Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KASUS

ILEUS OBSTRUKTIF LETAK


TINGGI

Nendi Feby Valentina


Pembimbing : Dr.Rochmad Widiatma Sp.Rad
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Ny.L
• Agama : Islam
• Umur : 83 tahun
• Suku Bangsa : Jawa
• Jenis kelamin : Perempuan
• St. Pernikahan : Menikah
• Alamat : Diketahui
• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Anamnesis

• Keluhan Utama : Benjolan pada


lipat paha
• Keluhan Tambahan : Tidak dapat BAB,
nyeri perut
Riwayat Penyakit Sekarang
• Pasien dirawat di RSUD RAA Soewondo dengan
keluhan benjolan pada lipat paha kanan, benjolan
timbul kurang lebih 3 hari SMRS, awalnya
benjolan berukuran kecil dan lama kelamaan
makin besar. Benjolan tidak dapat digerakkan.
Nyeri pada benjolan disangkal kemerahan
disangkal. Pasien juga mengeluh tidak dapat
BAB dan buang gas sejak 4 hari SMRS, BAK
dalam batas normal. Pasien juga mengeluh
perutnya kembung, mual dan muntah sebanyak 3
kali. Muntah berisi makanan yang dimakan.
Status lokalis
Status Lokalis Bedah Regio Abdomen
•Inspeksi : Tampak distended, tidak tampak
massa / benjolan, jaringan parut (-), caput medusa
(-),
•Auskultasi : Bising usus meningkat
•Perkusi : hipertimpani seluruh lapang abdomen
•Palpasi : nyeri tekan (-)
Status lokalis region inguinal dextra : teraba benjolan
di region inguinal dextra berukuran 2x2x1 immobile
X Foto
Abdomen
2 Posisi
Diagnosis

• Ileus obstruktif ec hernia femoralis


Tatalaksana

• Herniorapi

• IVFD RL 20 tpm
• Inj ceftriaxone 1 gr/12 jam
• Inj ranitidine 50 mg/12 jam
• Inj ketorolac 30 mg/12 jam
Tinjauan Pustaka
Anatomi Usus
Definisi

• Ileus adalah gangguan/hambatan


pasase isi usus yang merupakan
tanda adanya obstruksi usus akut
yang segera membutuhkan
pertolongan atau tindakan
Klasifikasi
• Berdasarkan lokasi obstruksinya,
ileus obstrukif atau ileus mekanik
dibedakan menjadi, antara lain :
• Ileus obstruktif letak tinggi : obstruksi
mengenai usus halus (dari gaster
sampai ileum terminal).
• Ileus obstruktif letak rendah :
obstruksi mengenai usus besar (dari
ileum terminal sampai rectum).
Berdasarkan Stadiumnya
• Obstruksi sebagian (partial obstruction) : obstruksi
terjadi sebagian sehingga makanan masih bisa
sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi sedikit.
• Obstruksi sederhana (simple obstruction) :
obstruksi/sumbatan yang tidak disertai terjepitnya
pembuluh darah (tidak disertai gangguan aliran
darah).
• Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) :
obstruksi disertai dengan terjepitnya pembuluh
darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir
dengan nekrosis atau gangren.
ETIOLOGI
Patofisiologi
• Respon usus terhadap obstruksi

Akumulasi cairan intestinal di proksimal daerah obstruksi 


terjadi gangguan mekanisme absorbsi normal  kegagalan
isi lumen untuk mencapai daerah distal dari obstruksi.

Peristaltik bagian proksimal usus meningkat  menyebabkan


aktivitasnya pecah. Bila obstruksi terus berlanjut  terjadi
peningkatan tekanan intraluminal  bagian proksimal dari
usus tidak akan berkontraksi dengan baik dan bising usus
menjadi tidak teratur dan hilang.
Peningkatan tekanan intraluminal dan adanya
distensi  gangguan vaskuler terutama stasis
vena  dinding usus menjadi udem dan terjadi
translokasi bakteri ke pembuluh darah 
produksi toksin oleh translokasi bakteri 
timbul gejala sistemik.

Efek lokal peregangan usus adalah iskemik


akibat nekrosis disertai absorpsi toksin-toksin
bakteri ke dalam rongga peritoneum dan
sirkulasi sistemik.
Peningkatan volume intralumen  distensi intestinal di
bagian proksimal obstruksi  bermanifestasi pada mual
dan muntah.

Selanjutnya, obstruksi mekanik ini mengarah pada


peningkatan defisit cairan intravaskular yang disebabkan
oleh terjadinya muntah, akumulasi cairan intralumen,
edema intramural, dan transudasi cairan intraperitoneal.

Koloni berlebihan dari bakteri dapat merangsang absorbtif


dan fungsi motorik dari intestinal dan menyebabkan
terjadinya translokasi bakteri dan komplikasi sepsis.
Manifestasi Klinis
• Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif :
1) Nyeri abdomen
2) Muntah
3) Distensi
4) Kegagalan buang air besar atau gas (konstipasi)

• Gejala ileus obstruktif tersebut bervariasi tergantung kepada:


1) Lokasi obstruksi
2) Lamanya obstruksi
3) Penyebabnya
4) Ada atau tidaknya iskemia usus
• Gejala utama  nyeri kolik, mual-muntah dan
obstipasi.

• Adanya flatus atau feses selama 6-12 jam setelah


gejala merupakan ciri khas dari obstruksi parsial.

• Nyeri kram abdomen bisa merupakan gejala


penyerta, nyeri menyebar dan jarang terlokalisir,
namun sering dikeluhkan nyeri pada bagian tengah
abdomen, sekitar umbilikus atau bagian
epigastrium.

• Saat nyeri menetap dan terus menerus  curiga


telah terjadi strangulasi dan infark.
• Kegagalan untuk defekasi dan flatus merupakan tanda
yang penting untuk membedakan terjadinya obstruksi
komplit atau parsial.

• Tanda awal  penderita segera mengalami dehidrasi.

• Massa yang teraba dapat di diagnosis banding dengan


keganasan, abses, ataupun strangulasi.

• Auskultasi digunakan untuk membedakan pasien


menjadi tiga kategori : loud, high pitch dengan burst
ataupun rushes yang merupakan tanda awal
terjadinya obstruksi mekanik.
• Saat bising usus tak terdengar dapat diartikan
bahwa obstruksi telah berlangsung lama, ileus
paralitik atau terjadinya infark.

• Tanda-tanda terjadinya strangulasi seperi


nyeri terus menerus, demam, takikardia, dan
nyeri tekan bisa tak terdeteksi pada 10-15%
pasien sehingga menyebabkan diagnosis
strangulasi menjadi sulit untuk ditegakkan.

• Pada obstruksi karena strangulasi bisa


terdapat takikardia, nyeri tekan lokal, demam,
leukositosis dan asidosis.
Diagnosis
• Anamnesis
Pada ileus obstruktif usus halus kolik
dirasakan di sekitar umbilkus,
sedangkan pada ileus obstruktif usus
besar kolik dirasakan di sekitar
suprapubik. Muntah pada ileus
obstruktif usus halus berwarna kehijaun
dan pada ileus obstruktif usus besar
onset muntah lama.
• Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata
dehidrasi, yang mencakup kehilangan turgor kulit
maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen
harus dilihat adanya distensi, parut abdomen,
hernia dan massa abdomen. Inspeksi pada
penderita yang kurus/sedang juga dapat
ditemukan “darm contour” (gambaran kontur
usus) maupun “darm steifung” (gambaran
gerakan usus).
2) Palpasi dan perkusi
Pada palpasi didapatkan distensi abdomen dan
perkusi tympani yang menandakan adanya obstruksi.
Palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi
peritoneum apapun atau nyeri tekan, yang mencakup
‘defance musculair’ involunter atau rebound dan
pembengkakan atau massa yang abnormal.

3) Auskultasi
Terdengar kehadiran episodik gemerincing logam
bernada tinggi dan gelora (rush) diantara masa
tenang. Tetapi setelah beberapa hari dalam
perjalanan penyakit dan usus di atas telah
berdilatasi, maka aktivitas peristaltik (sehingga juga
bising usus) bisa tidak ada atau menurun.
Pemeriksaan Radiologi
Foto polos abdomen (foto posisi supine, posisi tegak abdomen atau
posisi dekubitus) dan posisi tegak thoraks. Pada foto abdomen dapat
ditemukan beberapa gambaran, antara lain:
1)Distensi usus bagian proksimal obstruksi
2)Kolaps pada usus bagian distal obstruksi
3)Posisi tegak atau dekubitus: Air-fluid levels
4)Posisi supine dapat ditemukan distensi usus dan step-ladder sign
5)String of pearls sign, gambaran beberapa kantung gas kecil yang
berderet
6)Coffee-bean sign, gambaran gelung usus yang distensi dan terisi
udara dan gelung usus yang berbentuk U yang dibedakan dari dinding
usus yang oedem.
7)Pseudotumor Sign, gelung usus terisi oleh cairan.
Dilatasi usus
Herring Bone
Step Ladder
Penatalaksanaan
• Pasien dengan obstruksi intestinal biasanya mengalami dehidrasi
dan kekurangan Natrium, Khlorida dan Kalium yang
membutuhkan penggantian cairan intravena dengan cairan salin
isotonic seperti Ringer Laktat.

• Urin harus di monitor dengan pemasangan Foley Kateter.

• Pemeriksaan elektrolit serial, seperti halnya hematokrit dan


leukosit, dilakukan untuk menilai kekurangan cairan.

• Antibiotik spektrum luas diberikan untuk profilaksis atas dasar


temuan adanya translokasi bakteri pada ostruksi intestinal.
Dekompresi
• Pemasangan nasogastric tube bertujuan untuk
mengosongkan lambung, mengurangi resiko
terjadinya aspirasi pulmonal karena muntah dan
meminimalkan terjadinya distensi abdomen.

• Pasien dengan obstruksi parsial dapat diterapi secara


konservatif dengan resusitasi dan dekompresi.

• Penyembuhan gejala tanpa terapi operatif dilaporkan


sebesar 60 – 85% pada obstruksi parsial.
Terapi Operatif
Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang
dikerjakan pada obstruksi ileus.
1)Koreksi sederhana (simple correction). Tindakan bedah sederhana
untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia
incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada
volvulus ringan.
2)Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang
"melewati" bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor
intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.
3)Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat
obstruksi, misalnya pada Ca stadium lanjut.
4)Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis
ujung-ujung usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus,
misalnya pada carcinomacolon, invaginasi strangulata, dan
sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai