Anda di halaman 1dari 26

R E F E RAT

ANEMIA APLASTIK
Pembimbing:
dr. KysDarmantoSp.PD

Oleh :
Helga Ratnasari (16710327)
PENDAHULUAN
 Anemia aplastik adalah kelainan hematologik yang
ditandai dengan penurunan komponen selular pada
darah tepi yang diakibatkan oleh kegagalan produksi di
sumsum tulang.
 Pada keadaan ini jumlah sel-sel darah yang diproduksi
LATAR tidak memadai.
BELAKANG  Penderita mengalami pansitopenia, yaitu keadaan
dimana terjadi kekurangan jumlah sel darah merah, sel
darah putih, dan trombosit.
seorang perempuan muda yang meninggal
1888 Ehrlich tidak lama setelah menderita penyakit
dengan gejala anemia berat, perdarahan dan
hiperpireksia. Pemeriksaan postmortem
terhadap pasien tersebut menunjukkan
sumsum tulang yang hiposeluler (tidak aktif)

1904 Chauffard Anemia Aplastik

ASAL MULA Kesepakatan pendapat


1934 bahwa tanda khas penyakit
ini adalah pansitopenia
sesuai konsep Ehrlich

Membatasi pemakaian nama anemi


1959 aplastik pada kasus pansitopenia,
Wintrobe
hipoplasia berat, atau aplasia sumsum
tulang tanpa adanya suatu penyakit
primer yang menginfiltrasi, menekan
jaringan hemopoietik sumsum tulang
Pemeriksaan
darah dan
sumsum tulang

Gejala Subjektif Gejala Objektif

LATAR
BELAKANG
Diagnosis
anemia
aplastik
TINJAUAN PUSTAKA
• suatu sindroma kegagalan sumsum
tulang yang ditandai dengan
pansitopenia perifer dan hipoplasia
sumsum tulang
Anemia
DEFINISI Aplastik • terjadi penurunan produksi sel darah
dari sumsum tulang sehingga
menyebabkan retikulositopenia,
anemia,granulositopenia,
monositopenia dan trombositopenia
 Analisis retrospektif di Amerika Serikat memperkirakan
insiden anemia aplastik berkisar antara 2 sampai 5
kasus persejuta penduduk pertahun.
 The Internasional Aplastic Anemia and Agranulocytosis
Study dan French Study memperkirakan ada 2 kasus
persejuta orang pertahun.
 Frekuensi tertinggi anemia aplastik terjadi pada orang
EPIDEMIOLOGI berusia 15 sampai 25 tahun; peringkat kedua terjadi
pada usia 65 sampai 69 tahun. Anemia aplastik lebih
sering terjadi di Timur Jauh, dimana insiden kira-kira 7
kasus persejuta penduduk di Cina, 4 kasus persejuta
penduduk di Thailand dan 5 kasus persejuta penduduk
di Malaysia. Penjelasan kenapa insiden di Asia Timur
lebih besar daripada di negara Barat belum jelas.
• Idiopatik : bila kausanya tidak • Anemia aplastik berat
diketahui; ditemukan pada kira-
kira 50% kasus.
• b. Sekunder : bila kausanya • Anemia aplastik sangat berat
diketahui.
KLASIFIKASI • c. Konstitusional : adanya
kelainan DNA yang dapat
ANEMIA diturunkan, misalnya anemia • Anemia aplastik bukan berat
APLASTIK Fanconi

Klasifikasi berdasarkan
Klasifikasi menurut
tingkat keparahan atau
kausa prognosis
Infeksi virus dan penyakit
lainnya
Anemia Aplastik yang
didapatkan (Acquired
Aplastik Anemia)
1. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan

2. Anemia aplastik sekunder Akan tetapi, kebanyakan pasien


penyebabnya adalah idiopatik,
ETIOLOGI 3. Virus

4. Kehamilan
yang berarti penyebabnya tidak
diketahui
Anemia aplastik yang
diturunkan (Inhereted
Aplastik Anemia
1. Anemia Fanconi
Anemia aplastik yang diturunkan (inherited aplastic anemia)

terutama anemia Fanconi disebabkan oleh ketidakstabilan DNA.

kerusakan langsung stem sel oleh agen toksik

PATOFISIOLOGI disebabkan oleh paparan radiasi, kemoterapi sitotoksik atau


benzene

Agen-agen ini dapat menyebabkan rantai DNA putus sehingga menyebabkan inhibisi sintesis DNA dan RNA.

Kehancuran hematopoiesis stem sel yang dimediasi sistem


imun mungkin merupakan mekanisme utama patofisiologi
anemia aplastik.
 Hipoplasia eritropoietik akan menimbulkan anemia dimana timbul
gejala-gejala anemia antara lain lemah, dyspnoe d’effort, palpitasi
cordis, takikardi, pucat dan lain-lain.
Gejala dan  Trombositopenia tentu dapat mengakibatkan pendarahan di kulit,
selaput lendir atau pendarahan di organorgan.
Pemeriksaan  Pada kebanyakan pasien, gejala awal dari anemia aplastik yang
Fisik sering dikeluhkan adalah anemia atau pendarahan, walaupun
demam atau infeksi kadang-kadang juga dikeluhkan.
 Hepatomegali, yang sebabnya bermacam-macam ditemukan
pada sebagian kecil pasien
• Pemeriksaan hitung jenis sel darah putih
menunjukkan penurunan jumlah neutrofil dan
Pemeriksaan monosit. Limfositosis relatif terdapat pada lebih dari
75% kasus. Jumlah neutrofil kurang dari 500/mm3 dan
Laboratorium trombosit kurang dari 20.000/mm3 menandakan
anemia aplastik berat. Jumlah neutrofil kurang dari
200/mm3 menandakan anemia aplastik sangat berat.

PEMERIKSAAN
PENUNJANG
• Biopsi sumsum tulang dilakukan untuk penilaian
selularitas baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Semua spesimen anemia aplastik ditemukan
Pemeriksaan gambaran hiposelular
• Aspirasi sumsum tulang biasanya mengandung
Sumsum Tulang sejumlah spikula dengan daerah yang kosong,
dipenuhi lemak dan relatif sedikit sel hematopoiesis.
Limfosit, sel plasma, makrofag dan sel mast mungkin
menyolok dan hal ini lebih menunjukkan kekurangan
sel-sel yang lain daripada menunjukkan peningkatan
elemen-elemen ini
 pemeriksaan darah dan dan pemeriksaan sumsum tulang.
 Pada anemia aplastik ditemukan pansitopenia disertai sumsum
tulang yang miskin selularitas dan kaya akan sel lemak.
DIAGNOSA  Kelainan seperti leukimia akut dapat dibedakan dengan anemia
aplastik yaitu dengan adanya morfologi abnormal atau
peningkatan dari sel blast atau dengan adanya sitogenik abnormal
pada sumsum tulang.
Kelainan sumsum tulang
Anemia aplastik
Myelodisplasia
Diagnosis banding Leukemia akut
DIAGNOSIS anemia yaitu dengan Myelofibrosis
setiap kelainan yang
BANDING ditandai dengan
pansitopenia perifer
Penyakit Infiltratif: limfoma, myeloma,
carcinoma, hairy cell leukemia Anemia
megaloblastik

Kelainan bukan sumsum tulang


Hipersplenisme
Sistemik lupus eritematosus
Infeksi: tuberculosis, AIDS, leishmaniasis,
brucellosis
Anemia berat, pendarahan akibat
trombositopenia dan infeksi akibat
granulositopenia dan monositopenia

Tabel 7. Manajemen Awal Anemia Aplastik9

1. Menghentikan semua obat-obat atau penggunaan agen kimia yang diduga menjadi
PENATALAKSANAAN penyebab anemia aplastik.
2. Anemia : transfusi PRC bila terdapat anemia berat sesuai yang dibutuhkan.
3. Pendarahan hebat akibat trombositopenia : transfusi trombosit sesuai yang dibutuhkan.
4. Tindakan pencegahan terhadap infeksi bila terdapat neutropenia berat.
5. Infeksi : kultur mikroorganisme, antibiotik spektrum luas bila organisme spesifik tidak
dapat diidentifikasi, G-CSF pada kasus yang menakutkan; bila berat badan kurang dan
infeksi ada (misalnya oleh bakteri gram negatif dan jamur) pertimbangkan transfusi
granulosit dari donor yang belum mendapat terapi G-CSF.
6. Assessment untuk transplantasi stem sel allogenik : pemeriksaan histocompatibilitas
pasien, orang tua dan saudara kandung pasien.
 Pengobatan spesifik aplasia sumsum
tulang terdiri dari tiga pilihan

Transplatasi stem sel allogenik

PENATALAKSANAAN Kombinasi terapi imunosresif (ATG,


Siklosporin dan metilprednisolon)

atau pemberian dosis tinggi siklofosfamid.


Terapi standar meliputi imunosupresi atau
untuk anemia transplantasi sumsum tulang
aplastik

PENATALAKSANAAN
Faktor-faktor seperti usia
pasien, adanya donor saudara
yang cocok (matched sibling
donor), faktor-faktor resiko
seperti infeksi aktif atau beban
transfusi harus dipertimbangkan
Pengobatan Suportif
• diberikan transfusi eritrosit berupa packed red cells sampai kadar hemoglobin 7-8 g% atau lebih
pada orang tua dan pasien dengan penyakit kardiovaskular
• Resiko pendarahan meningkat bila trombosis kurang dari 20.000/mm3. Transfusi trombosit
diberikan bila terdapat pendarahan atau trombosit dibawah 20.000/mm3 sebagai profilaksis.
kadar

Terapi Imunosupresif
• Obat-obatan yang termasuk terapi imunosupresif adalah antithymocyte globulin (ATG) atau
antilymphocyte globulin (ALG) dan siklosporin A (CSA). ATG atau ALG diindikasikan pada:
• - Anemia aplastik bukan berat
PENATALAKSANAAN • - Pasien tidak mempunyai donor sumsum tulang yang cocok
• - Anemia aplastik berat

Terapi Penyelamatan (Salvage Theraphies)


• siklus imunosupresi berulang, pemberian faktor-faktor pertumbuhan hematopoietik dan
pemberian steroid anabolik

Transplatasi Sumsum Tulang


• Transplantasi sumsum tulang merupakan pilihan utama pada pasien anemia aplastik berat
berusia muda yang memiliki saudara dengan kecocokan HLA. Akan tetapi, transplantasi sumsum
tulang allogenik tersedia hanya pada sebagan kecil pasien (hanya sekitar 30% pasien yang
mempunyai saudara dengan kecocokan HLA).
 Prognosis berhubungan dengan jumlah absolut netrofil dan
trombosit. Jumlah absolut netrofil lebih bernilai prognostik
daripada yang lain.
 Jumlah netrofil kurang dari 500/l (0,5x109/liter) dipertimbangkan
sebagai anemia aplastik berat dan jumlah netrofil kurang dari
200/l (0,2x109/liter) dikaitkan dengan respon buruk terhadap
imunoterapi dan prognosis yang jelek bila transplantasi sumsum
tulang allogenik tidak tersedia
 Transplantasi sumsum tulang bersifat kuratif pada sekitar 80%
PROGNOSIS pasien yang berusia kurang dari 20 tahun, sekitar 70% pada pasien
yang berusia 20-40 tahun dan sekitar 50% pada pasien berusia
lebih dari 40 tahun
 sebanyak 40% pasien yang bertahan karena mendapatkan
transplantasi sumsum tulang akan menderita gangguan akibat
GVHD kronik dan resiko mendapatkan kanker sekitar 11% pada
pasien usia tua atau setelah mendapatkan terapi siklosporin
sebelum transplantasi stem sel.
 Hasil yang terbaik didapatkan pada pasien yang belum
mendapatkan terapi imunosupresif sebelum transplantasi, belum
mendapatkan dan belum tersensitisasi dengan produk sel darah
serta tidak mendapatkan iradiasi dalam hal conditioning untuk
transplantasi.
PROGNOSIS  Sekitar 70% pasien memiliki perbaikan yang bermakna dengan
terapi kombinasi imunosupresif (ATG dengan siklosporin).
Walaupun beberapa pasien setelah terapi memiliki jumlah sel
darah yang normal, banyak yang kemudian mendapatkan anemia
sedang atau trombositopenia.
 Penyakit ini juga akan berkembang dalam 10 tahun menjadi
proxysmal nokturnal hemoglobinuria, sindrom myelodisplastik
atau akut myelogenous leukimia pada 40% pasien yang pada
mulanya memiliki respon terhadap imunosupresif.
 Pada 168 pasien yang mendapatkan transplantasi sumsum tulang,
hanya sekitar 69% yang bertahan selama 15 tahun dan pada 227
pasien yang mendapatkan terapi imunosupresif, hanya 38% yang
PROGNOSIS bertahan dalam 15 tahun. Pengobatan dengan dosis tinggi
siklofosfamid menghasilkan hasil awal yang sama dengan
kombinasi ATG dan siklosporin. Namun, siklofosfamid memiliki
toksisitas yang lebih besar dan perbaikan hematologis yang lebih
lambat walaupun memiliki remisi yang lebih bertahan lama.
RINGKASAN
1. Anemia aplastik adalah kelainan hematologik yang disebabkan oleh
kegagalan produksi di sumsum tulang
2. sehingga mengakibatkan penurunan komponen selular pada darah
tepi yaitu berupa keadaan pansitopenia (kekurangan jumlah sel darah
merah, sel darah putih, dan trombosit)
3. dapat disebabkan oleh bahan kimia, obat-obatan, virus, dan terkait
dengan penyakit-penyakit yang lain
4. Anemia aplastik juga ada yang ditururunkan seperti anemia
Fanconi. Akan tetapi, kebanyakan kasus anemia aplastik merupakan
idiopatik
5. Tanda dan gejala klinis anemia aplastik merupakan manifestasi dari
pansitopenia6. yang terjadi
6. Trombositopenia dapat mengakibatkan pendarahan di kulit,
selaput lendir atau pendarahan di organ-organ. Gejala yang paling
menonjol tergantung dari sel mana yang mengalami depresi paling
berat
7. Pengobatan anemia aplastik dapat bersifat suportif yaitu dengan
transfusi PRC dan trombosit.
8. Penggunaan obat-obat atau agen kimia yang diduga menjadi
penyebab anemia aplastik harus dihentikan. Pemberian antibiotik bila
terjadi infeksi juga harus dilakukan untuk memperbaiki keadaan
umum pasien.
9. Terapi standar untuk anemia aplastik meliputi terapi imunosupresif
atau transplantasi sumsum tulang. Pasien yang lebih muda umumnya
mentoleransi transplantasi sumsum tulang lebih baik dan sedikit
mengalamai GVHD (Graft Versus Host Disease).
10. Pasien yang lebih tua dan yang mempunyai komorbiditas
biasanya ditawarkan terapi imunosupresif.
11. Prognosis dipengaruhi banyak hal, antara lain derajat anemia
aplastik, usia pasien, ada tidaknya donor dengan HLA yang cocok
untuk transplantasi sumsum tulang allogenik serta apakah pasien
telah mendapatkan terapi imunosupresif sebelum tranplantasi
sumsum tulang.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai