Anda di halaman 1dari 12

Pelaksanaan Sistem

Pemerintahan
di Indonesia Sejak 1949-1998

KELOMPOK 3 :
1. IQBAL ARIF AMINULLAH
2. KURRATUL AINI PUTRI
3. MAISARAH
4. MUSTIARI
5. NADIA AMANDA SARANI
6. NANDO WISNU PRADITYA
7. NGURAH GARINDRA SATRIA UTAMA
8. ULIA SAFITRI
Revolusi Fisik 1945-1949

Kemerdekaan Indonesia ( 17 Agustus 1945)


 Pada tanggal 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, jalan
pegangsaan timur 56 telah hadir Soewirjo, Wilopo, Gafar
Pringgodigdo, Tabrani dan Trimuti. Acara dimulai pada pukul
10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan
disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian pengibaran
bendera merah putih yang dijahit oleh ibu Fatmawati dan diiringi
oleh lagu Indonesia raya. Momen ini bisa disebut dengan
Kemerdekaan Indonesia.
Perundingan Linggarjati ( 15 November 1946 )
 Perundingan linggarjati ini adalah perundingan pertama
Indonesia dalam rangka mempertahankan kemerdekaan.
Perundingan linggarjati ini juga perundingan antara Indonesia
dan Belanda yang menghasilkan persetujuan mengenai status
kemerdekaan Indonesia. Hasil Perundingan ditandatangani
secara sah oleh kedua negara pada tanggal 25 Maret 1947.
Delegasi Indonesia diketuai Perdana Menteri Sutan Syahrir,
sedangkan Delegasi belanda dipimpin oleh Prof. Schermerhorn
Agresi Militer belanda ( 20 Juli 1947 )
 Agresi militer Belanda I ini dimulai pada tanggal 21 Juli 1947 dengan
target kota-kota besar di pulau Jawa serta Sumatera. Indonesia
memperbuat serangan balasan dengan menggunakan takti geriliya.
Agresi militer belanda I ini mengundang reaksi simpati dunia. India
dan Australia mengajukan usul agar masalah Indonesia dibicarakan
dalam PBB.
 Usul ini diterima baik oleh PBB sehingga pada 1 Agustus 1947 dewan
keamanan PBB memerintahkan penghentian tembak-menembak.
Tiga hari kemudian, Indonesia dan Belanda mengumumkan
gencatan senjata. Dengan demikian, sejak 4 Agustus 1947
berakhirlah agresi militer belanda yang pertama.
Perjanjian Renville ( 17 Januari 1948 )
 Perjanjian renville adalah perjanjian anatara Indonesia dan Belanda
yang ditandatangani pada tanggal 17 Agustus 1948 diatas geladak
kapal perang amerika serikat, USS Renville, yang berlabuh di
Tanjung Priok, Jakarta. Perundingan ini dimulai pada tanggal 8
Desember 1947. Delegasi Indonesia adalah Mr. Amir Syarifuddin,
delegasi belanda adalah R. Abdulkadir Wijoyoatmojo (orang
Indonesia yang memihak belanda). Tujuan awal diadakan perjanjian
ini adalah untuk menyelesaikan segala pertikaian dan sengketa yang
terjadi antara Indonesia dan Belanda.
Agresi militer belanda II ( 19 Desember 1948 )
 Agresi militer Belanda II ini merupakan peristiwa penyerbuan ke wilayah republik
Indonesia oleh tentara Belanda. Agresi militer belanda II ini dilakukan pada tanggal 19
Desember 1948 yang diawali dengan serangan terhadap Yogyakarta, ibu kota Indonesia
saat iitu, serta penangkapan Soekarno, Hatta dan beberapa pejabat tinggi lainnya. Setelah
itu, belanda menyiarkan berita ke seluruh dunia yang menyatakan bahwa RI sudah tidak
ada dan perlawanan TNI sama sekali tidak berarti.
 Agresi militer belanda yang kedua mengundang reaksi dan kecaman dari dunia
internasional. Belanda dinilia selalu mengganggu ketertiban dan perdamaian dunia.
Dewan keamana PBB mulai membicarakan agresi militer belanda yang kedua ini. Dalam
pertemuan tanggal 28 Januari 1949, dewan keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang
memerintahkan penghentian semua operasi militer belanda dan penghentian semua
aktivitas geriliya tentara republik.
Perjanjian Roem royen ( 14 April 1949 )
 Perjanjian Roem-Royen adalah perjanjian antara Indonesia dan Belanda yang
dilaksanakan pada tanggal 14 April 1949 dan akhirnya ditandatangani pada tanggal 7 Mei
1949 di Hotel Des Indes, Jakarta. Tujuan dari perjanjian Roem-royen ini adalah untuk
menyelesaikan beberapa masalah mengenai kemerdekaan Indonesia sebelum KMB di Den
Haag pada tahun yang sama.
konfersi meja bundar ( 23 Agustus- 2 november 1949)
 Pada tanggal 27 Desember 1949 dilakukan upacara penandatangan naskah pengakuan
kedaulatan RIS. Di negeri belanda, di ruang takhta istana kerajaan belanda, Ratu Juliana,
perdana menteri Dr. Willem Dress, dan sebagai ketua delegas RIS, Drs Moh. Hatta,
bersama-sama membubuhkan tanda tangannya pada naskah kedaulatan RIS.
 Di Jakarta, Sri Sultan hamengkubuwono IX dan wakil tinggi mahkota belanda A.H.J
Lovink bersama-sama pula membubuhkan tanda tangan penyerahan kekuasaan. Peristiwa
ini adalah akhir perjuangan bersenjata dan diplomasi bangsa Indonesia untuk
menegakkan dan Mempertahankan Kemerdekaan.
Pengakuan kedaulatan RIS oleh belanda ( 27 Desember
1949 )
 Setelah bangsa Indonesia berhasil menyelesaikan masalahnya
sendiri maka bangsa Indonesia secara keseluruhan menghadapi
KMB (Konfersi meja bundar). KMB berlangsung pada tanggal 23
Agustus sampai 2 November 1949 di Den Haag. KMB berlangsung
sangat lama dan alot. Akhirnya semua pihak yang menghadiri
konfersi mengeluarkan kesepakatan.
 Hasil-hasil KMB kemudian diajukan kepada KNIP untuk
diratifikasi. Untuk keperluan ini, KNIP menyelenggarakan sidang
pada tanggal 6-14 Desember 1949. Di sidang ini diadakan
pemungutan suara, hasil yang dicapainya adalah 226 suara yang
setuju, 62 suara yang menolak, dan 31 suara yang meninggalkan
sidang. Dengan demikian, KNIP menerima hasil-hasil keputusan
KMB
Orde Lama ~ 1949-1968 ~

17 Agustus 1950
 Pada 17 Agustus 1950 republik Indonesia Serikat (RIS)
berakhir dan lahirnya kembali Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) yang disambut gembira oleh rakyat
Indonesia. Peristiwa kembalinya RIS ke dalan NKRI
merupakan salah satu peristiwa politik di Indonesia.
 6 Oktober 1950 – 21 Maret 1951:
Kabinet Natsir
Kabinet Natsir adalah kabinet koalisi dengan berintikan partai
Masyumi. Akan tetapi PNI tidak mendapat kedudukan dalam
kabinet ini, kebanyakan dari kabinet ini adalah orang-orang
dari partai Masyumi, walaupun didalam menterinya terdapat
orang-orang non partai.
 27 April 1951 – 23 Februari 1952:
Kabinet Sukiman – Suwiryo
Kabinet Sukiman merupakan koalisi antara PNI dan Masyumi
dengan Perdana Menterinya Sukiman Wiryosanjoyo. Kabinet
Sukiman tidak mampu bertahan lama karena banyak hal yang
ditentang oleh parlemen termasuk dari Masyumi dan PNI.

 3 April 1952 – 3 Juni 1953:


Kabinet Wilopo
 Program Kabinet Wilopo tidak berbeda dengan kabinet-kabinet
sebelumnya, yaitu sebagai berikut:
 a. Melaksanakan pemilihan umum secepatnya.
 b. Memajukan taraf hidup rakyat dan keamanan dalam negeri.
 c. Memperjuangkan pengembalian Irian Barat dan melaksanakan
politik luar negeri bebas aktif menuju perdamaian dunia.
 31 Juli 1953 – 24 Juli 1955:
Kabinet Ali Sastroamidjojo I
Kabinet ini didukung PNI dan NU. Program kabinet Ali I mencakup hal-hal
berikut ini:
a. Pengembelian Irian Barat
b. Politik luar negeri bebas dan aktif
c. Keamanan, pemilu, kemakmuran, organisasi negara, perburuhan, dan
perundang-undangan.
Pada masa kabinet Ali I, gangguan keamanan dalam negeri meningkat.
Kabinet Ali I mengakhiri masa tugasnya pada 24 Juli 1955. Penyebabnya
adalah adanya mosi tidak percaya yang diajukan beberapa anggota
parlemen.

 12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956:


Kabinet Burhanuddin Harahap
Program utama kabinet ini adalah mengembalikan kewibawaan pemerintah
serta memumpuk kepercayaan Angakatan darat dan masyarakat
terhadap pemerintah. Hasil menonjol pada kabinet ini adalah suksesnya
penyelenggaraan pemilu pertama bagi Indonesia pada bulan September-
Desemer 1955. Kabinet burhanuddin harahap mengakhiri tugasnya pada
tanggal 3 Maret 1956.
 20 Maret 1956 – 14 Maret 1957:
Kabinet Ali Sastroamidjojo II
Kabinet Ali sastroamidjojo II kembali diserahi kekuasaan
menjalankana pemerintah RI pada tanggal 20 Maret 1956.
Program kabinet Ali II mencakup hal-hal berikut:
a. Merencanakan dan melaksanakan pembangunan lima tahun
b. Mengembalikan Irian Barat ke pangkuan RI
c. Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif
Dalam menjalankan tugasnya, ternyata kabinet Ali II ini belum
dapat memperbaiki keadaan ekonomi seperti yang
diprogamkannya. Pada tanggal 14 Maret 1957 kabinet Ali
sastroamidjojo II ini mengakhiri tugasnya.

 9 April 1957 – 10 Juli 1959:


Kabinet Djuanda
Kabinet ini harus menghadapi berbagai persoalan negara yang
berat, di antaranya pergolakan di berbagai daerah, dan
melanjutkan perjuangan pengembalian Irian Barat dan keadaan
ekonomi yang buruk. Kabinet Djuandan menyusun program kerja
yang disebut Pancakarya.
 30 September 1965:
Pemberontakan G-30-S/PKI
Pemberontakan/ peristiwa G-30-S/PKI ini terjadi pada
tanggal 30 september 1965. Terjadinya peristiwa ini
karena PKI menganggap Angkatan darat merupakan
penghalang utama untuk menjadikan Indonesia negara
komunis. Hingga akhirnya, PKI berhasil membunuh dan
menculik enam perwira tinggi Angkatan darat. Ke enam
perwira ini pun disiksa dan dibunuh. Mayat keenam
perwira ini dimasukkan ke dalam sumur kering dengan
kedalaman 12 meter. Para pemberontak kemudian
menyumbat luabang tersebut dengan sampah dan
dedaunan kering.
 20 November 1956 – 29 Mei 1961:
Pemberontakan PRRI di Sumatera
Pemberontakan PPRI ini ditunjukan untuk
memperjuangkan hak rakyat yaitu penuntutan
alokasi Dana pembangunan di setiap daerah secara
adil.
~Orde Baru ( 1968-1998 )
 Repelita I (1969 – 1974)
 Repelita II (1974 – 1979)
 Repelita III (1979 – 1984)
 Repelita IV (1984 – 1989)
 Repelita V (1989 – 1994)
 25 Oktober 1965:
Kesatuan Aksi Perintis Lahirnya Orde Baru
 28 September 1966:
Indonesia menjadi anggota PBB
 29 Mei – 11 Agustus 1966:
Normalisasi hubungan dengan Malaysia
 8 Agustus 1967:
Indonesia menjadi anggota ASEAN
 Juli 1997:
Jatuhnya pemerintahan Orde Baru
 1998:
Gerakan Reformasi

Anda mungkin juga menyukai