Anda di halaman 1dari 40

ANAMNESIS DAN PF

TELINGA
THT RSUD TARAKAN
 GANGGUAN/KERUSAKAN PENDENGARAN
 Bagaimana Onsetnya? Kapan pertama kali
dirasakan? Tiba-tiba? Perlahan? Dan sudah
berapa lama ?
 Telinga Sebelah mana? Kanan? Kiri? Keduanya?
 Apakah Pendengaran membaik? Bertambah
buruk? atau bergantian (kadang dapat
memburuk dan kembali membaik)?
 Apakah anda tidak dapat mendengar suara?
sunyi? Berisik?bergumam? Ataukah ada
gangguan pemahaman terhadap
pembicaraan? Dalam situasi seperti apa
biasanya terjadi?
 Apakah ada riwayat penyakit lain (infeksi, virus,
jamur) yang berhubungan dengan gangguan
pendengaran? Trauma kepala? Paparan suara
bising/keras? Penggunaan obat-obatan?
 Apakah ada riwayat campak, mumps, influenza,
meningitis, sifilis, penyakit virus berat, penggunaan
obat ototoksik seperti kanamisin, streptomisin,
gentamisin atau pemakaian diuretik maupun
obat pengencer darah seperti aspirin
 Riwayat gangguan dan kerusakan pendengaran
dalam keluarga?
 Riwayat sakit dan kesulitan dalam kehamilan dan
melahirkan? Postnatal dan pasca natal
 Ada riwayat penyakit telinga dan pembedahan
telinga
 Paparan pekerjaan? Militer? Rekreasi? Paparan
suara bising dan keras lainnya
 Hambatan sosial, pekerjaan dan pendidikan
yang timbul akibat gangguan pendengaran?
 HEAD NOISES/TINITUS
 Sifat bising? Berdering? Berdenging? Bernada Tinggi?
Mengaum? Menggumam? Mendesis (seperti uap
yang terlepas) atau berdenyut (senada dengan
denyut nadi)?
 Kapan pertama kali timbul? Terdengar sepanjang
waktu? Atau hanya dikeadaan sunyi?
 Terdengar setelah paparan bising ditempat kerja atau
lokasi lain?
 PUSING/DIZZINES
 Kepala terasa ringan? Ketidakseimbangan? Rasa seperti
berputar? Cenderung ingin jatuh, Jatuh ke arah mana?
Apakah pusing ditentukan oleh posisi kepala? Pusing saat
berbaring? Apakah timbulnya berhubungan dengan
bangun terlalu cepat dari berbaring ?
 Frekuensi dan lamanya serangan?
 Apakah pusing bersifat terus menerus atau episodik?
 Kapan pertama kali pusing dirasakan? Bagaimana? Berapa
lama? Sifatnya? Dan selang waktu antar serangan?
 Ada gejala lain yang timbul bersamaan? Seperti mual?
Muntah? Tinitus? Rasa penuh dalam telinga? Kelemahan?
Fluktuasi pendengaran? Kehilangan kesadaran?
 Riwayat penyakit telinga? Infeksi? Perforasi? Trauma
kepala? Pembedahan telinga?
 Riwayat penyakit seperti Diabetes Melitus? Gangguan
neurologik? Arterosklerosis? Hipertensi? Gangguan tiroid?
Sifilis? Anemia? Keganasan? Penyakit jantung? Paru-paru?
 Riwayat Alergi?
 SEKRET TELINGA/OTORE
 Cairan keluar dari satu atau kedua telinga?
 Disertai gatal atau nyeri ?
 Sudah berapa lama? Apakah sekret pernah keluar
sebelumnya ? Jumlahnya ? Bentuknya ?
 Sekret disertai darah? Purulen? Dan berbau?
 Riwayat Infeksi saluran pernafasan bagian atas?
Keadaan yang membuat telinga basah
(Berenang?Mandi?Pendarahan?)
 NYERI TELINGA/OTALGIA
 Bagaimana Sifat nyeri ? Lokasi nyeri ?
 Nyeri ini merupakan masalah berulang? Seberapa
sering terjadi?
 Nyeri hanya pada telinga? Nyeri menyebar ketempat
lain ? Atau nyeri berasal dari tempat lain?
 Adakah keadaan yang mencetuskan nyeri ?
Mengunyah? Menggigit? Batuk? Menelan? Nyeri alih
dari daerah kepala dan leher ?
 Gejala-gejala pada kepala dan leher lainnya?
PEMERIKSAAN
FISIK
PERALATAN YANG DIBUTUHKAN UNTUK PEMERIKSAAN THT
CARA MEMERIKSA TELINGA
 Tujuan: memeriksa MAE dengan meneranginya
memakai cahaya lampu
 Alat:
 Lampu kepala
 Otoskop
 Spekulum telinga
 Alat penghisap
 Hak tajam
 Pemilin kapas
 Forsep telinga
 Balon politzer
 Semprit telinga
PELAKSANAAN
 Pasang lampu kepala
 Penderita duduk di depan pemeriksa
 Lutut kiri pemeriksa berdempetan dengan
lutut kiri penderita
 Kepala dipegang dengan ujung jari
 Waktu memeriksa telinga yang kontralateral,
hanya posisi kepala penderita yang diubah
 Kaki, lutut penderita dan pemeriksa tetap
pada keadaan semula
CARA MEMEGANG TELINGA
Aurikulum dipegang dengan jari I dan II,
sedangkan jari III, IV, V pada planum
mastoid.
Aurikulum ditarik ke arah posterosuperior
untuk meluruskan MAE
CARA MEMEGANG OTOSKOP
TELINGA
1. Bentuk Daun Telinga
2. Kelainan Kongenital
3. Radang
4. Tumor
5. Nyeri Tekan Tragus
6. Penarikan Daun Telinga
7. Kelainan Preaurikuler
8. Kelainan Infraaurikuler
9. Kelainan Retroaurikuler
10. Regio Mastoid
11. Liang Telinga
12. Membran Timpani
BENTUK DAUN TELINGA
1. Normotia
1
2. Microtia
3. Macrotia 4
3
4. Clauliflower ear
5. Simetris ka/ki

2
Cauliflower earTrauma

Hematoma

Kumpulan diantara
perikondrium dan tulang rawan

Perikondritis

Hancurnya tulang rawan


Lop Ear
Cryptotia

Heliks bagian superior


Telinga kerut, kartilago heliks tersembunyi
di bawah kulit kepala bagian temporal terlipat jatuh kebawah
Satyr Ear / Pointy Ears

Ujung superior heliks


tampak lancip
dengan variasi
lipatan berlebihan
pada heliks
KELAINAN KONGENITAL
1

1. Atresia 2
2. Fistula preaurikular
3. Bats ear
2

3
Fistula preaurikula
 Kegalalan penggabungan tuberkel
kesatu dan kedua.
 Ukuran sebesar ujung pensil
 Sering keluar cairan yang berasal dari
kelenjar sebasea
RADANG
 Kalor/panas
 Dolor/nyeri
 Rubor/merah
 Functio
laesa
 Tumor/membengkak
Perikondritis
 Radang pada tulang rawan yang
menjadi kerangka daun telinga
TUMOR
 Ukuran
 Batas tegas/tidak tegas
 Bentuk
 Mobile/immobile
 Nyeri tekan
 Konsistensi: kenyal,lunak,keras
NYERI TEKAN TRAGUS
1. Ya atau tidak?
1

2
PENARIKAN DAUN TELINGA
 Nyeri tarik aurikula
KELAINAN
PRE,INFRA,RETROAURIKULER

1. Fistula
1 1
2. Hematoma

3 4

2
REGION MASTOID

1. Tanda radang
(mastoiditis)
2. Tumor 1
1

2
2
LIANG TELINGA
1. Serumen
2. Hiperemis 3
1 2
3. Furunkel
4. Edema
5. Sekret
6. Corpus alienum
7. Tumor
4
8. Laserasi
9. Clotting 5 6
10. Perdarahan aktif
11. Hifa

7
MEMBRAN TIMPANI
1. Normal 3 4
2. Retraksi 1 2
3. Bulging
4. Hiperemis
5. Edema
6. perforasi
(Marginal, Central, Atik)
7. Cone of light/
reflek cahaya
8. Suram 6 6
9. Timpanosklerosis 5
10. Bubble
11. Air fluid level
12. Penampakan massa
13. Hemotimpanum
14.

7
TES PENALA
 Rinne
 Weber
 Swabach
 Penala yang dipakai
TES RINNE
 Berguna untuk membandingkan
hantaran udara dan hantaran tulang
pasien.
 Tangkai penala yang bergetar
ditempelkan pada mastoid pasien
(hantaran tulang) hingga bunyi tidak lagi
terdengar, penala kemudian
dipindahkan ke dekat telinga sisi yang
sama ( hantaran udara)
(+) HU>= HT -> normal / gangguan
sensorineural
(-) HU<HT -> gangguan konduktif
TES WEBER
 Mendengarkan suara sendiri lebih keras bila
satu telinga ditutup.
 Gagang penala yang bergetar ditempelkan
di tengah dahi dan pasien diminta
melaporkan apakah suara terdengar di
telinga kiri, kanan, atau keduanya. Bila
mendengar pada satu telinga disebut
lateralisasi ke sisi telinga tersebut, jika kedua
telinga tidak mendengar atau sama-sama
mendengar berarti tidak ada lateralisasi.
Interpretasi :
normal : tidak ada lateralisasi
tuli konduksi : lateralisasi ke telinga yang
sakit
tuli sensorineural : lateralisasi ke telinga yang
sehat
TES SWABACH
 Tujuannya untuk membandingkan hantaran lewat tulang
antara penderita dengan pemeriksa.
 Cara : garpu tala dibunyikan lalu tangkainya diletakkan tegak
lurus pada planum mastoid pemeriksa, bila pemeriksa sudah
tidak mendengar, secepatnya garpu tala dipindahkan ke
mastoid penderita. Bila penderita masih dapat mendengar
berarti Schwabach memanjang, tetapi jika penderita tidak
mendengar maka ada 2 kemungkinan yaitu Schwabach
memendek atau normal.
 Untuk memastikannya maka tes dibalik, yaitu tes ke penderita
dulu baru ke pemeriksa. Jika pemeriksa masih mendengar
berati Schwabach penderita memendek, bila pemeriksa tidak
mendengar lagi berarti sama-sama normal
Interpretasi :
Schwabach normal : normal
Schwabach memanjang : tuli konduksi
Schwabach memendek : tuli sensorineural
TES BISIK
Syarat :
 Tempat : ruangan sunyi dan tidak ada echo ( dinding dibuat
tidak rata atau dilapisi “soft board”/ korden), serta ada jarak
sepanjang 6m.
 Penderita
 Mata ditutup/ dihalangi agar tidak membaca gerak bibir
 Telinga yang diperiksa dihadapkan ke arah pemeriksa
 Telinga yang tidak diperiksa, ditutup atau dimasking dengan
menekan-nekan tragus ke arah MAE (meatus akustikus
externus) oleh pembantu pemeriksa. Bila tidak ada pembantu
maka telinga ditutupi kapas yang dibasahi gliserin
 Mengulang dengan jelas dan keras kata-kata yang dibisikkan
TES BISIK (LANJUTAN)

 Pemeriksa
 Kata-kata dibisikkan dengan dara
cadangan paru-paru setelah
ekspirasi biasa
 Kata-kata yang dibisikkan terdiri
dari 1 atau 2 suku kata yang
dikenal penderita, biasanya kata-
kata benda yang ada di sekeliling
kita. Kata harus mengandung
huruf lunak (frekuensi rendah) dan
huruf desis (frekuensi tinggi)
TES BISIK (LANJUTAN)
 Teknik pemeriksaan
Penderita dan pemeriksa sama-sama berdiri, penderita tetap di
tempat, sedang pemeriksa yang berpindah tempat.
Mulai pada jarak 1 m, dibisikkan 5 atau 10 kata ( biasanya 5 kata).
Bila semua kata dapat didengar, pemeriksa mundur ke jarak 2 m
lalu dibisikkan kata lain dalam jumlah yang sama, bila didengar
semua maka pemeriksa mundur lagi, sampai pada jarak dimana
penderita mendengar 80% kata-kata yang dibisikkan.
Untuk memastikan hasil tes maka lakukan tes ulang. Misalnya tajam
pendengaran 3 m, maka bila pemeriksa maju ke arah 2 m
penderita akan mendengar semua kata yang dibisikkan (100%) dan
bila pemeriksa mundur ke jarak 4 m maka penderita hanya
mendengar kurang dari 80% kata yang dibisikkan.
JENIS PENALA
 512Hz
 1024 Hz
 2048 Hz

Anda mungkin juga menyukai