Anda di halaman 1dari 13

JOURNAL READING

1
SURGICAL MANAGEMENT OF CORNEAL LIMBAL
DERMOIDS: RETROSPECTIVE STUDY OF DIFFERENT
TECHNIQUES AND USE OF MITOMYCIN C
Oleh:
Putri Dwi Fitriani
132011101011

Pembimbing:
dr. Bagas Kumoro, Sp. M

SMF Ilmu Kesehatan Mata


RSD dr. Soebandi Jember
2017
Pendahuluan
2

 Limbal dermoid merupakan tumor kornea limbus yang paling sering. Tumor
ini paling banyak terletak pada regio epibulbar.
 Indikasi pengangkatan dari limbal dermoid :
a. Kosmetik
b. Penurunan visus
c. Astigmatisme kornea
d. Anisometropi ambliopia pada anak-anak
e. Iritasi
f. Opacifikasi kornea
 Teknik dari pengangkatan limbal dermoid :
a. Bare-excision
b. Transplantasi amniotik membran
c. Lamellar Keratoplasty.
3

 Resiko pada teknik operasi eksisi :


a. Perforasi intraoperasi
b. Epitelial defek postoperasi
c. Vaskularisasi kornea perifer
 Resiko pada teknik lamellar keratoplasty :
a. Meningkatkan terjadinya astigmatisme kornea.
 Untuk menghindari terjadinya jaringan parut dan konformasional dari kornea,
ada dua kemungkinan berbeda yang telah dijelaskan :
a. Menutupi defek dengan cara menggabungkan teknik operasi eksisi dengan
memindahkan jaringan lain pada permukaan kornea.
b. Penggunaan Mitomycin C yang merupakan antitumor antibiotik yang
pertama diisolasi dari Streptomyces caespitosus pada tahun 1958
Tujuan
4

Untuk melihat efisiensi dan keamanan dari beberapa tindakan operasi untuk
mengobati limbal dermoid pada pasien pediatri dengan memperhatikan
komplikasi intraoperasi dan postoperasi
Metodelogi
5

 Sampel yang digunakan adalah 14 mata dari 12 pasien pediatri yang sudah
mengalami operasi pengangkatan dari limbal dermoid. Pasien laki-laki
sebanyak 7 orang dan perempuan 5 orang.
 Terdapat 3 pasien yang memiliki diagnosis Goldenhar syndrom. Ada 13 limbal
dermoid terletak pada kuadran temporal inferior pada mata dan satu limbal
dermoid di kuadran superior.
Metodelogi (Cont...)
6

 Evaluasi preoperasi :
a. Mengukur kemampuan visual
b. Pemeriksaan slit-lamp
c. Pemeriksaan Oftalmoskopi
 Teknik operasi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
a. Kelompok 1 : 11 mata (7 mata dengan teknik eksisi lamellar dan 4 mata
dengan teknik transplantasi amniotik membran). Usia rata-rata dilakukan
operasi adalah 4,4 tahun.
b. Kelompok 2 : 3 mata dengan teknik menambahkan Mitomycin C 0,02 %.
Satu mata dari kelompok ini memiliki transplantasi amniotik membran
tambahan. Usia rata-rata dilakukan operasi adalah 4,4 tahun.
Metodelogi (Cont...)
7

 Pengobatan postoperasi :
a. Tetes mata antibiotik
b. Air mata buatan sampai terjadi re-epitelisasi
c. Jahitan dibuka setelah 2 minggu paska operasi
d. Hasil dari eksisi limbal dermoid dikirimkan ke bagian histopatologi.
 Evaluasi komplikasi postoperasi :
a. Memperkirakan jenis pseudopterygium menggunakan metode Kaplan-
Meier.
b. Melihat perbedaan yang signifikan dari jenis pseudopterygium antara
pengobatan Mitomycin C dan kelompok lainnya menggunakan log-rank
test.
Hasil
8

 Tidak terlihat perbedaan secara statistik pada perbedaan umur disetiap


kelompok (P=0.344).
 Tidak ditemukan adanya komplikasi intraoperasi.
 Reepitelialisasi terbentuk pada 1 minggu paska operasi.
 Hasil dari histopatologi merupakan solid limbal dermoid pada semua kasus.
 Pada log-rank test tidak menunjukan berbeda signifikan pada setiap kelompok
(P=0.053). Rata-rata dari kemampuan visual adalah 0.21 logMAR pada
kelompok 1 dan 0.0 logMAR pada kelompok 2.
 Tidak ada perbedaan secara statistik (P=0.18).
 Kejadian astigmatisme postoperasi menunjukan angka -0.25 D pada kelompok
1 dan -4.25 D pada kelompok 2. Dan tidak menunjukan perbedaan secara
statistik (P=0.56).
9
Pembahasan
10

 Metode yang sering digunakan pada kasus limbal dermoid adalah operasi eksisi
pada massa.
 Penggunaan transplantasi amniotik membran pada defek konjungtiva
dilakukan karena menghasilkan proses reepitelialiasasi yang baik dan
mencegah terjadinya inflamasi postoperasi, neovaskularisasi dan terjadinya
fibrosis.
 Tindakan operasi yang hanya melakukan eksisi pada limbal dermoid dapat
menyebabkan terjadinya defisiensi sel induk limbal, maka dari itu disertai
dengan penggunaan transplantasi amniotik membran.
 Komplikasi terjadinya defisiensi sel induk limbal pada mata yang mendapatkan
transplantasi amniotik membran terjadi pada 3 mata dari 4 mata yang
diberikan terapi. Defisiensi sel induk limbal dapat menyebabkan terjadinya
pseudopterygium.
Pembahasan (Cont...)
11

 Penggunaan Mitomycin C selama dilakuakn limbokeratoplasti pada defisiensi


sel induk memberikan hasil yang baik. Dari hasil hipotesis, mitomycin C dapat
menghambat pertumbuhan fibroblas dan terjadinya pseudopterygium atau
neovaskularisasi kornea.
 Semua mata yang diberikan Mitomycin C tidak menimbulkan komplikasi
terjadinya pseudopterygium. Maka dari itu harus diteliti lebih jauh tetang efek
menguntungkan dari Mitomycin C yang dapat menghambat formasi
pesudopterygium.
 Dari keseluruhan hasil, menunjukan bahwa Mitomycin C dapat menghilangkan
limbal dermoid dan dapat menjadi terapi pilihan pada kasus limbal dermoid.
Kesimpulan
12

 Kasus tumor limbus kornea sangat jarang terjadi. Limbal dermoid merupakan
jenis tumor yang paling umum. Teknik operasi yang biasa digunakan adalah
bare-excision namun sering terjadi komplikasi pseudopterygium paska operasi
yang disebabkan karena defisiensi sel induk limbal. Transplantasi amniotik
membran baru-baru ini dijelaskan dapat mencegah terjadinya komplikasi
paska operasi.
 Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, penggunaan transplantasi
amniotik membran tidak dapat mencegah terjadinya pseudopterygium paska
operasi. Dengan ditambahkannya penggunaan Mitomycin C pada intraoperasi
menunjukan hasil yang menghambat terjadinya pesudopterygium.
Kemungkinan Mitomycin C memiliki efek perlindungan yang berkaitan dengan
terjadinya pseudopterygium. Maka dari itu harus dilakukan penelitian lebih
lanjut.
TERIMA KASIH

13

Anda mungkin juga menyukai