegangan antar muka yang sangat tinggi
• Creaming (reversible) Peristiwa emulsi terbagi
menjadi dua yang satu lebih banyak mengandung fase
intern, yang lainnya lebih banyak fase ekstern.
• Inversi Peristiwa pembalikan tipe emulsi,
penyebabnya : suhu, komposisi bahan penyusun, dll.
Kontrol emulsi
untuk mengetahui sifat fisika dari emulsi
digunakan untuk mengetahui kestabilan
emulsi, terdiri dari:
– Determinasi tipe emulsi
– Distribusi granulometrik
– Determinasi sifat rheologi
– Test penyimpanan yang dipercepat
Determinasi tipe emulsi
• Metode pengenceran (Dilution test)

–Emulsi tipe o/w apabila


diteteskan air maka emulsi akan
stabil dengan air sebagai
medium dispers dan minyak
sebagai terdispers, namun
apabila tipe o/w diteteskan
minyak maka emulsin akan rusak
• Metode pewarnaan
–Emulsi ditambah Methylen blue
apabila dilihat pada mikroskop
berwarna biru maka emulsi
adalah tipe o/w, namun apabila
tanpa warna berarti emulsi
adalah tipe w/o
–Emulsi ditambah Suddan apabila
dilihat pada mikroskop berwarna
Konduktivitas listrik

• Air adalah konduktor yang baik

• Apabila bohlam lampu elektroda


menyala berarti emulsi o/w,
namun apabila tidak menyala
berarti tipe w/o
• Cobalt Chloride Test
kertas saring terbasahi larutan cobalt chloride
dan ditambahkan emulsi lalu dikeringkan, bila
berwarna biru menjadi pink maka emulsi o/w.
• Fluorescence Test
– Apabila emulsi diberikan radiasi ultra violet, dan
menunjukkan fluoresence dibawah microskop
berarti emulsi adalah tipe w/o
– Namun apabila menunjukkan spot maka emulsi
adalah tipe o/w
Distribusi granulometrik
• Untuk mengetahui distribusi granulometrik
dari partikel dispers untuk mengetahui
kestabilan emulsi
– Mikroskopik
– Optik: dengan alat difraksi sinar
– Elektronik: dengan coulter counter
– Sentrifugasi: berdasarkan rumus hukum stokes,
dengan menghitung perbedaan bj tiap fraksi
emulsi
Determinasi sifat rheologi
• Perubahan konsistensi dapat disebabkan
proses pabrikasi dan penyimpanan
• Dapat mempengaruhi :
– ketepatan pengambilan dosis,
– kemudahan pengisian,
– dapat mempengaruhi pengendapan,
– Terjadinya creaming,
– Mudah tidaknya digunakan per-parenteral
TEST PENYIMPANAN DIPERCEPAT
• Untuk memprediksi stabilitas
suatu emulsi, dengan cara :
–Temperatur 40-60°C : suhu tinggi
akan menurunkan / menaikkan
viskositas, akan mempengaruhi
kestabilan
–Sentrifugasi
–Shock termik : disimpan pada

Anda mungkin juga menyukai