Anda di halaman 1dari 63

PRESENTASI KASUS

SKIZOFRENIA PARANOID

Di susun oleh:
Susasti Hasanah
1310.221.073

Pembimbing:
dr. Agung Hermawanto, Sp.KJ

DEPARTEMEN KESEHATAN JIWA RSPAD GATOT SOEBROTO


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA
2014
Identitas Pasien
• Nama : Ny. E. D.
• No. RM : 134982
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Usia : 45 tahun
• Tanggal Lahir : 17 September 1969
• Alamat : Jl. H. Jiung RT 007/003 no G 18 Kemayoran
Jakarta Selatan
• Pekerjaan : Tuna Karya
• Pendidikan : SMA
• Status Perkawinan : Menikah
• Agama : Islam
• Suku : Sunda
• Tanggal Masuk RS : 28 Oktober 2014
Keluhan Utama
• Autoanamnesis : pasien mengaku merasa kesal dengan
orang tuanya dan bertengkar dengan orang tuanya
hampir setiap hari sehingga oleh keluarga pasien dibawa
untuk kontrol ke poli kejiwaan untuk berobat.

Keluhan Tambahan
• Alloanamnesis : pasien dirasa mulai sering marah-marah
dan emosinya tidak terkontrol sehingga mengganggu
kenyamanan keluarga dan lingkungan sekitar sejak sekitar
1 minggu terakhir
RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG
• Pasien dibawa ke RSPAD Gatot Soebroto oleh ibunya karena emosi yang
tidak terkontrol yang ditunjukkan pasien dalam 1 minggu terakhir ini,
terutama pada sore dan malam hari. Keluhan kemudian dirasakan
bertambah berat sehingga membuat keluarga merasa harus membawa
pasien ke poli kejiwaan RSPAD Gatot Soebroto untuk kontrol.

• Menurut autoanamnesa dengan pasien, selama sekitar 2 minggu terakhir


pasien mengeluhkan sangat kesal dan marah terutama dengan
keluarga.Pasien merasa bahwa ibunya telah menyimpan uangnya dan tidak
memberikannya uang untuk membeli makanan dan rokok.Selain itu, pasien
merasa disiksa oleh kedua orang tuanya, bapaknya beberapa kali memukuli
pasien dan ibunya berteriak memarahi pasien, selain itu pasien sering
disuruh bekerja keras oleh orang tuanya dan menurut pasien, hal tersebut
dia rasakan sejak dia masih bayi.
• Menurut pengakuan pasien, perasaan emosi tersebut sering muncul
kembali karena pasien tidak bisa minum obat.Jika minum obat, pasien
merasa sakit dibagian dada serta panas yang menjalardi dada dan ulu
hati sehingga pasien tidak mau minum obat.

• Pasien juga mengaku bahwa sering melihat wujud samar-samar warna


hitam yang berjenis kelamin wanita atau laki-laki yang mengganggu
dirinya. Tidak hanya sosok bayangan yang diakui pasien, menurut
pengakuan pasien ketika ia merasa kesal dan berusaha untuk tidur, maka
akan muncul suara yang meneriakkan nama pasien yang menurutnya
adalah ibunya hingga pasien terbangun dan tidak dapat tidur kembali.
• Emosi yang dirasakan tidak terkontrol menyebabkan pasien menjadi gampang marah dan kesal
dengan orang-orang disekitar pasien sehingga pasien pun tidak dapat bekerja seperti yang dia
inginkan lalu pasien juga mengaku karena emosinya tersebut dia menjadi gampang lelah
sehingga lebih memilih untuk bermain saja.Akan tetapi, menurut pengakuan pasien, dia tidak
mempunyai teman yang banyak seperti dulu lagi sehingga dia merasa sedih. Menurut pasien,
teman-temannya direbut oleh Momon yang dulu adalah sahabatnya, menurutnya, Momon
tidak suka bila pasien memiliki teman yang lain. Seringkali, ia juga disuruh oleh Momon untuk
marah dan melawan orangtuanya.

• Berdasarkan aloanamnesa dengan orang tua pasien, dalam 1 minggu terakhir ini pasien
enggan minum obat atau menunda minum obat pada siang harinya tanpa alasan jelas yang
diutarakan. Selain itu, menurut pengakuan ibu pasien, akhir-akhir ini pasien sering tertawa
sendiri dan ketika ditanyakan kepada pasien apa yang membuatnya tertawa, pasien menjawab
bahwa dia melihat sosok anak kecil yang bertingkah lucu yang membuat pasien tertawa,
sedangkan menurut ibu pasien sosok anak kecil yang dibicarakan tersebut tidak nampak
olehnya. Menurut orang tua pasien, pasien menjadi sering gelisah dan tidak bisa diam di
rumah. Pasien sering keluar dan berjalan-jalan mengelilingi daerah sekitar rumahnya lalu
beberapa saat pulang ke rumah untuk minta uang jajan dan kemudian keluar lagi. Bila
permintaannya tidak dituruti, pasien akan marah. Pada malam hari, pasien baru pulang dan
tidur, namun, pada malam hari, psien juga sering sulit tidur dan tiba-tiba marah-marah.
• Menurut orang tua pasien, mereka selalu memberikan apa yang pasien minta, orangtua
pasien tidak pernah memukuli atau menyiksa pasien. Sesekali ayah pasien memarahinya
karena kesal dengan perilaku anaknya namun hal tersebut jarang dilakukan karena
hanya akan memicu emosi pasien sehingga semakin marah.

• Untuk kegiatan di rumah,menurut orangtua pasien, pasien sudah mengalami perbaikan


dibandingkan dengan saat dulu pertama kali pasien sakit jiwa. Pasien sudah bisa
mengurus dirinya sendiri dan membantu pekerjaan rumah seperti bersih – bersih
namun akhir-akhir ini pasien cenderung tidak betah dirumah dan cenderung lebih acuh
dengan keadaan dirumah.

• Menurut ibu pasien, gejala yang diperlihatkan oleh pasien akhir-akhir ini terjadi akibat
obat – obatan yang diminum oleh pasien tidak rutin dan obat yang biasanya diminum
siang hari pada bulan ini tidak diberikan sehingga emosi pasien kembali tidak terkendali
padahal jika diberikan obat yang diminum pada siang hari, pasien dirasa akan lebih
tenang dirumah.
RIWAYAT GANGGUAN PSIKIATRI
• Berdasarkan alloanamnesa, didapati bahwa pasien sudah berkali-kali
dirawat di rumah sakit bagian kejiwaan. Sebelumnya pasien sudah tiga
kali dirawat di RS Islam dan dua kali di RSPAD Gatot Soebroto, di Paviliun
Amino. Saat ini merupakan ketiga kalinya pasien dirawat dengan gejala
yang sama di RSPAD.

• Menurut keluarga pasien, gejala pertama muncul ketika tahun 1989.Pada


saat itu pasien yang sedang menjalin hubungan dengan seorang laki-laki
yang biasanya pasien panggil dengan sebutan “Momon” berakhir setelah
3 bulan menjalani hubungan pacaran. Hal tersebut dikarenakan
ketidaksetujuan dari keluarga pasien terutama ayah terhadap hubungan
yang mereka jalin.
• Menurut keluarga, pasien mengaku bahwa dia diancam oleh laki-laki tersebut bahwa
pasien akan di guna-guna oleh dukun apabila tidak menerima cinta laki-laki tersebut.
Pasien juga merasa bahwa saat itu kebebasan pasien dalam berteman dengan lawan
jenis menjadi terkekang karena sosok Momon yang selalu hadir dan dianggap tidak
senang dengan apa yang banyak hal yang dilakukan oleh pasien.Padahal, Menurut cerita
keluarga, Momon saat ini baru saja menikah dan memiliki anak, dan mereka semua
sudah jarang bertemu dan berkomunikasi dengan Momon.

• Sejak kejadian putus cinta tersebut, pasien sering menangis seharian dan murung
dirumah lalu kemudian pasien mulai marah-marah tanpa kendali dan suka tertawa
sendiri, pasien juga sering tiba-tiba melepas bajunya dan telanjang jika ingin ke kamar
mandi walau hanya untuk buang air.Selain itu, pasien pernah melukai ayah pasien
dengan memukul dahinya dengan menggunakan botol kaca hingga berdarah, ayah
pasien saat itu sedang mencoba mengendalikan pasien saat marah, dan karena tersulut
emosinya, ayah pasien pun menampar pasien. Pasien semakin emosi dan sejak saat itu
pasien seringkali berpikir bahwa dirinya telah beberapa kali dipukul dan disiksa oleh
ayah pasien.Dengan demikian, keluargaakhirnya berpikir perilaku pasien sudah dianggap
tidak wajar dan akhirnya pasien pun dirawat di RS Islam.
• Selama beberapa tahun pasien sering mengalami gejala yang berulang yang menyebabkan
pasien harus bolak-balik dirawat di RS tersebut. Setelah itu pasien juga pernah dimasukkan ke
Pesantren Suryaxxx dan dirawat selama 1 tahun lalu kemudian pasien mulai membaik kembali
emosinya. Pasien sempat menikah pada tahun 1993 dengan seorang laki-laki yang mengetahui
penyakit pasien dan mau menerimanya.Diakui oleh keluarga, selama 11 masa perkawinan
pasien jarang menunjukkan gejala yang berulang. Namun, pada tahun 2004 suami pasien
meninggal karena penyakit jantung-paru yang dideritanya.Sejak saat itu penyakit pasien
beberapa kali kambuh kembali.

• Menurut orang tua pasien, faktor yang dirasakan menjadi penyebab kekesalan dan kemarahan
yang dirasakan pasien adalah karena kenangan masa lalu pasien dengan momon yang
menyebabkan pasien sakit hati, lalu kematian dan kehilangan orang terdekat pasien yaitu
suami dan anak yang dia kandung dianggap menjadikan faktor utama dari emosi yang muncul
dari dalam diri pasien.

• Berdasarkan autoanamnesa dengan pasien, pasien dapat mengingat kejadian-kejadian yang


membuatnya sakit seperti sekarang ini.Menurut pasien, musibah yang terjadi pada tahun
2004, yaitu saat suami pasien meninggal karena penyakit jantung dan paru yang dideritanya
dan meninggal di IGD RSPAD, merupakan musibah yang berat baginya.Menurut pasien, pasien
saat itu berusaha untuk bersabar, namun entah mengapa, sejak saat itu pasien merasa
penyakit marah-marah pasien kambuh kembali.
• Lalu pada tahun berikutnya, yaitu tahun 2005, pasien kehilangan anak yang
dikandungnya yang merupakan anak dari suaminya yang telah meninggal. Pasien
mengaku bahwa dirinya sering teringat dengan anaknya yang gugur saat dikandungnya
dan ketika ingat akan hal tersebut pasien akan merasa marah dan kesal didalam dirinya.
Menurut pasien, anak pasien direbut secara paksa, diambil dari kandungannya oleh
tetangganya saat pasien tidak sadarkan diri.Itu sebabnya pasien sering merasa kesal bila
teringat peristiwa tersebut.Pasien mengaku sudah pernah berusaha untuk mengurangi
rasa kesal tersebut dengan bersabar, ibadah, dan merokok.Namun ternyata rasa
tersebut tetap muncul dan membuat pasien kesal kembali.

• Setelah suami pasien meninggal dan pasien kehilangan kehamilannya akibat keguguran,
pasien mulai murung kembali dan mulai mengingat kejadian masa lalunya dan
menghubungkan dengan kemalangan yang dialami oleh dirinya, sehingga
kemudianmenyebakan pasien mulai emosi tidak terkontrol dan akhirnya dirawat di
RSPAD Gatot Soebroto.
Pasien merasa bahwa bayangan masa lalunya selalu menghantui
dia sehingga dia susah untuk melupakannya dan merasakan
sakit yang sangat dihatinya. Pasien juga mengaku bahwa
perkataan Momon dimasa lalunya itu selalu melekat didalam
ingatannya, perkataan bahwa dia akan diguna-guna karena telah
menolak cintanya sering tiba-tiba terdengar setiap pasien
sedang kesal dan emosi ataupun terkadang sedang dalam
keadaan tenang. Terkadang pasien menghubung-hubungkan
penyakit dan kemalangan yang dideritanya saat ini merupakan
perwujudan dari guna-guna yang dikirimkan Momon dahulu
.Menurut pasien, samapi saat ini, sosok Momon sering datang
dan membisikkan hal-hal terhadapnya. Menurutnya, Momon
sering kali mengikutinya kemanapun ia pergi. Pasien sering
berbicara dan bercanda dengan Momon, namun terkadang
beberapa kali Momon membisikkan hal-hal yang membuat
pasien marah terhadap orang lain dan keluarganya. Termasuk
saat memukul ayah pasien, pasien disuruh oleh Momon.
• Riwayat Medik Umum
Pasien tidak pernah mendapatkan pengobatan medis dan
tidak pernah menderita penyakit medis berat yang sampai
mengalami penurunan kesadaran salah satu contohnya
seperti penyakit malaria atau trauma kepala sebelumnya.

• Penggunaan Zat Psikoaktif


Pasien seorang perokok dengan frekuensi sering.Pasien
dapat menghabiskan setengah sampai satu bungkus rokok
sehari.Hal tersebut sudah terjadi sejak tamat SMA akibat
pergaulan dengan teman-teman sekitarnya.Untuk
penggunaan alcohol dan narkotika disangkal oleh keluarga
pasien.
RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
• Riwayat Prenatal dan Perinatal
Ibu mengatakan bahwa selama masa kehamilan ibu tidak mengkonsumsi rokok, minuman beralkohol
maupun obat-obatan terlarang, serta tidak pernah memiliki riwayat penyakit apapun sewaktu
mengandung pasien.Pasien lahir dalam keadaan normal (spontan pervaginam) dan cukup bulan
dibantu oleh bidan.

• Riwayat Masa Kanak Awal (0-3 tahun)


Pasien tumbuh seperti anak seusianya dan dirawat dengan baik oleh keluarga. Pasien mendapatkan
ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kelahiran dan dilanjutkan dengan pemberian PASI sampai
dengan usia 2 tahun. Pasien merupakan anak ke 5 dari 10 bersaudara.

• Riwayat Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)


Pasien tumbuh dan berkembang secara normal.Pendidikan pasien dimulai dari SD. Dari orang tua
didapati keterangan bahwa pasien merupakan anak yang rajin dan sopan.Hubungan pasien dengan
keadaan lingkungan sosial dan pertemanan disekitar rumahnya sangat baik.Pasien banyak memiliki
teman dan merupakan anak yang aktif dalam pergaulan.Pasien juga merupakan anak yang pandai dan
sempat berprestasi di sekolahnya.

• Riwayat masa Kanak Akhir dan Remaja (12-18 tahun)


Pasien tumbuh seperti anak seumuranya.Pasien bersekolah di SMP sampai dengan SMA dengan
tanpa terkendala masalah akademik di sekolah.Saat di SMP dan SMA pasien sering mengikuti
kegiatan organisasi remaja disekitar rumah dan menjadi ketua dari karang taruna pada saat itu.Pasien
juga diakui sering memenangkan kompetisi meskipun hanya dalam skala kecil yakni kelurahan.Pasien
memang tidak meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi karena kendala biaya. Pasien awalnya
meminta disekolahkan ke kedokteran, namun karena kendala biaya, pasien langsung bekerja sebagai
buruh pabrik, lalu bekerja di Bank Mxxx. Lalu pasien mrngambil kursus salon di Rudy Hadisuwarno
dan bekerja di salon selama 3 tahun. Pasien mulai diketahui merokok pada saat lulus dari SMA
karena pergaulan dengan teman-teman disekitarnya. Pasien menyangkal menggunakan obat-obatan
terlarang dan minum minuman beralkohol pada saat tersebut.
Riwayat Dewasa
• Riwayat Pendidikan
Pasien mengenyam pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah
Menengah Atas.Pasien merupakan salah satu siswa yang berprestasi disekolah dan
merupakan anak yang rajin di organisasi.Pasien memiliki pergaulan yang baik
dengan teman-teman seusianya.

• Riwayat Pekerjaan
Pasien mengaku pasien setelah lulus SMA langsung mengambil pekerjaan di PT
dan Bank lalu berhenti dan akhirnya mengambil kursus kecantikan di Salon Rudy
Hadisuwarno.Setelah menikah pasien hanya menjadi ibu rumah tangga.Terkadang
pasien sesekali menerima panggilan untuk merias pengantin ataupun diminta
untuk melakukan perawatan tubuh seperti lulur ataupun creambath dari tetangga
sekitar rumah pasien.

• Riwayat Pernikahan dan Hubungan


Pasien menikah dengan pasangan hidupnya yang bernama Karsono pada tahun
1993. Dari pengakuan pasien bahwa pasien hanya menjalani hubungan percintaan
serius dengan beberapa orang saja salah satunya “Momon” sebelum akhirnya
pasien bertemu dengan suami pasien. Pasien mengaku bahwa ia memiliki banyak
teman laki-laki namun itu diakui hanya sebatas hubungan berteman saja karena
menurut pasien setelah berkenalan dengan laki-laki yang dipanggil dengan
sebutan “Momon” dia menjadi dibatasi kebebasannya untuk bergaul akibat sifat
laki-laki itu yang pencemburu padahal menurut pasien dia hanya menganggap
serius hubungan mereka pada saat itu.
• Riwayat Kehidupan dan Beragama.
Pasien beragama islam. Menurut pasien dan keluarga pasien sebelum menunjukkan gejala
gangguan kejiwaan dalam bidang kerohanian memiliki taraf yang cukup baik meskipun pasien suka
bolong-bolong dalam menjalankan ibadah sholat 5 waktu. Namun ketika pasien mengalami
gangguan kejiwaan pasien sempat tidak menjalankan ibadah sama sekali namun sekarang pasien
sudah mulai rajin kembali beribadah.

• Riwayat Pelanggaran Hukum


Pasien tidak pernah memiliki riwayat pelanggaran hukum selama masa hidupnya.

• Riwayat Psikoseksual
Pasien merupakan heteroseksual.Pasien memiliki ketertarikan dengan lawan jenis dan keinginan
untuk membangun rumah tangga yang harmonis.

• Aktivitas Sosial
Dilingkungan keluarga dan sekitar rumah pasien diakui memiliki hubungan yang sangat baik dengan
tetangga sekitarnya.Kedua orang tua pasien mengatakan bahwa pasien sangat aktif dalam kegiatan
organisasi disekitar rumahnya sehingga banyak orang yang berteman dengan pasien.

• Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak ke 5 dari 10 bersaudara. Ayah pasien adalah seorang pensiunan di salah
satu instansi negara yaitu DKI yang bertugas untuk melakukan pencatatan akta kelahiran. Ibu pasien
juga merupakan seorang pensiunan pegawai dari POS dan GIRO. Pasien memiliki 3 kakak laki –laki
dan 1 kakak wanita serta 2 orang adik masing-masing perempuan dan laki-laki serta 3 saudara yang
meninggal akibat keguguran. Dari 7 total saudara yang dimiliki 2 diantaranya sudah meninggal dan
salah satu dari mereka adalah saudara yang memiliki hubungan kekerabatan yang sangat erat
dengan pasien yang bernama Devi yang mengidap penyakit Leukemia.
Genogram
Situasi Kehidupan Sosial Sekarang
• Saat ini pasien tinggal bersama orang tua pasien tinggal bersama kedua orang
tuanya dan salah satu adiknya perempuannya yang sudah berkeluarga dan
memiliki seorang keponakan sedangkan untuk saudara yang lainya sudah
menjalankan kehidupan sendiri bersama dengan pasangan hidupnya .Pasien jarang
berkunjung ke rumah orang tua almarhum suami pasien.Interaksi keluarga dengan
pasien sangat baik dirumah meskipun menurut pasien ayahnya mendidik anak-
anaknya dengan keras tetapi menurut pasien itu adalah tindakan ayah untuk
mendidik anak-anaknya.Pasien juga tidak pernah mengalami riwayat kekerasan
dalam keluarga baik dari ayah maupun almarhum suaminya. Dijelaskan bahwa
almarhum suami pasien merupakan laki-laki yang bertanggung jawab dan
menerima pasien dengan kondisi riwayat medis yang dialami pasien.Setelah pasien
datang dan dirawat di Paviliun Amino RSPAD Gatot Soebroto keluarga pasien
datang secara berkala untuk mengunjungi pasien. Selama perawatan dia Paviliun
Amino RSPAD Gatot Soebroto pasien masih sering mengaku bahwa dirinya masih
suka diganggu oleh bayangan –bayangan gelap samar yang ia lihat dan suara laki-
laki “Momon” yang selalu mengatakan bahwa “jika cinta ditolak maka dukun
bertindak dan nantikan akanada suatu peristiwa didalam hidup kamu” yang
membuat pasien masih suka merasa sakit dan sesak didadanya.
Persepsi
• Persepsi Tentang Diri dan Lingkungan
Pasien menganggap bahwa dirinya sedang memang ada gangguan
jiwa. Pasien merasa bahwa dia marah-marah karena isi pikirannya
dikendalikan oleh dukun, ditambah keadaan lingkungannya
menyebabkan dia merasa kesal yang berlebihan yang menyebabkan
pasien sering merasa ingin memarahi semua orang yang ada
disekitarnya. Pasien merasa, perasaan kesal itu akan timbul apabila
pasien tidak diikuti kemauannya oleh keluarga, selain itu juga saat
pasien teringat akan kematian orang-oarang terkasihnya sehingga
suara-suara dari sosok “Momon” itu muncul. Pasien hanya ingin
bisa hidup wajar dan berteman dengan semua orang tanpa takut
bahwa “Momon” akan marah dan cemburu. Pasien juga
mengatakan bahwa ia merasa kasian terhadap kedua orang tuanya
terutama ayahnya yang dianggap pasien sudah tua sehingga pasien
ingin sembuh dan dapat berbakti kembali dengan keluarga pasien.
• Persepsi Keluarga Tetang Diri Pasien
Keluarga dan saudara pasien berpendapat bahwa pasien memerlukan
pengobatan dibagian kesehatan jiwa. Keluarga juga mengharapkan bahwa
pasien dapat kembali sehat dan beraktifitas sebagaimana mestinya. Kedua
orang tua pasien juga merasakan bahwa banyak sekali perubahan yang
dialami pasien dari masa pertama pasien dirawat dibagian Kesehatan Jiwa
sampai dengan sekarang.Menurut keluarga sekarang pasien sudah bisa
kembali bertingkat laku sebagaimana seharusnya dan sudah mau
memperhatikan dirinya kembali namun emosi yang dimiliki pasien masih
dirasakan cukup membuat keluarga kewalahan jika dalam keadaan tidak
terkontrol.

• Mimpi, Fantasi dan Nilai-nilai


Pasien awalnya bercita-cita menjadi dokter namun karena orangtua pasien
tidak dapat membiayai kuliah di kedokteran, pasien akhirnya memilih
bekerja lalu mengambil kursus kecantikan karena menurutnya sesuai
ketertarikannya sejak dulu pada bidang kecantikan dan perawatan diri.
Pasien saat ini belum dapat bekerja kembali karena kondisinya saat ini.
Saat ini pasien hanya ingin hidup tenang dengan tidak teringat lagi dengan
bayangan masa lalunya dan ingin berbakti kepada kedua orangtuanya.
STATUS MENTAL
Deskripsi Umum
• Pasien wanita berusia 45 tahun berpenampilan sesuai dengan usia, tinggi badan
155 cm, kulit sawo matang, rambut sedikit ikal, berwarna hitam. Penampilan

Penampilan kurang rapi dan terlihat tidak terlalu baik merawat diri. Pada saat dilakukan
wawancara 28 Oktober 2014 pasien menggunakan baju lengan panjang berwarna
merah jambu menyala, celana jeans berwarna hitam dan memakai alas kaki.
Pasien berjalan dengan keseimbangan yang baik dan cara berjalan yang normal.

Perilaku Diri • Pasien duduk dengan keadaan sedikit terlihat gaduh dan gelisah. Pasien meremas
tangannya beberapa kali setiap kali menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
dan Aktivitas pemeriksa. Pasien berbicara dengan sangat spontan dan terkesan menggebu-
gebu. Kontak mata didapati adanya tatapan tajam yang beberapa kali ditangkap
oleh pemeriksa yang mengisyaratkan adanya suatu emosi atau kemarahan didalam
Psikomotorik dirinya.

Sikap • Pasien cukup koorperatif selama proses wawancara berlangsung dan dapat
menjawab dan menceritakan tentang pertanyaan dan perasaan diri yang dirasakan
terhadap pada saat tersebut. Pasien beberapa kali terlihat meluapkan emosinya dengan
tindakan menunjuk-nujuk kearah ibu pasien yang ketika itu datang menemani dan
Pemeriksa mengatakan bahwa ia sedang kesal dengan ibunya pada saat itu.
Alam Perasaan

• Distimia (Iritable)
Mood

• Labil
Afek

• Tidak terdapat keserasian


Keserasian antara mood dan afek
Pembicaraan

• Pasien berbicara sopan, lancar, volume suara sedikit


tinggi, irama dan intonasi juga sedikit meningkat serta
artikulasi jelas.

Gangguan Persepsi

• Pasien memiliki riwayat halusinasi auditorik dan visual


namun pada saat pemerikaan didapati hanya
halusinasi auditorik saja yang muncul melalui
autoanamnesa
Pikiran
• Bentuk pikiran otistik dimana pasien terkekang didalam satu bentuk pikiran yang

Bentuk terbentuk akibat adanya halusinasi auditorik dan halusinasi visual (terutama auditorik)
 Distorsi arus asosiasi : cenderung ingin memenuhi keinginannya sendiri tanpa
memperdulikan sekitar dan hidup di dunia sendiri.

dan Arus • Arus pikiran: tipe preservasi  pasien berulang-ulang bercerita suatu ide, pikiran atau
tema tertentu dengan berlebihan yang terutama berhubungan dengan kenangan masa

Pikiran lalunya akan kehidupan hubungan percintaan dan kehilangan orang-orang yang
dicintai

• Delusion of passivity : pemahaman bahwa “Momon” menggunakan ilmu hitam


(dukun) untuk mengganggu ketentraman hidup pasien sehingga muncul waham yang
terbentuk didalam dirinya bahwa dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu

Isi kekuatan dari luar.

• Thought insertion : isi pikiran asing yaitu dari “Momon” yang masuk kedalam diri
Pikiran pasien dan kedalam pikirannya serta halusinasi auditorik seperti adanya suara –suara
yang memanggil namanya dengan nada membentak serta gambaran bayangan hitam
berwujud wanita atau laki-laki serta anak kecil yang sebenarnya tidak ada (halusinasi
auditorik dan visual).
Sensorium dan Kognitif
Taraf Kesadaran dan Kesiagaan

• Compos mentis, kesiagaan baik

Orientasi

• Waktu : baik, pasien dapat membedakan waktu saat pagi, siang dan malam
• Tempat : baik, pasien mengetahui bahwa dirinya sedang berada di Poli Kesehatan Jiwa
RSPAD Gatot Soebroto (pada saat anamnesa awal) dan mengetahui dirinya akhirnya dirawat
di Paviliun Amino RSPAD Gatot Soebroto
• Orang : baik, pasien dapat mengenali keluarga, pemeriksa dan perawat

Ingatan

• Jangka Panjang: Pasien dapat mengingat tanggal lahir, nama sekolah, nama lengkap anggota
keluarga.
• Jangka Sedang: Pasien dapat mengingat namatempat dia pernah dirawat sebelumnya.
• Jangka Pendek: Pasien dapat mengingat menu makanan tadi pagi.
• Segera: Pasien dapat mengingat dan mengulang 5 kata-kata yang dikatakan pemeriksa secara
berurutan.
Konsentrasi dan Perhatian

• Pasien dapat berkonsentrasi dan menjawab perhitungan 100


dikurangi 7.Pasien juga dapat mengeja kata RUMAH secara terbalik.
Pasien dapat menyebutkan 5 benda dengan huruf awal yang sama.

Kemampuan Membaca dan Menulis

• Pasien dapat membaca sebuah kalimat yang ditulis oleh pemeriksa


dan melakukan apa yang dikatakan di dalam kalimat tersebut.
Pasien dapat menulis sebuah kalimat lengkap yang sederhana.

Kemuan Visuo-spatial

• Pasien dapat meniru dan menggambarkan jam dan


memperlihatkan arah jarum panjang dan pendek dengan benar.

Pikiran Abstrak

• Pasien dapat menjelaskan perbedaan dan persamaan antara 2 hal


(misalnya: apel dan jeruk). Pasien dapat mengerti istilah “panjang
tangan” dan dapat mengartikan peribahasa “berakit-rakit ke hulu,
berenang-berenang ke tepian”.

Intelegensi dan Daya Informasi

• Pasien dapat menjawab nama presiden RI pertama dan presiden RI


saat ini. Pasien dapat menjawab apa ibukota Indonesia.
Kemampuan Mengendalikan Impuls

• Selama pasien dilakukan wawancara oleh pemeriksa, pasien berperilaku baik dan sopan dalam
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh pemeriksa walaupun sesekali pasien tampak
memeras tangan seolah-olah sedang memendam kekesalan yang tidak dapat disalurkan,
namun pasien masih dapat menahannya. Di samping itu, pasien juga beberapa kali tertawa
tidak terkendali

Daya Nilai dan Tilikan

• Daya dan Nilai Sosial  Baik, pasien bersikap sopan terhadap dokter muda perempuan
maupun laki-laki, pasien juga bersikap sopan dengan perawat.
• Uji Daya Nilai  Baik, pasien mengatakan akan meredam emosinya dan keinginan dirinya
untuk marah kepada orang di sekitarnya. Pasien juga mengaku merasa menyesal karena
perbuatan yang dia lakukan telah menyebabkan orang lain tidak nyaman.
• Penilaian RTA  RTA terganggu
• Tilikan  Pasien memiliki tilikan derajat 3, yaitu pasien sadar bahwa dirinya sedang mengalami
suatu penyakit tetapi pasien mengatakan bahwa penyakitnya ini disebabkan oleh tor luar atau
organic sebagai penyebabnya. Menurut pasien, alasan kenapa dirinya menjadi merasa selalu
kesal akhir-akhir ini karena iateringat dengan kematian anaknya lalu menghubungkannya
dengan perkataan “Momon” yang mengatakan bahwa akan terjadi peristiwa dikehidupannya
nanti.

Taraf Dapat Dipercaya (Reabilitas)

• Secara umum dapat dipercaya keterangan yang diberikan pasien sejalan dengan apa yang
disampaikan melalui alloanamnesa kepada kedua orang tua dan saudara pasien.
Pemeriksaan Diagnosis Lebih Lanjut
• Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 29
Oktober 2014
Status Keadaan Umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Interna
Status Gizi : baik
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/70 mmhg

Nadi : 80x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,50C
Mata : konjungtiva anemis , sklera tidak ikterik. Katung mata terlihat dengan jelas dan

Status berwarna sedikit hitam di sekitar daerah bawah mata (dari pengakuan didapati
pasien memang susah tertidur nyenyak dimalam hari

Interna THT : perdarahan (-) palpasi daerah sinus pada bagian sinus paranasal (-/tidak nyeri)
,deviasi septum (-)

Mulut dan Gigi : pada mulut tidak ditemukan adanya kelainan. Bibir tampak kehitaman , gigi
berwarna kuning

Jantung : tidak ditemukan adanya kelainan pada bunyi jantung dan irama jantung dalam
batas normal.

Paru : suara dasar vesikuler (+) , whezzing (-) ronkhi (-)

Abdomen : cembung , supel, nyeri tekan abdomen (-), bising usus normal , hati dan limpa
tidak teraba.

Ekstremitas :akral hangat , tidak didapati udem.


Status neurologis
• GCS : 15
• Meningeal sign ; negatif
• Tanda-tanda ekstrapiramidal : negatif
• Motorik : 5555 5555
• 5555 5555
• Sensoris : dalam batas
normal
IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

• Telah dilakukan pemeriksaan pada pasien Ny E, usia 45 tahun , beragama islam,


pendidikan SMA dan seorang tuna karya.
• 28 Oktober 2014  3 x dirawat di Pavilun Amino RSPAD Gatot Soebroto akibat
emosi yang tidak terkontrol 1 mggu.
• Pada autoanamnesa (28 Oktober 2014 ) dan alloanamnesis (31 Oktober 2014) 
keluhan dirasakan bertambah berat dalam beberapa minggu terakhir SMRS 
pasien dibawa ke poli kesehatan jiwa RSPAD Gatot Soebroto untuk kontrol.

• Mulai dari tahun 2005  pasien mengaku dirinya sering teringat dengan anaknya
yang sudah meninggal  ketika ingat akan hal tersebut pasien akan merasa
marah dan kesal didalam dirinya. Pasien mengaku sudah pernah berusaha untuk
mengurangi rasa kesal tersebut dengan sholat namun ternyata rasa tersebut tetap
muncul dan membuat pasien kesal kembali.
• Selama 1 minggu SMRS mengeluhkan sangat kesal dan marah terutama
dengan keluarga. Pasien merasa bahwa ibunya telah menyimpan uangnya
dan tidak memberikannya uang untuk membeli makanan dan rokok padahal
menurut pasien dia sangat ingin uang tersebut.
• Ditanyakan RPO  pasien menjawab dia tidak bisa minum obat karena
merasa obat yang diminum membuat sakit dibagian dada yang menyebabkan
rasa perih sehingga obat tidak diminum oleh pasien.

• Alloanamnesa  akhir-akhir ini pasien sering tertawa sendiri  ditanyakan


kenapa pasien menjawab bahwa dia melihat sosok anak kecil yang
bertingkah lucu yang membuat pasien tertawa(sosok anak kecil yang
dibicarakan tersebut tidak ada disekitar mereka)
• Pasien juga mengaku sering melihat wujud samar-samar warna hitam yang
berjenis kelamin wanita atau laki-laki yang mengganggu dirinya.
• Menurut pengakuan pasien ketika ia merasa kesal dan berusaha untuk tidur
 muncul suara yang meneriakkan nama pasien sehingga pasien merasa
susah untuk tidur dimalam hari.
•Pada pemeriksaan tanggal 29 Oktober 2014 didapati:
•Pemeriksaan status fisik : dbn
•Pemeriksaan mental tanggal 28 Oktober 2014 didapati :
•penampilan pasien sesuai dengan usianya , menggunakan baju lengan panjang
berwarna merah menyala, celana jeans berwarna hitam dan memakai alas
kaki.
•Perilaku dan aktivitas psikomotorik pasien selama wawancara keadaan sedikit
terlihat gaduh dan gelisah.
• Pasien berbicara dengan sangat spontan dan terkesan menggebu-gebu.
Kontak mata didapati adanya tatapan tajam yang beberapa kali
mengisyaratkan adanya suatu emosi atau kemarahan didalam dirinya. Sikap
pasien cukup koorperatif , pasien menjawab pertanyaan yang diajukan.

• Pasien beberapa kali terlihat meluapkan emosinya dengan tindakan menunjuk-


nujuk kearah ibu pasien yang ketika itu datang menemani dan mengatakan bahwa
ia sedang kesal dengan ibunya pada saat itu.
• Mood distim (iritabel) dan afek labil dengan ekpresi dan mimic wajah yang telihat
marah namun terkadang juga terlihat ceria dan tertawa dan beberapa saat
kemudian pasien dapat terlihat sedih  ketidakserasian mood dan afek dari
pasien.
• Pembicaraan spontan, lancar, volume suara sedikit tinggi, irama dan intonasi juga
sedikit meningkat serta artikulasi jelas.
• Bentuk pikiran : bentuk pikiran otistik
• arus pikiran : tipe perseverasi namun ide yang diutarakan masih dapat dimengerti
sehingga kesan koheren.
• Isi pikiran : waham tentang dirinya yang tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu
kekuatan dari luar, halusinasi auditorik dan visual serta isi pikiran asing yang
masuk kedalam pikirannya (thought insertion).
• Taraf kesadaran : compos mentis dan kesiagaan baik. Orientasi waktu , tempat,
orang dalam keadaan baik. Pasien mampu mengendalikan impuls selama proses
wawancara berlangsung. Pasien dapat mengendalikan diri dengan berprilaku baik
dan sopan.
• Derajat tilikan 3 , yaitu pasien sadar dirinya sakit, tetapi menyalahkan faktor luar
atau organic sebagai penyebabnya. Reabilitas secara umum dapat dipercaya.
Formulasi Diagnostik

Aksis I Pada pasien ditemukan adanya pola perilaku atau psikologis


yang secara klinis bermakna dank has berkaitan dengan suatu
gejala yang menimbulkan distress (penderitaan) dan
disability (hendaya) dalam beberapa fungsi psikososial dan
pekerjaan. Oleh karena itu sesuai dengan PPDGJ III dapat
disimpulkan bahwa pasien mengalami suatu gangguan jiwa.

Berdasarkan RPD pasien tidak pernah menderita sakit oyang


menyebabkan disfungsi otak seperti trauma kapitis ataupun
tumor otak  GMO disingkirkan
Riwayat penggunaan zat psikoaktif yang bermakna pada
pasien  menyingkirkan gangguan mental dan prilaku yang
diakibatkan penggunaan zat psikoaktif.
Aksis I Pada pasien didapati adanya sindrom psikosis berupa :
(1). Hendaya berat dalam Reality Testing Ability (RTA)  derajat tilikan (insight)
3.
(2). Hendaya berat dalam fungsi mental:
- pasien yaitu adanya waham tentang dirinya yang tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan yang berasal dari luar (dukun) (delusion of passivity).
(sejak 1989)
- halusinasi juga diakui sering muncul 1 bulan SMRS berupa suara-suara
(halusinasi auditorik) yang terdengar seperti meneriakkan nama pasien ketika ia
sedang beristirahat lalu sosok bayangan berwarna hitam samar-samar berjenis
kelamin wanita atau laki-laki ataupun anak- anak yang berlari namun sebenarnya
tidak terlihat oleh orang lain (halusinasi visual) disertai juga isi pikiran pasien
yang selalu memikirkan kata-kata dari laki-laki yang bernama “momon” yang
mengatakan akan menggunakan dukun untuk mendpaatkan cinta pasien dan
mengancam akan ada suatu peristiwa yang akan terjadi di kehidupan pasien
kelak (Thought insertion)yang membuat pasien takut dan gelisah.
(3). Hendaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari yang bermanifestasi
dalam keterbatasan pasien melakukan hubungan social.
- halusinasi auditorik dan
visual
berdasarkan PPDGJ III diketahui
- thought insertion Skizofrenia tipe
bahwa Sindroma Psikosis pada pasien paranoid memenuhi
- waham dikendalikan yang pedoman diagnostic l
ini termasuk sindrom psikosis
fungsional  Skizofrenia (sejak tahun 1989)  kini (F 20.0)
mengalami episode
pengulangan dalam 1 bulan
terakhir SMRS.
• Berdasarkan anamnesis riwayat
kepribadian pasien tidak didapati
adanya kecenderungan pasien kearah
schizoid , ini dapat dilihat dengan
kepribadian pasien tidak menunjukkan
Aksis II
tanda-tanda kearah schizoid dan pola
kognitif pasien yang baik yang
ditunjukkan dengan sempat beberapa
kali pasien mendapatkan prestasi dalam
beberapa bidang tertentu.

Aksis III • Tidak memiliki gangguan kondisi medik


Aksis IV
• Pada pasien didapati gangguan masa psikososial  akibat hubungannya yang tidak
berjalan lancar dengan momon, pasien tidak dapat berteman dengan bebas dan
merasa dikekang.
• Masalah keluarga  adanya penolakan yang keras dari ayah terhadap hubungan yang
dijalin oleh pasien dengan laki-laki tersebut dan pola asuh tegas dan disiplin yang
diterapkan oleh orang tua pasien.

Aksis V
• Penilaian kemampuan penyesuaian menggunakan skala Global Assassment of
Functioning (GAF) menurut PPDGJ III pada saat ini  60-51 yaitu pasien memiliki gejala
sedang dan disabilitas sedang, sehingga pasien masih dapat menjalankan fungsinya
namun tidak maksimal dan harus dibawah pengawasan.
• Ketika datang (28 Oktober 2014) GAF  40-31 yaitu mengalami beberapa disabilitas
dalam hubungan dengan realita dan berkomunikasi, disabilitas berat dalam beberapa
fungsi.
• GAF tertinggi dalam satu tahun terakhir  70-61 yaitu pasien memiliki bebrapa gejala
ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi dan secara umum masih baik dan
masih dapat bekerja membantu tetangga yang meminta untuk dicreambath atau
dipijat.
Aksis I : F20.x3 Skizofrenia paranoid episodic berulang
Aksis II : tidak memiliki gangguan kepribadian
Aksis III : tidak memiliki gangguan kondisi medic
Aksis IV : Masalah psikososial dan lingkungan lain
Masalah dengan keluarga (Primary support group)
Aksis V : GAF pada saat masuk  40-31 (beberapa disabilitas
dalam hubungan dengan realita dan berkomunikasi,
disabilitas berat dalam beberapa fungsi)
GAF pada saat mendapatkan perawatan  60-51
(gejala sedang / moderate, disabilitas sedang)
GAF tertinggi pada 1 tahun terakhir  70-61
(beberapa gejala ringan dan menetap , disabilitas
ringin dalam fungsi , secara umum masih baik.

• Diagnosis kerja : Gangguan Skizofrenia


Paranoid Episodic Berulang
• Diagnosis banding : Gangguan Skizofrenia
diagnosis Hebefrenik
• gangguan Skizoafektif tipe campuran
Daftar Masalah

Psikologik
Organobiologik

Lingkungan dan Sosialekonomi


• Pada pemeriksaan fisik • Masalah psikososial dan • Masalah dan tekanan
tidak ditemukan adanya lingkungan dari lingkungan dan sosial
kelainan atau gangguan • Masalah dengan keluarga serta hubungan
(Primary Support Group) interpersonal dalam
• Mood : distim (iritabel) keluarganya (Primary
Support Group)
• Afek : labil
• Keserasian : tidak serasi
antara mood dan afek
• Gangguan Persepsi:
halusinasi auditorik dan
visual
• Isi Pikiran : thought
insertion dan delusion of
passivity
• RTA : terganggu
• Tilikan : Derajat 3
Rencana Terapi

Famakologis
• Serequel XR 1x400mg
• Risperidol 2x3 mg
• Triheksiphenidril 2x2 mg.

Non Farmakologis
• Terhadap pasien  psikoterapi suportif
• Terhadap keluarga  psikoedukasi terhadap penyakit
pasien dan terhadap terapi yang diberikan
Prognosis
• Ad Vitam : dubia ad bonam
• Ad Fungsionam : dubia ad bonam
• Ad Sanationam : dubia ad malam

Faktor yang dapat • Stressor dari masalah di masa lalu yang menyebabkan
kehidupan sosialisasi di lingkungan terganggu dan
memperberat ingatan tentang rasa kehilangan orang yang dikasihi yang
merupakan masalah yang didapati didalam keluarga.
prognosis

Faktor yang dapat • Memiliki keinginan untuk sembuh


• Kepatuhan dalam meminum obat
meringankan • Dukungan keluarga dalam kesembuhan pasien.
prognosis
Diskusi
Pada pasien ini didapatkan pola prilaku atau pola psikologis yang secara klinis cukup bermakna dan
secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) dan hendaya (disability) didalam suatu
fungsi mental, fungsi pekerjaan dan psikososial berdasarkan PPDGJ III disimpulan pasien ini
mengalami suatu gangguan jiwa.

Pada pasien didapati adanya sindrom psikosis berupa :


(1). Hendaya berat dalam Reality Testing Ability (RTA)  derajat tilikan (insight) 3.
(2). Hendaya berat dalam fungsi mental:
- pasien yaitu adanya waham tentang dirinya yang tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan yang berasal dari
luar (dukun) (delusion of passivity). (sejak 1989)
- halusinasi juga diakui sering muncul 1 bulan SMRS berupa suara-suara (halusinasi auditorik) yang terdengar seperti
meneriakkan nama pasien ketika ia sedang beristirahat lalu sosok bayangan berwarna hitam samar-samar berjenis
kelamin wanita atau laki-laki ataupun anak- anak yang berlari namun sebenarnya tidak terlihat oleh orang lain
(halusinasi visual) disertai juga isi pikiran pasien yang selalu memikirkan kata-kata dari laki-laki yang bernama “momon”
yang mengatakan akan menggunakan dukun untuk mendpaatkan cinta pasien dan mengancam akan ada suatu
peristiwa yang akan terjadi di kehidupan pasien kelak (Thought insertion)yang membuat pasien takut dan gelisah.
(3). Hendaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari yang bermanifestasi dalam keterbatasan pasien melakukan
hubungan social.
Pada pasien ini diadapati adanya isi pikiran asing yang mempengaruhi
pikiran pasien (thought insertion), halusinasi auditorik perintah, halusinasi
visual dan waham dikendalikan yang menonjol.

Oleh karena itu gejala yang terdapat pada pasien sesuai dengan gejala
skizofrenia paranoid dimana karena gejala ini sudah sering dikeluhkan
oleh pasien dan membuat pasien mendapatkan perawatan berkali-kali
terutama di Paviliun Amino RSPAD Gatot Soebroto  menurut PPDGJ III
 kriteria Skizofrenia Paranoid dengan Episodic Berulang (F20.x3).

Untuk terapi psikofarmaka  Serequel XR 1x 400 mg, risperidol 2x3 mg


dan Triheksiphenidril 2x2 mg.
Berdasarkan PPDGJ III diketahui bahwa
gejala yang dialami pasien memenuhi Sebagai tambahan
kriteria umum diagnosis skizofrenia, yaitu:

Thought echo , thought insertion or withdrawal dan thought


broadcasting
Halusinasi atau waham harus menonjol

Gangguan afektif dorongan kehendak dan pembicaraan,


Delusion of control atau delusion of passivity, delusion
perception , delusion of influence
serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata atau
menonjol.

Halusinasi auditorik dan visual

Waham-waham menetap jenis lainnya yang menurut budaya


setempat diserap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil
misalnya perihal keyakinan agama dan politik tertentu atau
kekuatan diatas manusia biasa (misalnya mampu
mengendalikan emosi atau berkomunikasi dengan makhluk
asing dan dunia lain).
• Serequel dan Risperidol merupakan golongan obat antipsikotik atipikal didasarkan
untuk sasaran atau target syndrome pada penyakit sindrom psikosis, didasarkan pada:

• Hendaya berat dalam kemampuan daya menilai realitas (reality testing ability),
bermanifestasi dalam gejala : kesadaran diri (awareness) yang terganggu, daya bilai
norma social (judgement) terganggu, dan daya tilikan diri (insight) terganggu.
• Hendaya berat dalam fungsi- fungsi mental  gejala POSITIF: gangguan asosiasi pikiran
(inkoherensi), isi pikiran yang tidak wajar (waham) , gangguan persepsi (halusinasi),
gangguan perasaan (tidak sesuai dengan situasi), perilaku yang aneh atau tidak
terkendali (disorganized), dan gejala NEGATIF : Gangguan perasaan (afek tumpul,
respons emosi minimal), gangguan hubungan social (menarik diri, pasif, apatis),
gangguan proses pikir (lambat, terhambat), isi pikiran yang stereotip dan tidak ada
inisiatif, perilaku yang sangat terbatas dan cenderung menyendiri (abulia).
• Hendaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala : tidak
mampu bekerja , menjalin hubungan social dan melakukan kegiatan rutin.
Mekanisme kerja obat anti-psikosis atipikal
adalah terhadap “Dopamine D2 Receptors” Efektif untuk gejala negatif
juga terhadap “Serotonin 5 HT2 Receptors” dan positif
(Serotonin – dopamine antagonists)
`
QUEATIAPINE
• Serequel (quetiapine)  derivate dibenzoatiazepin  bekerja sebagai
antagonis 5-HT1A dan 5-HT2A , dopamine D1, D2 serta adregenik α1 dan
α2.
• Afinitasnya rendah terhadap reseptor D2 dan relatif lebih tinggi terhadap
serotonin 5-HT2A.
• afinitas sangat rendah terhadap kolinergik muskarinik dan tidak terikat
dengan reseptor benzodiazepine  menyebabkan kurangnya resiko efek
samping antikolinergik.
• Menurut uji klinis yang dilakukan terhadap perbandingan manfaat
quetiapine dengan placebo dengan APG – I (haloperidol atau
klorpromazin) serta APG II lainnya pada ODS  quetiapine lebih efektif
mengatasi psikopatologi global, memperbaiki respons klinik (misalnya , ≥
20% perbaikan pada skala psikopatologi global), dan perbaikan gejala
positif skizofrenia.. Bila dibandingkan dengan obat APG-I, quetiapine lebih
bermanfaat untuk neurokognitif.
• Quetiapine tersedia dalam bentuk tablet IR (immediate release) dengan
dosis 25 mg, 100 mg, 200 mg, dan 300 mg dengan pemberian dua kali per
hari. Selain itu, juga tersedia quetiapine –XR dengan dosis 300 mg dan
400 mg , satu kali per hari.
• Secara umum , quetiapine ditolerasi dengan baik.
• Risiko efek samping ekstrapiramidal , abnormalitas konduksi kardiak, efek
antikolinergik, peningkatan prolactin dan efek samping seksual sangat
rendah sedangkan risiko sedasi cukup tinggi  Selama fase titrasi atau
pada awal pengobatan, adanya sedasi, hipotensi ortostatik, dan takikardi
harus dipantau.
• Quetiapine dapat diberikan dua kali sehari karena waktu paruh 6jam.

Cat : Pemberian dosis besar, sebaiknya diberikan pada malam hari, terutama
pada awal pengobatan karena dapat memperbaiki toleransi terhadap sedasi.
Risperidone
• derivate benzosoksazol.
• di metabolisme oleh enzim hepar yaitu CYP 2D6 menjadi 9 hidroksi
risperidone.
• Memiliki waktu paruh bervariasi sesuai enzim tersebut. pada
“metabolizer ekstensif” waktu paruh adalah 3 jam, sedangkan pada
“metabolizer buruk” risperidon dimetabolisme terutama pada jalur
oksidatif dan waktu paruh yang di butuhkan adalah lebih dari 20
jam.
• Risperidone bekerja sebagai antagonis poten pada setonin
(terutama 5-HT2A) dan dopamine D. afinitasnya terhadap reseptor
α1 dan α2 juga tinggi terhadap α-adrenergik atau muskarinik
afinitasnya lebih rendah. afinitas risperidon terhadap 5-HT2A
adalah lebih besar dibandingkan dengan reseptor D2.
• Untuk preparat oral, risperidone tersedia dalam dua
bentuk sediaan yaitu tablet dan cairan. Dosis awal
yang dianjurkan adalah 2 mg/hari dan besoknya
dapat dinaikkan menjadi 4 mg/hari.
• Terjadinya efek samping ekstrapiramidal  sangat
bergantung dari besarnya dosis.
• Secara umum , ditoleransi dengan baik. Efek samping
yang dirasakan  sakit kepala dan pusing , merasa
lelah, hipotensi ortostatik, palpitasi , peningkatan berat
badan, dll. Sedangkan untuk efek samping terhadap
reseptor kolinergik muskarinik adalah mulut kering,
mata kabur, dan retensi urin.
Meskipun obat-obatan APG II dikatakan menimbulkan efek yang sangat rendah untuk efek samping terhadap
ekstrapiramidal namun pada pasien ini juga diberikan diberikan tablet Trihexyphenidyl (artane) 2x2 mg/ hari

Tujuan  untuk mencegah adanya efek samping ekstrapiramidal/sindrom parkinson.

Apabila siindrom Parkinson sudah terkendali diusahakan penurunan dosis secara bertahap, untuk menentukan apakah
masih dibutuhkan penggunaan obat anti Parkinson.

Secara umum dianjurkan penggunaan obat antiparkinson tidak lebih lama dari 3 bulan (resiko timbul “atropine toxic
syndrome”). Tidak dianjurkan pemberian “antiparkinson profilaksis”, oleh karena dapat mempengaruhi penyerapan /
absorpsi obat anti-psikosis sehingga kadarnya dalam plasma rendah, dan dapat menghalangi manifestasi gejala
psikopatologis yang dibutuhkan untuk penyesuaian dosis obat anti-psikosis agar tercapai dosis efektif.
`
• Pada pasien ini, terapi non farmakologis dianjurkan psikoterapi suportif untuk membina
hubungan, menunjukkan empati dan reassurance, dimana terapis ikut terlibat dan berprilaku
aktif, berempati dan memberikan perhatian pada pasien, menerima pasien tanpa
menghakimi, mensupport usaha adaptif pasien dan menghormati pasien sebagai manusia
seutuhnya.
• Psikoterapi merupakan cara pengobatan dengan ilmu kedokteran terhadap ganguan mental
emosional dengan mengubah pola pikir, perasaan dan perilaku aar terjadi keseimbangn
dalam diri individu tersebut.
• tujuan psikoterapi  penguatan daya mental yang telah dimiliki dan mengembangkan
mekanisme daya tahan mental yang baru yang lebih baik untuk mempertahankan fungsi
pengontrolan diri dan meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan.
• pola psikoedukasi diperlukan kepada keluarga pasien mengenai penyakit pasien dan faktor
yang mempengaruhi baik memperberat ataupun memperingan gejala yang dialami pasien
dan menjelaskan efek terapi yang akan mungkin akan timbul selama pengobatan.
• Hal ini merupakan salah satu cara intervensi psikososial yang diharapkan bermanfaat dalam
menurunkan frekuensi kekambuhan, mengurangi kebutuhan rawat kembali ke rumah sakit,
mengurangi penderitaan akibat gejala-gejala penyakitnya, emingkatkan kapasitas fungsional,
memperbaiki kualitas hidup dan kehidupan berkeluarga.
• Prognosis ad vitam adalah dubia ad bonam  dimana pada pasien ini
bisikan (halusinasi) dan waham dikendalikan yang cenderung berulang-
ulang didalam isi pikiran pasien tetap ada meskipun dalam intensitas yang
berkurang dan cenderung lebih tenang ketika diberikan terapi.
• Prognosis ad fungsionam adalah dubia ad bonam pasien mengalami
peningkatan yaitu adanya kemampuan melakukan fungsinya sebagai
manusia baik fungsi mental maupun fungsi psikososialnya yang lebih baik
ini terbukti dengan alloanamnesa yang didapati pada keluarga bahwa
ketika pasien dengan teratur mengkonsumsi obat maka pasien cenderung
kembali dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti melakukan aktivitas
membersihkan rumah ataupun aktivitas lain seperti bekerja untuk
melakukan creambath rambut untuk tetangga yang meminta
menggunakan jasa pasien.
• Prognosis ad sanationam adalah dubia ad malam  pada pasien ini
terdapat riwayat kekambuhan berulang sebanyak 6 kali sehingga
memperburuk prognosis kesembuhan dari pasien karena pasien dianggap
belum dapat mengendalikan halusinasi, waham dan isi pikirannya sendiri.
Skema perjalanan penyakit
Oktober Tahun 2014
• pasien diketahui tidak teratur
TAHUN 1989 minum obat dan tidak ingin
meminum obat dengan alasan
• dilakukan perawatan pertama kali tidak diberi uang oleh orang tua
di RS Islam pasien dan orang tua pasien
• 3 x masuk rumah sakit dengan membuat pasien selalu kesal
keluhan yang sama • emosi pasien tidak terkendali dan
• oleh keluarga di masukkan ke pasien mengaku bahwa bisikan
pesantren Suryaxxx untuk akan masa lalu serta kenangan
dilakukan pengobatan selama 1 mas a lalunya kembali
tahun menghantui pasien.

TAHUN 2005

• meninggalnya suami dan


keguguran membuat pasien
mengingat akan perkataan laki-
laki"momon" yang mengatakan
bahwa akan terjadi suatu
peristiwa dalam kehidupan
pasien sehingga pasien kembali
masuk ke RS dan dirawat di
RSPAD Gatot Soebroto
Daftar Pustaka
• Agus Dharmady, 2003. Psikopatologi. Dasar di Dalam Memahami Tanda dan Gejala
dari Suatu Gangguan jiwa. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa dan Perilaku. FK Unika
Atmajaya: Jakarta
• Gunawan, Sulistia Gun, 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Departemen
Farmakologik dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta
• Kaplan, HI dan Sadock BJ, Grebb JA, 2010. Sinopsis Psikiatri. Jilid I. Edisi ke 7.
Binarupa Aksara: Jakarta
• Maramis, W.F, 1995. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 6. Airlangga University
Press: Surabaya
• Muslim, Rusdi, 2007.Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik
(Psychotropic Medication) Edisi Ketiga. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika
Atmajaya: Jakarta
• Muslim, Rusdi,2003. Buku Saku. Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Bagian Ilmu kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya:Jakarta
• Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia, 2011. Konsensus
Penatalaksanaan Gangguan Skizofrenia. Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran
Jiwa Indonesia: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai