2. Metode Pirolisis
adalah proses dekomposisi minyak nabati secara termal atau dapat juga menggunakan
bantuan katalis untuk memutuskan rantai hidrokarbon. Pemutusan rantai minyak nabati
secara katalik dilakukan dengan menggunakan katalis yang biasa digunakan pada
pemutusan rantai minyak bumi, yaitu SiO2 atau Al2O3 pada temperatur 450OC. Produknya
kemudian difraksionasi untuk menghasilkan biodiesel dan biogasoline. Pada pemutusan
rantai katalik, temperature mempengaruhi selektivitas produk. Semakin tinggi temperatur,
fraksi ringan yang dihasilkan semakin banyak.
Bahan Baku
1. Crude Palm Oil (CPO)
CPO berasal dari bagian pericarp buah kelapa sawit. Kandungan yang terdapat dalam minyak sawit (CPO)
adalah 94% trigliserida, 5% asam lemak bebas (FFA) dan selebihnya zat pengotor dan air. Minyak sawit (CPO)
berwarna kuning jingga kemerah – merahan dan agak kental.
Komposisi zat asam yang mengandung lemak dari minyak sawit didominasi oleh palmitic, oleic, linoleic,
dan zat asam lemak stearic ditambah sedikit myristic, lauric, linoknic dan cuka capric
2. Methanol
Methanol merupakan larutan polar yang larut dalam air, alkohol, ester dan pelarut organic lainnya.
Penggunaan methanol sebesar 85% digunakan sebagai bahan baku serta bahan pelarut sintetis. Dalam hal ini
methanol direaksikan dengan trigliserida akan menghasilkan methyl ester.
Methanol mempunyai sifat fisik sebagai berikut : tidak berwarna, mudah terbakar dan menguap, tidak
berbau, mudah larut dalm air, sangat polar, dengan spesifik gravitasi 0,7924 pada 20OC, titik didihnya 64,5OC,
titik eku -97,5OC dan flash point 12,2OC.
Keberadaan methanol dalam proses transesterifikasi adalah untuk memutuskan hubungan gliserin dengan zat
asam lemak.
3. Metode Transesterifikasi
Adalah suatu proses reaksi kimia yang mempunyai sifat yang kuat dan umum dimana alkohol
monohydroxy linier bereaksi dengan trigliserida dari zat asam yang mengandung lemak, dimasukkan ke
dalam katalisator. Unsur alkohol yang digunakan dalam proses ini adalah methanol dan katalisatornya
adalah NaOH.
Kadar alkohol dalam proses transesterifikasi penting untuk memutuskan gliserin dengan asam lemak.
Reaksi transesterifikasi dengan katalis alkali lebih cepat dan lebih sering digunakan secara komersil
dibandingkan dengan katalis asam.
Ada beberapa proses transesterifikasi adalah sebagai berikut :
Ø Proses dengan proses batch
Tiap tahap terdiri atas tangki reaktor dan tangki pengendapan sehingga sering disebut sistem
pencampuran dan pengendapan. Kelebihan proses ini adalah kualitas produk yang didapat cukup baik,
tetapi produksi methyl esternya tidak kontinyu.
Ø Proses kontinyu
Proses ini menggunakan kolom reaktor sentrifugal. Proses ini terdapat dua siklus tertutup, yaitu tertutup
alkohol dan siklus tertutup air untuk ekstraksi gliserol dan pemurnian dengan pencucian dari ester.
Ø Proses Henkel
Proses ini menggunakan reaktor dari tangki pengendapan. Kondisi operasinya pada tekanan 9000 Kpa
dan temperatur 240OC. Kelebihan proses ini adalah kualitas methyl ester relatif baik dengan tingkat
kemurnian tinggi dan warna minyak yang terang. Kekurangannya adalah konsumsi energi yang besar.
Bahan Penunjang
1. Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida (NaOH) digolongkan dalam basa kuat. Oleh karena itu, NaOH sering digunakan dalam
menetralisasi suatu zat. NaOH atau lebih dikenal dengan kaustik soda atau soda api merupakan zat yang larut
dalam pelarut air, alkohol, dan juga dalam gliserol.
Adapun fungsi dari NaOH adalah :
· Menetralkan asam
· Sebagai bahan baku pembuatan sabun deterjen
· Memisahkan unsur belerang dari minyak bumi
· Membantu mengurangi zat warna dari kotoran yang berupa getah minyak bumi