Anda di halaman 1dari 31

U LUAN

DAH
PEN
• Ozaena
• Infeksi kronik
• ♀ > ♂ → 3: 1
• Etiologi belum pasti
• Pengobatan simptomatis
I HIDU NG
ANATO M

INERVASI

VASKULARISASI
Nasus
Eksternus

ANATOMI
Cavum Nasi

ANATOMI
INERVASI Mengurus sensasi
di daerah
• Nervus Etmoidalis Anterior
bag.anterior
septum nasi &
dinding lateral

• mengontrol diameter
Ganglion vena & arteri hidung
sfenopalatina
• Nervus olfaktorius produksi mukus

pembauan

ANATOMI
SUPLAI DARAH
VASKULARISASI

ANATOMI
GI HIDUN G
F I SI O LO

1. Fungsi respirasi
2. Fungsi
pembauan
3. Fungsi fonetik
4. Fungsi static dan
mekanik
5. Reflek nasal
T IS AT RO F I
IS I R HI NI
DEFIN

Infeksi hidung kronik,


ditandai:
 Atrofi progresif pada
mukosa dan tulang
konka
Pembentukan krusta
 berbau busuk
EPIDEMIOLOGI

• Sering terjadi dinegara berkembang


• Endemi di daerah subtropis dan
bersuhu panas
• Wanita >> pria
• Cenderung pada usia pubertas
• Sering dihubungkan dengan status
esterogen
Infeksi
Sekunder
Defisiensi Fe Ketidakseimba
dan Vit A ngan Endokrin

Herediter
Infeksi

Penyakit ETIOLOGI RSDS


Kolagen

Golongan
Trauma atau
Darah
terapi radiasi
Supurasi
Ketidakseimbangan
dihidung dan
Otonom
sinus paranasal
N PATO GEN ES I S
PATO LO G I DA

•Metaplasi epitel kolumnar


barsilia
 epitel skuamous/atrofik
dan fibrosis dari tunika propria
•secara patologi dibagi 2 yaitu:
– Tipe 1
– Tipe 2
•Sebagian besar kasus tipe 1
Patfis
TIPE 1
endarteritis Terdapat pada
arteriole
periarteritis terminal

Akibat infeksi
kronik

Tx esterogen Efek Vasodilator


Patfis
TIPE 2

vasodilatasi
kapiler (+) Tx esterogen
N PATO GEN ES I S
PATO LO G I DA

• Taylor dan young  sel endotel


yang bereaksi positif dengan
fosfatase alkali
• atrofi epitel bersilia dan kelenjar
seromusinus  pembentukan
krusta tebal
N PATO GEN ES I S
PATO LO G I DA

• Atrofi konka  saluran napas


menjadi lapang
• defisiensi surfaktan yang
menyebabkan menurunnya
resistensi hidung terhadap infeksi
N PATO GEN ES I S
PATO LO G I DA

• Mukosa hidung berubah menjadi tipis


• Silia hidung menghilang
• Peralihan epitel hidung
• Kelenjar hidung mengalami
degenerasi,atrofi atau jumlahnya
berkurang
PERUBAHAN HISTOPATOLOGI

• Mukosa hidung normal  epitel


pseudostratifikatum, kolumnar,
glandula mukosa dan serosa
• Pada rhinitis atrofi  lapisan epitel
megalami metaplasi dan kehilangan
silia
DIAGNOSA
ANAMNESA

PEMERIKSAAN FISIK

PEMERIKSAAN PENUNJANG
ANAMNESA

•Nafas berbau
•Indra penciuman menurun
•Hidung seperti tersumbat
•Ingus kental berwarna hijau,
berkerak
•Nyeri kepala
DIAGNOSA
IKSA A N F I SI K
PE M ER

•Atrofi mukosa & konka 


Hidung lapang
•Sekret purulen kehijauan
•Krusta

DIAGNOSA
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

• Transiluminasi
• Foto Water’s
• Pemeriksaan
darah tepi • Pemeriksaan
• CT-Scan mikroorganisme
• Pemeriksaan • Uji resistensi kuman
histopatologi • Test serologi (VDRL test
dan Wasserman test)
erda s a rka n K li ni s
Pembagian B
mukosa
kemerahan
atrofi mukosa
hidung

Tingkat I

krusta sedikit

berlendir
Tingkat II
Atrofi mukosa makin
mukosa keringmukosa
hidung >> makin kering
warna makin
pudar

krusta
banyak

keluhan anosmia
belum jelas
Atrofi berat mukosa dan tulang
ditemukan krusta di nasofaring
terdapat anosmia yang jelas

Tingkat III
SA BAND ING
DIAGNO

• Sinusitis
• Nasofaringitis kronis
• Rinitis Difteri
• Rinitis Tuberkulosa
• Rinitis Sifilis
KOMP L I K ASI

• Perforasi septum
• Sinusitis
• Faringitis
• Miasis hidung
• Hidung pelana
PENATALAKSANAAN
Konservatif
1. Antibiotik spektrum luas
2. Obat cuci hidung
3. Obat tetes hidung
4. Vitamin A
5. Preparat Fe
6. Pengobatan sinusitis sampai
tuntas apabila ada
• Tx Konservatif gagal  operasi
• Prinsip:
– mengistirahatkan mukosa hidung
pada normal kembali selama 2
tahun
TUJUAN PEMBEDAHAN
 menyempitkan rongga hidung
 mengurangi pengeringan &
pembentukan krusta
 mengistirahatkan mukosa
regenerasi

Anda mungkin juga menyukai